Pohon Keramat di Pura Dalem Joanyar Kajanan Dibersihkan
Pembersihan dilakukan setelah Ida Sesuhunan Pura Dalem memberi izin. Setelah itu akan didirikan palinggih turus lumbung untuk sementara waktu.
Pohon Sempat Mati dan Hidup Kembali Secara Misterius
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah krama Desa Pakraman Joanyar Kajanan ngayah membersihkan dan memotong ranting-ranting pohon Asam keramat, yang tumbang di mandala utama Pura Dalem Joanyar Kajanan, Jumat (15/3) pagi kemarin. Pembersihan pohon tumbang dan puing-puing seluruh palinggih yang rusak tertimpa itu dilakukan setelah krama dan prajuru adat setempat setelah mendapat petunjuk niskala, melalui upacara nunas raos yang dilakukan Kamis (14/3) sore.
Menurut Wakil Kelian Desa Pakraman Joanyar Kajanan, Nyoman Mangku, pembersihan areal Pura yang berlokasi di Desa Joanyar Kecamatan Seririt, Buleleng itu sudah diperkenankan oleh Ida Sesuhunan Pura Dalem. Hanya saja pembersihan baru dilakukan krama dengan peralatan seadanya dengan memotong ranting-ranting pohon. Sedangkan batang pohon yang berdiameter tiga meter dan tinggi 45 meter itu masih menunggu koordinasi Prajuru Adat dengan Perbekel Joanyar
“Sesuai dengan inti dari nunas raos kemarin Ida sudah mapaice (mengizinkan,red) kayu pohon ini diminta krama, apakah nanti dijual atau diminta krama sudah diizinkan Beliau, jadi hari ini baru mulai dibersihkan,” ujar Mangku yang ditemui di lokasi kejadian.
Setelah bersih nanti prajuru adat dan krama desa akan membuat palinggih turus lumbung untuk sementara waktu. Kemudian diikuti dengan upacara guru piduka, ngulab-ambe dan pecaruan eka sata.
Prajuru adat dan krama melalui paruman pun sementara menyetujui enam palinggih yang rusak tertimpa pohon Asam keramat itu sementara disimbolkan dengan palinggih turus lumbung. “Karena biaya dan keterbatasan dana sementara turus lumbung dulu, nanti tahun 2020 baru bisa dimulai perbaikan,” imbuh dia.
Bencana tumbangnya pohon Asam kramat yang diperkirakan berumur dua ratus tahun lebih itu masih menyimpan teka-teki di benak krama desa setempat. Pasalnya sebelum ditemukan tumbang pada Rabu (19/3) pagi, pohon Asam keramat itu sempat meranggas dan mati di bulan Mei 2018. Kondisi itu juga dituturkan Mangku membuat prajuru adat dan krama sempat menggelar paruman dan berencana akan meminta pohon itu secara niskala untuk ditebang.
“Saat itu kami sudah menggelar paruman dan matur piuning untuk nunas pohon ini karena sudah meranggas dan terlihat mati, daunnya sudah layu semua,” ucap Mangku. Hanya saja berselang tiga hari pasca matur piuning saat jero mangku Dalem sembahyang mendapati pohon Asam Keramat itu hidup kembali.
Daun-daunnya yang semula layu menjadi hijau dan segar kembali. Sejumlah bakal buah Asam pun mulai bermunculan, berbanding terbalik dengan kondisi sebelumnya. Menyaksikan kenyataan itu, prajuru adat dan krama desa pun mengurungkan niatnya untuk menebang pohon Asam Kramat itu.
Sementara itu tak hanya pohon Asamnya yang kramat, ornamen Pura Dalem Desa Pakraman Joanyar Kajanan beberapa masih merupakan bangunan asli yang diperkirakan berumur ratusan tahun. Hal itu berdasarkan prasati yang ditulis pada zaman kerajaan Kalianget yang menyebutkan pemecahan wilayah Kalianget menjadi Desa Kalianget dan Joanyar.
Prajuru adat dan krama pun menyakini Pura Dalem itu dibangun sekitar tahun 1920an. Pura Kahyangan Tiga yang berusia tua itu masih memiliki ciri disejumlah ornament. Terutama pada arsitektur ukiran dan bendung palinggih Gedongan, stana dari Ida Bhatara Siwa. Selain juga relief di dinding dasar palinggih bercerita tentang karma yang akan dijalani di nirwana oleh seseorang jika berbuat tak baik selama hidup di dunia. Palinggih gedongan lengkap dengan dua arca durga di depannya disebut masih orisinil hingga akhirnya rusak tertimpa pohon.
Desa Pakraman pun belum pernah merenovasi palinggih tersebut, terkecuali palinggih lainnya seperti sepat sari, padmasana, piyasan hingga taksu yang sudah mengadopsi ukiran gaya Bali Selatan. *k23
1
Komentar