3 Siswa Papua Nyurat Aksara Bali
"Kami minta pelajaran tambahan, mata pelajaran bahasa Bali, agar cepat mengerti berkomunikasi dan menulis aksara Bali,"
AMLAPURA, NusaBali
Tiga siswa dari Papua yang belajar di SMKN Amlapura, ikut nyurat aksara Bali saat Bulan Bahasa Bali, selama 27-28 Februari. Bahkan salah satu siswa itu, aktif minta pelajaran tambahan mata pelajaran bahasa Bali, sepulang sekolah.
Mereka mengaku senang berbaur dengan siswa di Bali, walau belum begitu mengerti bahasa Bali. Kepada NusaBali hal itu diungkapkan di SMKN Amlapura, Lingkungan Padangkerta Kelod, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem, Sabtu (9/3).
Ketiga siswa itu: Silvia Wayam kelas XI Keperawatan 1, Romanus FM Mote kelas X TKR (teknik kendaraan ringan), dan Martinus Emannuel kelas X Keperawatan 1.
Siswi Silvia Wayam yang telah setahun lebih sekolah di SMKN Amlapura mengaku lebih aktif untuk mengerti bahasa Bali. Caranya minta pelajaran tambahan di setiap pulang sekolah dari guru pengajarnya I Wayan Wikana. Sehingga rela pulang paling belakang di antara 1.146 siswa. "Kami minta pelajaran tambahan, mata pelajaran bahasa Bali, agar cepat mengerti berkomunikasi dan menulis aksara Bali," kata Silvia Wayam, alumnus SMPN 1 Oktsibil, Provinsi Papua.
Siswi kelahiran 6 Juni 2000, yang hobinya sepakbola, mengaku telah mengerti jika mendengar antar orang Bali sedang berkomunikasi. Hanya saja, sulit untuk ikut mengucapkan bahasa Bali. "Lumayan sudah mengerti maksud dari percakapan saat ada orang Bali berkomunikasi gunakan bahasa Bali," lanjut siswi yang mengaku baru pertama kali sempat pulang kampung.
Sedangkan rekannya Romanus dan Martinus Emannuel, mengaku belum mengerti bahasa Bali. Sebab, belum setahun belajar di SMK. Ketiganya saat mengikuti bulan bahasa Bali, hanya diwajibkan menyalin aksara Bali yang telah ada, bukan menyalin aksara latin ke aksara Bali. "Kami ikut bulan bahasa Bali, hanya disuruh menyalin aksara Bali, kan hanya mengikuti sesuai aksara yang ada," jelas Romanus alumnus SMPN 2 Merauke, Provinsi Papua.
Guru bahasa Bali I Wayan Wikana mengatakan, selama berlangsung pembelajaran bahasa Bali di sekolah, ketiga siswa Papua itu dibedakan materinya. Ketiga siswa hanya diwajibkan memahami anacaraka, atau abjad bahasa Bali, selanjutnya menyalin. Beda dengan siswa asli Bali.
"Selama ini tugas ketiga siswa hanya menyalin anacaraka, sampai tuntas. Ada penilaian tersendiri. Mengenai Silvia Wayam memang siswa sendiri yang aktif minta pelajaran tambahan sepulang sekolah," kata I Wayan Wikana.
Saat bulan bahasa Bali, sebanyak 1.146 siswa dilibatkan menyalin aksara Bali, berasal dari lima program keahlian, masing-masing: program teknik kendaraan ringan kelas X sebanyak 32 siswa kelas XII sebanyak 24 siswa dan kelas XII sebanyak 17 siswa. Sedangkan program teknik sepeda motor kelas X sebanyak 31 siswa, kelas XI sebanyak 30 siswa dan kelas XII sebanyak 10 siswa. Program keahlian keperawatan kelas X sebanyak 60 siswa, kelas XI sebanyak 66 siswa, kelas XII sebanyak 66 siswa. Program keahlian akomodasi perhotelan kelas X sebanyak 140 siswa, kelas XI sebanyak 114 siswa, dan kelas XII sebanyak 178 siswa, dan program tata boga kelas X sebanyak 123 siswa, kelas XI sebanyak 107 siswa dan kelas XII sebanyak 148 siswa. Sehingga kelas X sebanyak 386 siswa, kelas XI sebanyak 341 siswa dan kelas XII sebanyak 419 siswa. *k16
Mereka mengaku senang berbaur dengan siswa di Bali, walau belum begitu mengerti bahasa Bali. Kepada NusaBali hal itu diungkapkan di SMKN Amlapura, Lingkungan Padangkerta Kelod, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem, Sabtu (9/3).
Ketiga siswa itu: Silvia Wayam kelas XI Keperawatan 1, Romanus FM Mote kelas X TKR (teknik kendaraan ringan), dan Martinus Emannuel kelas X Keperawatan 1.
Siswi Silvia Wayam yang telah setahun lebih sekolah di SMKN Amlapura mengaku lebih aktif untuk mengerti bahasa Bali. Caranya minta pelajaran tambahan di setiap pulang sekolah dari guru pengajarnya I Wayan Wikana. Sehingga rela pulang paling belakang di antara 1.146 siswa. "Kami minta pelajaran tambahan, mata pelajaran bahasa Bali, agar cepat mengerti berkomunikasi dan menulis aksara Bali," kata Silvia Wayam, alumnus SMPN 1 Oktsibil, Provinsi Papua.
Siswi kelahiran 6 Juni 2000, yang hobinya sepakbola, mengaku telah mengerti jika mendengar antar orang Bali sedang berkomunikasi. Hanya saja, sulit untuk ikut mengucapkan bahasa Bali. "Lumayan sudah mengerti maksud dari percakapan saat ada orang Bali berkomunikasi gunakan bahasa Bali," lanjut siswi yang mengaku baru pertama kali sempat pulang kampung.
Sedangkan rekannya Romanus dan Martinus Emannuel, mengaku belum mengerti bahasa Bali. Sebab, belum setahun belajar di SMK. Ketiganya saat mengikuti bulan bahasa Bali, hanya diwajibkan menyalin aksara Bali yang telah ada, bukan menyalin aksara latin ke aksara Bali. "Kami ikut bulan bahasa Bali, hanya disuruh menyalin aksara Bali, kan hanya mengikuti sesuai aksara yang ada," jelas Romanus alumnus SMPN 2 Merauke, Provinsi Papua.
Guru bahasa Bali I Wayan Wikana mengatakan, selama berlangsung pembelajaran bahasa Bali di sekolah, ketiga siswa Papua itu dibedakan materinya. Ketiga siswa hanya diwajibkan memahami anacaraka, atau abjad bahasa Bali, selanjutnya menyalin. Beda dengan siswa asli Bali.
"Selama ini tugas ketiga siswa hanya menyalin anacaraka, sampai tuntas. Ada penilaian tersendiri. Mengenai Silvia Wayam memang siswa sendiri yang aktif minta pelajaran tambahan sepulang sekolah," kata I Wayan Wikana.
Saat bulan bahasa Bali, sebanyak 1.146 siswa dilibatkan menyalin aksara Bali, berasal dari lima program keahlian, masing-masing: program teknik kendaraan ringan kelas X sebanyak 32 siswa kelas XII sebanyak 24 siswa dan kelas XII sebanyak 17 siswa. Sedangkan program teknik sepeda motor kelas X sebanyak 31 siswa, kelas XI sebanyak 30 siswa dan kelas XII sebanyak 10 siswa. Program keahlian keperawatan kelas X sebanyak 60 siswa, kelas XI sebanyak 66 siswa, kelas XII sebanyak 66 siswa. Program keahlian akomodasi perhotelan kelas X sebanyak 140 siswa, kelas XI sebanyak 114 siswa, dan kelas XII sebanyak 178 siswa, dan program tata boga kelas X sebanyak 123 siswa, kelas XI sebanyak 107 siswa dan kelas XII sebanyak 148 siswa. Sehingga kelas X sebanyak 386 siswa, kelas XI sebanyak 341 siswa dan kelas XII sebanyak 419 siswa. *k16
1
Komentar