Bojog Alas Kedaton Disuguhi Gebogan 2,5 Meter
Desa Pakraman Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan kembali bikin penghormatan khusus kepada ribuan bojog duwe (kera yang dikeramatkan) di Pura Dalem Kahyangan Kedaton bertepatan Tumpek Uye pada Saniscara Kliwon Uye, Sabtu (16/4) sore.
TABANAN, NusaBali
Kali ini, ribuan bojog duwe disuguhi gebogan woh-wohan (buah-buahan) berbentuk gunung setinggi 2,5 meter, untuk disantap ramai-ramai. Prosesi persembahan gebogan woh-wohan setinggi 2,5 meter dengan ukuran bagian ba-wah 80 cm x 80 cm dan bagian atas 40 cm x 40 cm untuk ribuan bojog duwe di Objek Wisata Kera Alas Kedaton ini, sebagai simbolik rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, bertepatan Tumpek Kandang, yang merupakan upacara otonan hewan.
Sebelum gebogan woh-wohan disuguhkan kepada ribuan bojog duwe, pamangku Pura Dalem Khayangan Kedaton, yakni Jro Mangku Ketut Sudira dan Jro Mangku Gede Pindah, beserta krama dan prajuru Desa Pakraman Kukuh lebih dulu melaksanakan sembahyang di Utama Mandala Pura Dalem Khayangan Kedaton, sejak pukul 15.00 Wita. Setelah itu, gebogan woh-wohan diarak mengelilingi areal Alas Kedaton, dengan diiringi tabuh baleganjur. Sementara beberapa atribut suci berupa lelontekan, bebandrang, dan tedung bergerak beriringan di depan gebogan.
Puncaknya terjadi sore pukul 16.00 Wita, di mana setelah selesai diarak satu kali putaran, gebogan langsung ditaruh di Nista Mandala Pura Dalem Khayangan Alas Kedaton, untuk memancing bojog duwe mendekat. Dalam sekejap, ribuan bojog duwe langsung berebut buah-buahan yang disuguhkan.
Bendesa Pakraman Kukuh, I Gede Subawa, mengatakan krama setempat memang membuat persembahan khusus kepada ribuan bojog duwe di habitat Alas Kedaton bertepatan dengan Tumpek Uye (tumpek Kandang). Ini merupakan implementasi Tri Hita Karana khususnya palemahan, yakni hubungan antara manusia dengan lingkungan alam.
"Tumpek Uye kan rahina untuk memuliakan hewan. Kami di sini memiliki habitat kera duwe dan kelalawar duwe, kami gelar upacara otonan binatang," ujar Gede Subawa di sela ritual pengarakan gebogan woh-wohan untuk bojog duwe, Sabtu kemarin.
Menurut Gede Subawa, persembahan yang dibuat dan dipersembahkan untuk ribuan bojog duwe di Objek Wisata Alas Kedaton berupa gebogan berisi buah-buhan yang disusun sedemikian rupa setinggi 2,5 meter. Buah yang digunakan semuanya buah lokal mulai dari rambutan, pisang, salak, kacang panjang, hingga jambu biji.
Gebogan woh-wohan yang dipersembahkan kepada bojog duwe, menghabiskan buah-buahan sebanyak 2 kwintal (setara 200 kg). Buah-buahan tersebut dibeli oleh desa pakaraman. Gebogan dirakit oleh para kelian adat dan kelian dinas se-Desa Kukuh di Wantilan Pura Desa Pakraman Kukuh, sebelum kemudian dibawa ke Alas Kedaton. Selain itu, ada juga gebogan ukuran kecil yang dipersembahkan kelompok pedagang Alas Kedaton yang berjarak 6 km.
Gede Subawa menjelaskan, ritual ini sebagai simbolik rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, bertepatan Tumpek Kandang, yang merupakan upacara otonan hewan. "Harapan kami, dengan dibuat persembahan seperti ini, bojog-bojog duwe yang ada di Alas Kedaton nantinya tidak nakal dan tak menganggu wisatawan yang berkunjung," tandas Gede Subawa. Ritual ini sudah digelar untuk keempat kalinya sejak tahun 2017. Persembahan dilakukan 6 bukan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) setiap Tumpek Uye. *de
Kali ini, ribuan bojog duwe disuguhi gebogan woh-wohan (buah-buahan) berbentuk gunung setinggi 2,5 meter, untuk disantap ramai-ramai. Prosesi persembahan gebogan woh-wohan setinggi 2,5 meter dengan ukuran bagian ba-wah 80 cm x 80 cm dan bagian atas 40 cm x 40 cm untuk ribuan bojog duwe di Objek Wisata Kera Alas Kedaton ini, sebagai simbolik rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, bertepatan Tumpek Kandang, yang merupakan upacara otonan hewan.
Sebelum gebogan woh-wohan disuguhkan kepada ribuan bojog duwe, pamangku Pura Dalem Khayangan Kedaton, yakni Jro Mangku Ketut Sudira dan Jro Mangku Gede Pindah, beserta krama dan prajuru Desa Pakraman Kukuh lebih dulu melaksanakan sembahyang di Utama Mandala Pura Dalem Khayangan Kedaton, sejak pukul 15.00 Wita. Setelah itu, gebogan woh-wohan diarak mengelilingi areal Alas Kedaton, dengan diiringi tabuh baleganjur. Sementara beberapa atribut suci berupa lelontekan, bebandrang, dan tedung bergerak beriringan di depan gebogan.
Puncaknya terjadi sore pukul 16.00 Wita, di mana setelah selesai diarak satu kali putaran, gebogan langsung ditaruh di Nista Mandala Pura Dalem Khayangan Alas Kedaton, untuk memancing bojog duwe mendekat. Dalam sekejap, ribuan bojog duwe langsung berebut buah-buahan yang disuguhkan.
Bendesa Pakraman Kukuh, I Gede Subawa, mengatakan krama setempat memang membuat persembahan khusus kepada ribuan bojog duwe di habitat Alas Kedaton bertepatan dengan Tumpek Uye (tumpek Kandang). Ini merupakan implementasi Tri Hita Karana khususnya palemahan, yakni hubungan antara manusia dengan lingkungan alam.
"Tumpek Uye kan rahina untuk memuliakan hewan. Kami di sini memiliki habitat kera duwe dan kelalawar duwe, kami gelar upacara otonan binatang," ujar Gede Subawa di sela ritual pengarakan gebogan woh-wohan untuk bojog duwe, Sabtu kemarin.
Menurut Gede Subawa, persembahan yang dibuat dan dipersembahkan untuk ribuan bojog duwe di Objek Wisata Alas Kedaton berupa gebogan berisi buah-buhan yang disusun sedemikian rupa setinggi 2,5 meter. Buah yang digunakan semuanya buah lokal mulai dari rambutan, pisang, salak, kacang panjang, hingga jambu biji.
Gebogan woh-wohan yang dipersembahkan kepada bojog duwe, menghabiskan buah-buahan sebanyak 2 kwintal (setara 200 kg). Buah-buahan tersebut dibeli oleh desa pakaraman. Gebogan dirakit oleh para kelian adat dan kelian dinas se-Desa Kukuh di Wantilan Pura Desa Pakraman Kukuh, sebelum kemudian dibawa ke Alas Kedaton. Selain itu, ada juga gebogan ukuran kecil yang dipersembahkan kelompok pedagang Alas Kedaton yang berjarak 6 km.
Gede Subawa menjelaskan, ritual ini sebagai simbolik rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, bertepatan Tumpek Kandang, yang merupakan upacara otonan hewan. "Harapan kami, dengan dibuat persembahan seperti ini, bojog-bojog duwe yang ada di Alas Kedaton nantinya tidak nakal dan tak menganggu wisatawan yang berkunjung," tandas Gede Subawa. Ritual ini sudah digelar untuk keempat kalinya sejak tahun 2017. Persembahan dilakukan 6 bukan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) setiap Tumpek Uye. *de
Komentar