Setelah 18 Tahun, Ida Sasuhunan Melancaran ke Pura Desa Bale Agung Buleleng
Penetapan tujuan dari upacara Melancaran (berkunjung) harus melalui prosesi secara niskala. Karenanya, tujuan dari Melancaran itu tidak bisa ditebak sebelumnya.
Ngusaba Bukakak di Subak Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Ngusaba Bukaka termasuk upacara paling unik yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali di Desa Pakraman Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng. Karena pada puncak upacara yang jatuh pada Purwani Sasih Kedasa, atau sehari setelah Purnama, dilaksanakan upacara Melancaran (berkunjung) Ida Betara Sasuhunan Pura Gunung Sekar dengan pengusungan beberapa Sarad termasuk Sarad Ageng, simbol linggih Dewa Wisnu, oleh ribuan krama menuju tempat yang sudah ditentukan. Uniknya penetapan tujuan dari upacara Melancaran itu harus melalui prosesi secara niskala. Karena itu, tujuan dari Melancaran itu tidak bisa ditebak sebelumnya.
Tahun ini, puncak Ngusaba Bukakak jatuh pada Wraspati Kliwon Menail, Kamis (21/3) hari ini. Nah, tempat yang menjadi tujuan Melancaran itu adalah Pura Bale Agung, Desa Pakraman Buleleng. Rute yang dipilih sudah ditentukan yakni dari Pura Subak di Giri Emas menuju Jalan Surapati (Kampung Tinggi), Jalan Hasanudin (Kampung Kajanan) menuju Jalan Gajah Mada hingga Jalan Mayor Metera (lokasi Pura Desa Bali Agung, Red).
Tentu rute ini tidak seperti biasanya, yakni iring-iringan Bukakak tersebut melintasi areal persawahan dan perkebunan. Karena ada kenyakinan, areal persawahan dan perkebunan yang dilintasi iring-iringan Bukakak, bisa menghasilkan panen dua kali lipat. Namun, prajuru dan tokoh adat Dangin Yeh menyebut, Pura Desa Bale Agung, Pakraman Buleleng pernah menjadi tujuan Melancaran dalam Ngusaba Bukakak pada tahun 2001 atau 18 tahun lalu. “Tujuan Melancaran itu tergantung keinginan Ida Sasuhunan. Krama tidak bisa memaksakan, nanti pasti jalannya ke sana, sesuai keinginan Ida,” kata Kelian Subak Dangin Yeh Ketut Sukrana, yang ditemui, Rabu (20/3).
Dikatakannya, penentuan tujuan Melancaran menuju Pura Desa Bale Agung ini telah dilaksanakan pada Soma Kliwon Menail, Senin (18/3) lalu, saat Nuntun Ida Betara Mutering Jagat — sasuhunan di Pura Gunung Sekar, Pakraman Giri Emas, menuju Pura Subak — pusat Ngusaba Bukakak, yang berjarak sekitar 300 meter.
Dalam prosesi ini, salah seorang Pamangku Pura Kahyangan Tiga Dangin Yeh, yakni Pamangku Pura Dalem, Jero Nyoman Lambeg, mengalami trance atau kerauhan. Melalui trance tersebut, Pamangku akan menunjukkan ke mana Sarad Ageng itu Melancaran termasuk tempat yang menjadi tujuan utama. Dalam prosesi itu, disampaikan tujuan dari Melancaran itu adalah Pura Desa Bale Agung, Desa Pakraman Buleleng. “Sebenarnya ini yang dinanti-nanti oleh krama, karena ingin tahu ke mana Ida jagi melancaran (ke mana Ida akan berkunjung, Red). Makanya saat Nuntun Ida Betara, seluruh krama itu tangkil ke Pura Subak ikut menyaksikan prosesi itu,” kata Sukrana.
Dalam proses Melancaran itu, akan ada beberapa Sarad termasuk Sarad Ageng yang disimbolkan sebagai perwujudan dari linggih Dewa Wisnu, yang akan diusung oleh ribuan krama. Sarad Ageng itu terbuat dari puluhan batang bambu yang dirakit, kemudian dihiasi ambu, yakni daun enau muda yang di beberapa bagian ujungnya berisi bunga Pucuk Bang (Pucuk warna merah). Sarad ini tidak dibuat sembarangan, karena Sarad ini harus menyerupai Burung Garuda sebagai simbol dari linggih Dewa Wisnu. Sarad Ageng ini menjadi sarana utama dalam tradisi Ngusaba Bukakak. Sarad Ageng ini dibuat hanya sebagai tempat, karena di dalam Sarad Ageng itu berisi sarana upacara lainnya. Sarana upacara yang utama dalam Sarad Ageng itu adalah Celeng Selem Blolot (babi hitam legam) yang kemudian sebagian dipanggang dan sebagian lagi dibiarkan mentah (lebeng matah). Celeng Selem Blolot juga tidak sembarangan dipakai sarana. Sesuai namanya, babi harus benar-benar hitam, tidak boleh ada warna bulu putih sekalipun itu hanya satu helai. Babi hitam yang dipakai juga harus yang sudah bertaring.
Di tempat terpisah, Kelian Desa Pakraman Buleleng Jero Nyoman Sutrisna yang dikonfirmasi menyatakan kesiapannya menyambut iring-iringan Bukakak, Subak Dangin Yeh, Desa Giri Emas. Dikatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan seluruh Prajuru Banjar Adat yang ada di Pakraman Buleleng, agar melibatkan pecalang dalam pengamanan perjalanan Bukakak. “Nanti ada pecalang dari Kampung Baru, Banjar Bali, Banjar Jawa, Banjar Tengah, Banjar Penguyangan, Banjar Petak, Banjar Penataran, Banjar Delod Peken, dan Banjar Liligundi. Kami juga mengajak Krama Tri Datu nyanggra Bukakak di Pura Desa Bale Agung,” tutur Jero Sutrisna, yang juga Kepala Dinas Pariwisata Buleleng.
Sementara Kadis Perhubungan (Kadishub) Buleleng Gede Gunawan AP, mengaku pengamanan ruas jalan selama pelaksananaan Bukakak, telah diatensi oleh jajaran Polres Buleleng. Meski demikian, pihaknya tetap ikut mengatensi pelaksanaan tersebut, karena dipastikan akan terjadi kemacetan selama prosesi Bukakak berlangsung. *k19
Komentar