Cuaca Belum Normal, Nelayan Kedonganan Nekat Melaut
Cuaca ekstrem berupa gelombang tinggi dan angin kencang yang melanda wilayah Bali belakangan ini membuat aktivitas nelayan di Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung terhambat.
MANGUPURA, NusaBali
Walhasil, pasokan ikan di Pasar Kedonganan pun tersendat. Di tengah ketidakpastian cuaca itu, sejumlah nelayan pada Rabu (13/3) terpaksa melaut. Meski demikian, mereka tetap mematuhi peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG.
Salah seorang nelayan, Muslimin, 42, menerangkan semenjak dua pekan sebelum Hari Raya Nyepi, Kamis (7/3), memang para nelayan kewalahan dalam memenuhi kebutuhan ikan di Pasar Kedonganan. Bahkan untuk memenuhi permintaan itu, sejumlah pemasok ikan dari Karangasem membawa dan menjual ikan ke Kedonganan.
“Saat musim hujan banyak (nelayan) yang memilih tidak melaut. Ya, tentu karena disebabkan faktor cuaca. Itu sudah terjadi sejak dua minggu sebelum Nyepi, tapi sekarang sudah ada yang melaut, meski tidak semua nelayan,” katanya, Rabu (13/3) siang.
Diakuinya, meski masih terjadi gelombang tinggi, pihaknya mengakali dengan melaut mulai pagi hari hingga sore. Padahal, biasanya para nelayan melaut mulai sore hingga malam atau dini hari. Namun jumlah tangkapan ikan mereka menurun. Faktor angin kencang dan gelombang tinggi tersebut menjadi pemicu perubahan aktivitas mereka.
Masih menurut Muslimin, meski beberapa nalayan tetap melaut, tapi masih memperhatikan update cuaca terkini dari BMKG. “Tentu ini untuk memenuhi kebutuhan ikan di Pasar Kedonganan, meski hasil tangkapan sedikit. Ya, efeknya pada pendapatan kita yang semakin menurun,” katanya seraya mengakui banyak nelayan yang belum melaut karena takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di tengah laut.
Sementara itu, Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar Imam Faturahman, mengemukakan fenomena alam MJO (Madden Julian Oscillation) yang tumbuh dan berkembang di Samudera Hindia beberapa hari belakangan ini membuat sejumlah wilayah mulai terimbas termasuk Pulau Bali. Dampak dari pergerakan fenomena ini menyebabkan tingginya intensitas curah hujan disertai angin dan gelombang tinggi. Akibat fenomena ini pula mempengaruhi pergerakan angin yang menyebabkan gelombang tinggi berkisaran 2,0 meter hingga 4,0 meter di sejumlah wilayah, seperti di Selat Bali – Lombok dan Alas bagian Selatan, kemudian perairan Selatan Bali hingga Nusa Tenggara Barat (NTB), Samudera Hindia (Selatan Bali) hingga NTB.
Imam mengimbau agar aktivitas pelayaran mulai kapal pengangkut penumpang, kapal barang, dan para nelayan untuk selalu mematuhi imbauan BMKG. “Karena sangat berisiko, kita berharap semua pelaku yang bergerak di pelayaran agar senantiasa menaati setiap imbauan yang dikeluarkan otoritas terkait. Imbauan biasanya bisa dikeluarkan harian tergantung dari pemetaan wilayah terdampak," katanya. *dar
Salah seorang nelayan, Muslimin, 42, menerangkan semenjak dua pekan sebelum Hari Raya Nyepi, Kamis (7/3), memang para nelayan kewalahan dalam memenuhi kebutuhan ikan di Pasar Kedonganan. Bahkan untuk memenuhi permintaan itu, sejumlah pemasok ikan dari Karangasem membawa dan menjual ikan ke Kedonganan.
“Saat musim hujan banyak (nelayan) yang memilih tidak melaut. Ya, tentu karena disebabkan faktor cuaca. Itu sudah terjadi sejak dua minggu sebelum Nyepi, tapi sekarang sudah ada yang melaut, meski tidak semua nelayan,” katanya, Rabu (13/3) siang.
Diakuinya, meski masih terjadi gelombang tinggi, pihaknya mengakali dengan melaut mulai pagi hari hingga sore. Padahal, biasanya para nelayan melaut mulai sore hingga malam atau dini hari. Namun jumlah tangkapan ikan mereka menurun. Faktor angin kencang dan gelombang tinggi tersebut menjadi pemicu perubahan aktivitas mereka.
Masih menurut Muslimin, meski beberapa nalayan tetap melaut, tapi masih memperhatikan update cuaca terkini dari BMKG. “Tentu ini untuk memenuhi kebutuhan ikan di Pasar Kedonganan, meski hasil tangkapan sedikit. Ya, efeknya pada pendapatan kita yang semakin menurun,” katanya seraya mengakui banyak nelayan yang belum melaut karena takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di tengah laut.
Sementara itu, Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar Imam Faturahman, mengemukakan fenomena alam MJO (Madden Julian Oscillation) yang tumbuh dan berkembang di Samudera Hindia beberapa hari belakangan ini membuat sejumlah wilayah mulai terimbas termasuk Pulau Bali. Dampak dari pergerakan fenomena ini menyebabkan tingginya intensitas curah hujan disertai angin dan gelombang tinggi. Akibat fenomena ini pula mempengaruhi pergerakan angin yang menyebabkan gelombang tinggi berkisaran 2,0 meter hingga 4,0 meter di sejumlah wilayah, seperti di Selat Bali – Lombok dan Alas bagian Selatan, kemudian perairan Selatan Bali hingga Nusa Tenggara Barat (NTB), Samudera Hindia (Selatan Bali) hingga NTB.
Imam mengimbau agar aktivitas pelayaran mulai kapal pengangkut penumpang, kapal barang, dan para nelayan untuk selalu mematuhi imbauan BMKG. “Karena sangat berisiko, kita berharap semua pelaku yang bergerak di pelayaran agar senantiasa menaati setiap imbauan yang dikeluarkan otoritas terkait. Imbauan biasanya bisa dikeluarkan harian tergantung dari pemetaan wilayah terdampak," katanya. *dar
Komentar