Gubernur Ngayah
Gubernur Bali Wayan Koster serta Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menghadiri puncak Karya Ida Batara Turun Kabeh di Pura Besakih yang bertepatan dengan Purnama Kedasa pada Buda Wage Menail, Rabu (20/3).
AMLAPURA, NusaBali
Puncak karya tersebut dipusatkan di Padma Tiga Pura Penataran Agung, dimana rangkaian upacara dimulai sejak pagi hari. Puncak karya dilaksanakan upacara muspayang Ida Batara Turun Kabeh dan muspayang Ida Batara Turun ke Pelesang, dimana Gubernur beserta Ny Putri Suastini Koster, Wakil Gubernur Cok Ace, Bupati Karangasem Ayu Mas Sumatri, serta Sekda Pemprov Bali Dewa Made Indra turut ‘ngayah’ nedunang Ida Batara dalam prosesi Ida Batara Turun ke Paselang.
Ketua Panitia Karya Jro Mangku Widiartha, menjelaskan prosesi yang dilaksanakan pada tahun ini adalah urutan dari upacara Tawur Agung dan berlanjut prosesi Ida Batara Turun Kabeh hingga yang terakhir Ida Batara turun ke Paselang. “Sesuai dengan urutannya, selanjutnya dilaksanakan prosesi mejaya-jaya di Bale Paselang, dilanjutkan Ida Batara Melinggih di pasamuhan dan sorenya ada prosesi Mungkah Ajang di Bale Agung,” papar Mangku Widiartha.
Sementara itu, Ketua PHDI Bali Prof I Gusti Ngurah Sudiana, mengungkapkan Karya Panca Wali Krama yang datang setiap 10 tahun sekali mempunyai makna yang luar biasa, karena bertujuan sebagai prosesi pembersihan alam bawah, alam tengah, dan alam atas. “Ketiga alam tersebut diberikan vibrasi spiritual melalui karya ini, agar tetap terjaga dan harmonis dengan alam semesta,” tuturnya.
Penyucian ketiga alam tersebut, menurut Prof Sudiana, ditandai dengan pemuput karya yang terdiri dari sulinggih Siwa, Budha, dan Bujangga. “Beliau-beliau ini yang secara niskala punya peranan untuk prosesi penyucian ketiga alam tersebut, didahului dengan Upacara Tawur Agung,” tutur Sudiana.
Dilanjutkannya, Karya Panca Wali Krama juga sebagai prosesi untuk permohonan kemakmuran kepada para Dewata atau manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. “Kemakmuran yang termasuk juga kesuburan alam, kasih sayang, dan lain-lain. Karya ini berarti juga prosesi meruwat bumi atau alam agar senantiasa memberikan berkahnya pada manusia,” ujarnya.
Sementara persembahyangan bersama dipuput Ida Sri Begawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun dari Kedatuan Kawista Banjar Munduk Ngandang (Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan), Ida Rsi Begawan Prabu Yoga dari Pasraman Wijaya Denpasar Timur, dan Ida Pedanda Gede Putra Ngenjung dari Gria Keniten (Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat). *k16
Puncak karya tersebut dipusatkan di Padma Tiga Pura Penataran Agung, dimana rangkaian upacara dimulai sejak pagi hari. Puncak karya dilaksanakan upacara muspayang Ida Batara Turun Kabeh dan muspayang Ida Batara Turun ke Pelesang, dimana Gubernur beserta Ny Putri Suastini Koster, Wakil Gubernur Cok Ace, Bupati Karangasem Ayu Mas Sumatri, serta Sekda Pemprov Bali Dewa Made Indra turut ‘ngayah’ nedunang Ida Batara dalam prosesi Ida Batara Turun ke Paselang.
Ketua Panitia Karya Jro Mangku Widiartha, menjelaskan prosesi yang dilaksanakan pada tahun ini adalah urutan dari upacara Tawur Agung dan berlanjut prosesi Ida Batara Turun Kabeh hingga yang terakhir Ida Batara turun ke Paselang. “Sesuai dengan urutannya, selanjutnya dilaksanakan prosesi mejaya-jaya di Bale Paselang, dilanjutkan Ida Batara Melinggih di pasamuhan dan sorenya ada prosesi Mungkah Ajang di Bale Agung,” papar Mangku Widiartha.
Sementara itu, Ketua PHDI Bali Prof I Gusti Ngurah Sudiana, mengungkapkan Karya Panca Wali Krama yang datang setiap 10 tahun sekali mempunyai makna yang luar biasa, karena bertujuan sebagai prosesi pembersihan alam bawah, alam tengah, dan alam atas. “Ketiga alam tersebut diberikan vibrasi spiritual melalui karya ini, agar tetap terjaga dan harmonis dengan alam semesta,” tuturnya.
Penyucian ketiga alam tersebut, menurut Prof Sudiana, ditandai dengan pemuput karya yang terdiri dari sulinggih Siwa, Budha, dan Bujangga. “Beliau-beliau ini yang secara niskala punya peranan untuk prosesi penyucian ketiga alam tersebut, didahului dengan Upacara Tawur Agung,” tutur Sudiana.
Dilanjutkannya, Karya Panca Wali Krama juga sebagai prosesi untuk permohonan kemakmuran kepada para Dewata atau manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. “Kemakmuran yang termasuk juga kesuburan alam, kasih sayang, dan lain-lain. Karya ini berarti juga prosesi meruwat bumi atau alam agar senantiasa memberikan berkahnya pada manusia,” ujarnya.
Sementara persembahyangan bersama dipuput Ida Sri Begawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun dari Kedatuan Kawista Banjar Munduk Ngandang (Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan), Ida Rsi Begawan Prabu Yoga dari Pasraman Wijaya Denpasar Timur, dan Ida Pedanda Gede Putra Ngenjung dari Gria Keniten (Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat). *k16
Komentar