Tinggi 12 Meter, Diyakini Jadi Penjaga Kawasan secara Niskala
Pembangunan Palinggih Ratu Ngurah Agung yang dilengkapi ornamen sepa-sang naga di bagian depan kanan dan kiri, ditarget selesai Mei 2019 mendatang dengan biaya sebesar Rp 400 juta
Krama Banjar Peninjoan, Desa Batuan Renovasi Palinggih Ratu Ngurah Agung
GIANYAR, NusaBali
Sebuah bangunan suci (palinggih) cukup megah tengah dibangun krama Banjar Peninjoan, Desa Pakraman Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Bangunan suci yang disebut Palinggih Ratu Ngurah Agung ini berada di sebelah timur Jalan Raya Batuan-Sukawati, tepatnya sebelah Jembatan Tukad Yeh Agung. Palinggih Ratu Ngurah Agung dipercaya sebagai penjaga wilayah secara niskala.
Palinggih Ratu Ngurah Agung ini merupakan renovasi dari palinggih sebelumnya yang dibangun sederhana. Palinggih sebelumnya seakan tenggelam, karena selain bangunannya rendah, juga semakin tak terliat karena kian ditinggikannya bahu jalan raya.
Menurut Kelian Dinas Banjar Peninjoan, Dedsa Batuan, I Ketut Arsana, 45, Palinggih Ratu Ngurah Agung dirancang menjulang setinggi 12 meter, dengan lebar 6 meter dan tebal 6 meter. Palingguh Ratu Ngurah Agung dilengkapi ornamen sepasang naga di bagian depan kanan dan kiri. Saat ini, Palinggih Ratu Ngurah sedang dalam pengerjaan, dengan biaya mencapai Rp 400 juta.
“Biaya pembangunan Palinggih Ratu Ngurah Agung secara swadaya dari krama melalui peturunan, selain juga dana bansos dan donasi,” ujar Ketut Arsana kepada NusaBali di lokasi, Rabu (13/3). Proses pengerjaan Palinggih Ratu Ngurah Agung dimulai akhir tahun 2018 lalu dan ditarget selesai Mei 2019 mendatang. “Saat ini, pengerjaan sudah sekitar 50 persen, tinggal diukir saja,” jelas Arsana.
Palinggih Ratu Ngurah Agung dibuat dengan bahan paras asli. Sedangkan untuk ornamen sepasang naga, berbahan paras cor. “Kalau semua pakai paras asli, tentu biayanya semakin banyak. Maka, disiasati pakai paras cor untuk ukiran naga. Kami perkirakan 2 bulan lagi akan selesai,” jelasnya.
Selain tampak megah karena ukurannya, Palinggih Ratu Ngurah Agung juga terkesan mewah dari ukirannya yang kini sedang dikerjakan. Menurut Arsana, ke depannya pondasi Palinggih Ratu Ngurah Agung akan dibuatkan senderan, biar lebih aman. Sebab, Palinggih Ratu Ngurah Agung dibangun di atas jurang seblah Jembatan Tukad Yeh Agung, tepat di perbatasan Desa Batuan dan Desa Sukawati.
Arsana menyebutkan, pembangunan Palinggih Ratu Ngurah Agung yang cukup megah ini sudah berdasarkan kesepakatan krama sebanjar. Palinggih Ratu Ngurah Agung termasuk bangunan suci yang dikeramatkan, karena erat kaitannya dengan Pura Dalem Dukuh di Banjar Peninjoan, Desa Pakraman Batuan. “Palinggih Ratu Ngurah Agung ini berfungsi sebagai penjaga wilayah secara niskala,” katanya.
Krama setempat meyakini Ida Batara Sesuhunan yang berstana di Palinggih Ratu Ngurah Agung ini sangat pemurah. Karenanya, cukup banyak krama yang melintas di lokasi, khususnya dari kalangan pedagang, menyempatkan berhenti untuk menghaturkan canang berisi rarapan di Palinggih Ratu Ngurah Agung ini. “Bahkan, ada Ida Nak Lingsir yang sering bersemedi di sini,” beber Arsana.
Selain mejadi penjaga wilayah secara niskala, Palinggih Ratu Ngurah Agung juga berfungsi sebagai tempat medek Ida Batara Sesuhunan ketika melancaran setiap rahina Kajeng Kliwon. Karena kesakralannya, krama akhirnya sepakat merenovasi Palinggih Ratu Ngurah Agung yang poisinya nyaris berhimpitan dengan Jalan Raya Batuan-Sukawati ini. “Krama sangat antusias untuk renovasi Palinggih Ratu Ngurah Agung menjadi lebih tinggi, besar, dan megah ini. Terbukti dari donasi yang mengalir dan dukungan, baik moral maupun material,” tandas Arsana.
Menurut Arsana, antusiasme krama bukan hanya dalam merenovasi Palinggih Ratu Ngurah Agung ini, tapi juga bangunan suci lainnya. Beberapa bulan lalu, krama Banjar Peninjoan, Desa Pakraman Batuan juga merenovasi Candi Kurung Pura Dalem Dukuh, di mana pondasinya ditinggikan 1 meter, dengan alasan yang sama: tenggelam oleh bahu jalan yang semakin tinggi. *nvi
Komentar