Olahan Menu Dilombakan untuk Meningkatkan Rasa Menyama Braya
Tradisi Nyakan Diwang Saat Ngembak Geni di Desa Banjar, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Satu lagi tradisi unik saat Ngembak Geni atau sehari setelah Nyepi, yakni berupa Nyakan Diwang (masak di luar pagar rumah). Tradisi ini dapat ditemui di hampir seluruh desa di wilayah Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Namun ada yang berbeda saat tradisi Nyakan Diwang dilaksanakan di Desa/Kecamatan Banjar, pada saat Ngembak Geni yang jatuh pada Sukra Paing Matal, Jumat (8/3). Krama Suka Duka Tunggal Pamukti, Banjar Melanting, Desa Banjar, melombakan menu hasil olahan dari tradisi Nyakan Diwang. Tujuannya selain melestarikan tradisi Nyakan Diwang, juga lebih meningkatkan rasa menyama braya. Karena menu hasil olahan tersebut akan dibagikan untuk dimakan bersama-sama usai lomba. ”Tahun ini kami lombakan agar ada yang berbeda dibanding tahun sebelumnya. Ini lebih menggairahkan dan meningkatkan rasa menyama braya,” tutur Perbekel Banjar Ida Bagus Dedy Suyasa yang akrab disapa Gus Romet, Sabtu (9/3).
Gus Romet menjelaskan, tradisi Nyakan Diwang diyakini sebagai penyucian lingkungan rumah dan dapur. Nyakan Diwang merupakan satu tradisi sebagai implementasi dari ajaran Tri Hita Karana, yakni hubungan manusia dengan manusia. Sebab memasak di luar pekarangan rumah hanya merupakan sarana, dengan tujuan sosial yang lebih luas, dalam menjaga hubungan kekerabatan antarkeluarga dan warga lainnya. Dalam tradisi itu juga disertai saling mengunjungi setelah melaksanakan Catur Berata Penyepian di Hari Suci Nyepi.
Namun tahun ini, tradisi itu dirangkai dengan kegiatan lomba kuliner. Gelaran lomba dalam tradisi Nyakan Diwang tidak beda jauh dengan pelaksanaan Nyakin Diwang tahun-tahun sebelumnya. Krama sudah mempersiapkan menu yang akan diolah dalam lomba tersebut, sebelum Sipeng (puncak perayaan Nyepi) yang jatuh pada Wraspati Umanis Matal, Kamis (7/3). Menu yang diolah di antaranya olahan cumi, daging ayam , sate, serapah kebo, serta olahan ikan laut lainnya dengan dilengkapi aneka sambal pedas. Hadiah yang diberikan hanya berupa bingkisan sebagai hiburan bagi krama yang mengikut lomba.
Prosesi Nyakan Diwang saat Ngembak Geni, seperti biasa sudah dimulai Kamis dini hari sekitar pukul 03.00 Wita. Seluruh krama sudah mulai ke luar rumah memadati ruas jalan desa dengan berbagai persiapan Nyakan Diwang. Masing-masing krama membuat paon (tungku) dari tumpukan bata merah atau batako tepat di pinggir jalan di depan pintu keluar masuk pekarangan. Kali ini, karena dilombakan, krama juga harus mempersiapkan meja dan perabotan memasak yang lebih dari biasanya. Meski diguyur hujan, pelaksanaan Nyakan Diwang tetap serius mengikuti, terlebih hasil olahan masing-masing krama dilombakan.
“Walau kondisi hujan sejak hari raya Nyepi, tradisi Nyakan Diwang tetap berjalan dimana terlihat seluruh warga yang sedang melaksanakan kegiatan Nyakan Diwang saling mengunjungi dan ini tentunya menambah kekerabatan dan rasa persaudaraan,” kata Gus Romet.
Sementara Sekretaris Kecamatan Banjar Cok Adithya WP yang hadir dalam tradisi Nyakan Diwang tersebut mengatakan, tradisi Nyakan Diwang yang kemudian hasil olahannya dilombakan membawa makna tersendiri bagi krama. “Tentu kegiatan ini sebagai alat memupuk kekerabatan serta tali persahabatan antara satu dengan yang lainnya,” kata mantan Kasubag Pemberitaan Humas Pemkab Buleleng, ini. *k19
Gus Romet menjelaskan, tradisi Nyakan Diwang diyakini sebagai penyucian lingkungan rumah dan dapur. Nyakan Diwang merupakan satu tradisi sebagai implementasi dari ajaran Tri Hita Karana, yakni hubungan manusia dengan manusia. Sebab memasak di luar pekarangan rumah hanya merupakan sarana, dengan tujuan sosial yang lebih luas, dalam menjaga hubungan kekerabatan antarkeluarga dan warga lainnya. Dalam tradisi itu juga disertai saling mengunjungi setelah melaksanakan Catur Berata Penyepian di Hari Suci Nyepi.
Namun tahun ini, tradisi itu dirangkai dengan kegiatan lomba kuliner. Gelaran lomba dalam tradisi Nyakan Diwang tidak beda jauh dengan pelaksanaan Nyakin Diwang tahun-tahun sebelumnya. Krama sudah mempersiapkan menu yang akan diolah dalam lomba tersebut, sebelum Sipeng (puncak perayaan Nyepi) yang jatuh pada Wraspati Umanis Matal, Kamis (7/3). Menu yang diolah di antaranya olahan cumi, daging ayam , sate, serapah kebo, serta olahan ikan laut lainnya dengan dilengkapi aneka sambal pedas. Hadiah yang diberikan hanya berupa bingkisan sebagai hiburan bagi krama yang mengikut lomba.
Prosesi Nyakan Diwang saat Ngembak Geni, seperti biasa sudah dimulai Kamis dini hari sekitar pukul 03.00 Wita. Seluruh krama sudah mulai ke luar rumah memadati ruas jalan desa dengan berbagai persiapan Nyakan Diwang. Masing-masing krama membuat paon (tungku) dari tumpukan bata merah atau batako tepat di pinggir jalan di depan pintu keluar masuk pekarangan. Kali ini, karena dilombakan, krama juga harus mempersiapkan meja dan perabotan memasak yang lebih dari biasanya. Meski diguyur hujan, pelaksanaan Nyakan Diwang tetap serius mengikuti, terlebih hasil olahan masing-masing krama dilombakan.
“Walau kondisi hujan sejak hari raya Nyepi, tradisi Nyakan Diwang tetap berjalan dimana terlihat seluruh warga yang sedang melaksanakan kegiatan Nyakan Diwang saling mengunjungi dan ini tentunya menambah kekerabatan dan rasa persaudaraan,” kata Gus Romet.
Sementara Sekretaris Kecamatan Banjar Cok Adithya WP yang hadir dalam tradisi Nyakan Diwang tersebut mengatakan, tradisi Nyakan Diwang yang kemudian hasil olahannya dilombakan membawa makna tersendiri bagi krama. “Tentu kegiatan ini sebagai alat memupuk kekerabatan serta tali persahabatan antara satu dengan yang lainnya,” kata mantan Kasubag Pemberitaan Humas Pemkab Buleleng, ini. *k19
1
Komentar