Meski Dibiayai Pemerintah, Minat Petani Ikut Asuransi Masih Rendah
Minat petani di Kabupaten Badung ikut Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) masih rendah.
MANGUPURA, NusaBali
Terbukti, sampai tahun 2018 hanya seluas 1.950 hektare lahan sawah warga yang diikutikan program ini. Atau baru sekitar 19,67 persen dari luas lahan persawahan di Gumi Keris yang mencapai 9.938 hektare.
“Walaupun premi dibantu pemerintah, animo petani untuk ikut program AUTP masih rendah. Dari 9.938 hektare sawah, baru 1.950 hektare atau baru sekitar 19,67 persen saja yang diasuransikan,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Putu Oka Swadiana, Rabu (13/3).
Padahal, menurut Swadiana, dengan ikut AUTP banyak manfaatkan bisa didapat petani. Paling utama adalah melindungi para petani dari gagal panen. Di samping itu, untuk ikut program ini petani juga tidak dipungut biaya, sebab premi ditanggung oleh pemerintah, baik Pemkab Badung maupun pemerintah pusat. Adapun premi tersebut nilainya Rp 180.000 per hektare. “Sebesar 80 persen dibiayai oleh pemerintah pusat, atau sekitar Rp 144.000, sedangkan 20 persen dibiayai oleh Pemkab Badung atau senilai Rp 36.000,” tutur Swadiana.
“Dengan demikian petani tidak perlu keluar dana alias gratis, tidak perlu membayar premi dari kantong sendiri, karena seluruhnya sudah ditanggung pemerintah,” imbuh birokrat asal Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, itu.
Nah, pada 2018 lalu, lanjut Swadiana, para petani yang alami gagal panen terbukti menerima ganti rugi. Harga atau nilai pertanggungan ditetapkan sebesar Rp 6 juta per hektare. Total ada delapan subak yang mengajukan klaim, yaitu Subak Sangeh di Kecamatan Abiansemal seluas 0,35 hektare karena kekeringan dan 8,9 hektare terserang penyakit blas; Kelompok Usaha Tani Sejahtera Subak Sempidi di Kecamatan Mengwi seluas 6,6 hektare karena terserang penyakit blas; Subak Bukti di Kecamatan Mengwi seluas 0,29 hektare terserang penyakit blas; Subak Badung di Kecamatan Mengwi seluas 0,76 hektare yang terserang penyakit blas; Subak Tungkub Dalem di Kecamatan Mengwi seluas 2,9 hektare karena kekeringan; Subak Pacung Babakan di Kecamatan Mengwi seluas 2 hektare karena kekeringan; Subak Bergiding di Kecamatan Petang 9 hektare, dimane seluas 7,38 hektare kekeringan dan 1,62 hektare terkena blas; dan yang terakhir adalah Subak Pengelumbaran di Kecamatan Petang juga terserang blas seluas 1,39 hektare.
Berkenaan dengan itu, Swadiana mengatakan akan terus berupaya meningkatkan animo petani untuk ikut AUTP. Caranya, seperti telah bekerja sama dengan Universitas Udayana dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT). Dengan demikian diharapkan lebih tepat dalam penilaian kerusakan tanaman padi. “Di samping itu, ada kerja sama juga dengan Chiba University, Jepang, yang membantu Kabupaten Badung berupa alat untuk menilai kerusakan tanaman melalui satelit, sehingga lebih cepat, tepat, dan akurat,” jelasnya.
Disinggung target pada tahun 2019 ini, Swadiana yang notabene Kadis Perikanan Badung menyatakan akan menggenjot pembinaan dan penyuluhan supaya petani bersedia ikut program AUTP. “Yang jelas kami akan mengintensifkan pembinaan dan penyuluhan kepada para petani agar mengikuti program AUTP. Sebab, tahun ini target kita seluas 3.500 hektare sudah ikut AUTP,” tandasnya. *asa
“Walaupun premi dibantu pemerintah, animo petani untuk ikut program AUTP masih rendah. Dari 9.938 hektare sawah, baru 1.950 hektare atau baru sekitar 19,67 persen saja yang diasuransikan,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Putu Oka Swadiana, Rabu (13/3).
Padahal, menurut Swadiana, dengan ikut AUTP banyak manfaatkan bisa didapat petani. Paling utama adalah melindungi para petani dari gagal panen. Di samping itu, untuk ikut program ini petani juga tidak dipungut biaya, sebab premi ditanggung oleh pemerintah, baik Pemkab Badung maupun pemerintah pusat. Adapun premi tersebut nilainya Rp 180.000 per hektare. “Sebesar 80 persen dibiayai oleh pemerintah pusat, atau sekitar Rp 144.000, sedangkan 20 persen dibiayai oleh Pemkab Badung atau senilai Rp 36.000,” tutur Swadiana.
“Dengan demikian petani tidak perlu keluar dana alias gratis, tidak perlu membayar premi dari kantong sendiri, karena seluruhnya sudah ditanggung pemerintah,” imbuh birokrat asal Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, itu.
Nah, pada 2018 lalu, lanjut Swadiana, para petani yang alami gagal panen terbukti menerima ganti rugi. Harga atau nilai pertanggungan ditetapkan sebesar Rp 6 juta per hektare. Total ada delapan subak yang mengajukan klaim, yaitu Subak Sangeh di Kecamatan Abiansemal seluas 0,35 hektare karena kekeringan dan 8,9 hektare terserang penyakit blas; Kelompok Usaha Tani Sejahtera Subak Sempidi di Kecamatan Mengwi seluas 6,6 hektare karena terserang penyakit blas; Subak Bukti di Kecamatan Mengwi seluas 0,29 hektare terserang penyakit blas; Subak Badung di Kecamatan Mengwi seluas 0,76 hektare yang terserang penyakit blas; Subak Tungkub Dalem di Kecamatan Mengwi seluas 2,9 hektare karena kekeringan; Subak Pacung Babakan di Kecamatan Mengwi seluas 2 hektare karena kekeringan; Subak Bergiding di Kecamatan Petang 9 hektare, dimane seluas 7,38 hektare kekeringan dan 1,62 hektare terkena blas; dan yang terakhir adalah Subak Pengelumbaran di Kecamatan Petang juga terserang blas seluas 1,39 hektare.
Berkenaan dengan itu, Swadiana mengatakan akan terus berupaya meningkatkan animo petani untuk ikut AUTP. Caranya, seperti telah bekerja sama dengan Universitas Udayana dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT). Dengan demikian diharapkan lebih tepat dalam penilaian kerusakan tanaman padi. “Di samping itu, ada kerja sama juga dengan Chiba University, Jepang, yang membantu Kabupaten Badung berupa alat untuk menilai kerusakan tanaman melalui satelit, sehingga lebih cepat, tepat, dan akurat,” jelasnya.
Disinggung target pada tahun 2019 ini, Swadiana yang notabene Kadis Perikanan Badung menyatakan akan menggenjot pembinaan dan penyuluhan supaya petani bersedia ikut program AUTP. “Yang jelas kami akan mengintensifkan pembinaan dan penyuluhan kepada para petani agar mengikuti program AUTP. Sebab, tahun ini target kita seluas 3.500 hektare sudah ikut AUTP,” tandasnya. *asa
Komentar