Desa Pakraman Bratan Samayaji Gelar Upacara Ngubeng
Jadi Rangkaian Melasti dan Hanya Dilakukan di Palinggih Beji
SINGARAJA, NusaBali
Desa Pakraman Bratan Samayaji, di Kelurahan Beratan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng tak hanya dikenal sebagai penghasil kerajinan emas perak dan kain songket. Salah satu desa tua ini juga memiliki tradisi dan upacara unik. Salah satunya adalah upacara Ngubeng (menyucikan pratima Ida Bhatara,red) dalam rangkaian Nyepi. Jika sungsungan pura di Bali pada umumnya melakukan pasucian melasti serangkaian Nyepi menuju segara atau sungai, berbeda dengan tradisi di desa pakraman Bratan Samayaji. Krama desa hanya melakukan upacara pasucian dan melasti di palinggih Beji di Pura Desa setempat.
Upacara Ngubeng yang dilaksanakan oleh krama Desa Beratan Samayaji dalam setahun dilakukan sebanyak tiga kali. Rangkaian upacara pabersihan Ida Bhatara ini biasanya dilakukan saat menjelang hari Raya Nyepi saat melasti, Piodalan Pura Desa Pakraman Buleleng dan Maajar-ajar (upacara rangkaian Ngaben,red).
Kelian Desa Pakraman Bratan Samayaji, Ketut Benny Dirgariawan, menjelaskan, jika tradisi melasti yang dilakukan di palinggih Beji yang berlokasi di Jeroan Pura Desa, itu sudah dilakukan secara turun- temurun.
Memang secara kasat mata, Pura Desa Pakraman Bratan Samayaji memiliki keunikan tersendiri. Sumber mata air yang ada di palinggih Beji, sisi paling timur deretan puluhan palinggih, memang ada sejak dahulu. Sumber mata air yang kemudian disebut Beji itu, kemudian ditata menyerupai bangunan taman yang disertai kolam yang asri, sebagai tempat pasiraman Ida Bhatara dan nuhur tirta.
“Kalau melasti ya dari dulu kami krama desa di sini ya hanya di Beji saja. Jadi semua rangkaian upacara dari nedunang Ida Bhatara, pasucian yang biasanya di segara atau sungai, hingga dilinggihkan kembali di bale panjang hanya dilakukan di Pura Desa ini,” ujar Benny yang ditemui di sela-sela upacara melasti serangkaian Nyepi tahun baru saka 1941, Buda Kliwon Matal, Rabu (6/3) yang bertepatan juga dengan tilem Kasanga.
Seluruh upacara Melasti diawali dengan upacara Ngubeng yang diikuti oleh seluruh krama desa. Seluruh rangkaian upacara dilakukan mulai pukul 09.00 WITA. Meski diguyur hujan deras, seluruh rangkaian upacara tetap berlangsung. Seluruh krama pengempon Pura Desa Pakraman Bratan Samayaji mengambil tugasnya masing-masing.
Rangkaian upacara Melasti diawali dengan nedunang pratima atau pralingga oleh krama setempat disebut dengan sebutan Rambut Sedana. Setelah dikeluarkan dari gedong simpen, selanjutnya Rambut Sedana dibawa menuju Beji dis isi Timur jeroan Pura Desa Pakraman Bratan Samayaji.
Setelah sampai di palinggih Beji, Rambut Sedana kemudian menjalani prosesi pabersihan dengan menggunakan sarana sejumlah babaten. Khusus untuk krama yang ngogong (menggotong,red) Rambut Sedana dari gedong simpen hingga Beji serta rangkaian pabersihan hanya boleh dilakukan oleh krama yang masih lajang.
Pratima atau Rambut Sedana itu kemudian digantikan busana dan juga diasuh (dimandikan dengan air suci berisi kembang,red). Air asuhan Rambut Sedana ini kemudian akan dipercikkan sebagai tirta amerta penolak bala dan aura negatif duniawi dalam bhuana alit (jiwa) krama. Seluruh rangkaian melasti kemudian diakhiri dengan menstanakan Rambut Sedana di Balai Panjang Pura Desa Pakraman Bratan Samayaji dan persembahyangan bersama.
Upacara Ngubeng yang dilaksanakan oleh krama Desa Beratan Samayaji dalam setahun dilakukan sebanyak tiga kali. Rangkaian upacara pabersihan Ida Bhatara ini biasanya dilakukan saat menjelang hari Raya Nyepi saat melasti, Piodalan Pura Desa Pakraman Buleleng dan Maajar-ajar (upacara rangkaian Ngaben,red).
Kelian Desa Pakraman Bratan Samayaji, Ketut Benny Dirgariawan, menjelaskan, jika tradisi melasti yang dilakukan di palinggih Beji yang berlokasi di Jeroan Pura Desa, itu sudah dilakukan secara turun- temurun.
Memang secara kasat mata, Pura Desa Pakraman Bratan Samayaji memiliki keunikan tersendiri. Sumber mata air yang ada di palinggih Beji, sisi paling timur deretan puluhan palinggih, memang ada sejak dahulu. Sumber mata air yang kemudian disebut Beji itu, kemudian ditata menyerupai bangunan taman yang disertai kolam yang asri, sebagai tempat pasiraman Ida Bhatara dan nuhur tirta.
“Kalau melasti ya dari dulu kami krama desa di sini ya hanya di Beji saja. Jadi semua rangkaian upacara dari nedunang Ida Bhatara, pasucian yang biasanya di segara atau sungai, hingga dilinggihkan kembali di bale panjang hanya dilakukan di Pura Desa ini,” ujar Benny yang ditemui di sela-sela upacara melasti serangkaian Nyepi tahun baru saka 1941, Buda Kliwon Matal, Rabu (6/3) yang bertepatan juga dengan tilem Kasanga.
Seluruh upacara Melasti diawali dengan upacara Ngubeng yang diikuti oleh seluruh krama desa. Seluruh rangkaian upacara dilakukan mulai pukul 09.00 WITA. Meski diguyur hujan deras, seluruh rangkaian upacara tetap berlangsung. Seluruh krama pengempon Pura Desa Pakraman Bratan Samayaji mengambil tugasnya masing-masing.
Rangkaian upacara Melasti diawali dengan nedunang pratima atau pralingga oleh krama setempat disebut dengan sebutan Rambut Sedana. Setelah dikeluarkan dari gedong simpen, selanjutnya Rambut Sedana dibawa menuju Beji dis isi Timur jeroan Pura Desa Pakraman Bratan Samayaji.
Setelah sampai di palinggih Beji, Rambut Sedana kemudian menjalani prosesi pabersihan dengan menggunakan sarana sejumlah babaten. Khusus untuk krama yang ngogong (menggotong,red) Rambut Sedana dari gedong simpen hingga Beji serta rangkaian pabersihan hanya boleh dilakukan oleh krama yang masih lajang.
Pratima atau Rambut Sedana itu kemudian digantikan busana dan juga diasuh (dimandikan dengan air suci berisi kembang,red). Air asuhan Rambut Sedana ini kemudian akan dipercikkan sebagai tirta amerta penolak bala dan aura negatif duniawi dalam bhuana alit (jiwa) krama. Seluruh rangkaian melasti kemudian diakhiri dengan menstanakan Rambut Sedana di Balai Panjang Pura Desa Pakraman Bratan Samayaji dan persembahyangan bersama.
SELANJUTNYA . . .
1
2
Komentar