Keramik Potensi Tembus Australia
Pasar Australia terbuka setelah ada kerja sama dengan Indonesia, sehingga memungkinkan industri berkapasitas besar seperti keramik bisa mengambil peluang.
JAKARTA, NusaBali
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyebutkan keramik produksi Indonesia berpeluang masuk ke Australia setelah penandatanganan Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement antara Indonesia dan Australia (IA-CEPA).
"Ini kesempatan bagi Indonesia untuk memanfaatkan ini (IA-CEPA). Dulu produk atap, ubin, porselen dan bata (impor) dari Australia, sekarang saatnya reverse (berbalik), kita yang suplai ke sana, karena industri mereka sebagian besar juga sudah pindah ke Asia," kata Airlangga dalam pameran Keramika 2019 di Jakarta, Kamis (14/3).
Ia menuturkan pasar Australia yang terbuka setelah kerja sama dengan Indonesia itu memungkinkan industri berkapasitas besar seperti keramik bisa mengambil peluang. "Keramik punya kapasitas sehingga kita dorong lebih dipercepat," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengakui industri keramik tidak akan menyia-nyiakan peluang ekspor ke Negeri Kangguru. Edy menyebut Australia merupakan pasar baru baru industri keramik Indonesia lantaran selama ini pasokannya dipenuhi dari Malaysia dan China.
"Tapi, secara geografis kita lebih dekat kan (dengan Australia). Ini jadi sasaran dan target anggota Asaki bahwa ada pasar baru yaitu Australia," tuturnya.
Edy menambahkan meski belum mengetahui secara rinci besar pangsa pasar keramik di Australia, ia yakin Indonesia mampu memasok keramik jenis granit yang menjadi kebutuhan utama di sana. "Kita bisa pelajari dengan data konsumsi per kapitanya. Tapi, kami yakin dengan produksi kami, untuk keramik granit, yang merupakan kebutuhan Australia, kapasitas kita ini kurang lebih satu juta meter persegi untuk produksi granit," katanya.
Menurut Edy, dengan kapasitas sebesar itu, industri keramik yakin bisa masuk segmen granit di pasar Australia. "Secara volume memungkinkan buat kita untuk agresif ke Australia," pungkasnya. *ant
"Ini kesempatan bagi Indonesia untuk memanfaatkan ini (IA-CEPA). Dulu produk atap, ubin, porselen dan bata (impor) dari Australia, sekarang saatnya reverse (berbalik), kita yang suplai ke sana, karena industri mereka sebagian besar juga sudah pindah ke Asia," kata Airlangga dalam pameran Keramika 2019 di Jakarta, Kamis (14/3).
Ia menuturkan pasar Australia yang terbuka setelah kerja sama dengan Indonesia itu memungkinkan industri berkapasitas besar seperti keramik bisa mengambil peluang. "Keramik punya kapasitas sehingga kita dorong lebih dipercepat," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengakui industri keramik tidak akan menyia-nyiakan peluang ekspor ke Negeri Kangguru. Edy menyebut Australia merupakan pasar baru baru industri keramik Indonesia lantaran selama ini pasokannya dipenuhi dari Malaysia dan China.
"Tapi, secara geografis kita lebih dekat kan (dengan Australia). Ini jadi sasaran dan target anggota Asaki bahwa ada pasar baru yaitu Australia," tuturnya.
Edy menambahkan meski belum mengetahui secara rinci besar pangsa pasar keramik di Australia, ia yakin Indonesia mampu memasok keramik jenis granit yang menjadi kebutuhan utama di sana. "Kita bisa pelajari dengan data konsumsi per kapitanya. Tapi, kami yakin dengan produksi kami, untuk keramik granit, yang merupakan kebutuhan Australia, kapasitas kita ini kurang lebih satu juta meter persegi untuk produksi granit," katanya.
Menurut Edy, dengan kapasitas sebesar itu, industri keramik yakin bisa masuk segmen granit di pasar Australia. "Secara volume memungkinkan buat kita untuk agresif ke Australia," pungkasnya. *ant
Komentar