Gedung Lab Bahasa Belum Tuntas
Pihak sekolah mengadakan bazar keliling untuk menggali dana melanjutkan pembangunan atap gedung.
BANGLI, NusaBali
Pembangunan gedung lab bahasa di SMPN 2 Bangli belum tuntas. Pembangunan yang didanai Pemprov Bali ini dikerjakan pada tahun 2014 meliputi pondasi dan tembok. Hanya saja tanpa atap sehingga tidak bisa dimanfaatkan. Akhirnya ada partisipasi orangtua siswa, terkumpul dana Rp 30 juta, sementara dana yang dihabiskan untuk rangka dan atap Rp 60 juta.
Kasek SMPN 2 Bangli, IB Gde Wardana, mengatakan pembangunan lab bahasa merupakan bantuan dari pemerintah provinsi. Tahap awal pembangunan meliputi pondasi dan tembok. “Pembangunan awal tidak sampai pembuatan atap. Bangunan selebar 9 meter dan panjang 15 meter,” ungkap IB Gde Wardana, Rabu (20/3). Usai pembangunan pondasi tidak ada lagi pembangunan lanjutan. Sehingga bangunan itu terkesan mangkrak tanpa atap. Dijelaskan, dari Pemprov Bali tidak menganggarkan lagi untuk kelanjutan pembanguan tersebut. “Bangunan ini termasuk aset provinsi, jika kami mengajukan proposal ke Pemkab Bangli jelas tidak bisa,” terang IB Gde Wardana.
Dikatakan, pada tahun 2015 ada partisipasi orangtua dan sepakat bangunan tersebut harus beratap. “Orangtua siswa mensuport untuk memasang atap,” ujarnya. IB Wardana membeberkan dari partisipasi orangtua siswa terkumpul dana Rp 30 juta, sementara dana yang dihabiskan untuk rangka atas dan atap sekitar Rp 60 juta. “Untuk memenuhi kekurangan dana pihak sekolah mengadakan bazar keliling sehingga hasinyal bisa mendukung pembangunan atap gedung,” tandasnya. Meski bangunan sudah dipasang atap, namun belum bisa difungsikan karena perlu finishing termasuk fasilitas pendukungnya. Menurut IB Wardana, dana yang dibutuhkan diperkirakan sampai Rp 150 juta. “Karena status bangunan sudah masuk aset kabupaten, maka untuk kelanjutan pembanguan kami mengajukan permohonan ke dinas,” imbuhnya. *es
Kasek SMPN 2 Bangli, IB Gde Wardana, mengatakan pembangunan lab bahasa merupakan bantuan dari pemerintah provinsi. Tahap awal pembangunan meliputi pondasi dan tembok. “Pembangunan awal tidak sampai pembuatan atap. Bangunan selebar 9 meter dan panjang 15 meter,” ungkap IB Gde Wardana, Rabu (20/3). Usai pembangunan pondasi tidak ada lagi pembangunan lanjutan. Sehingga bangunan itu terkesan mangkrak tanpa atap. Dijelaskan, dari Pemprov Bali tidak menganggarkan lagi untuk kelanjutan pembanguan tersebut. “Bangunan ini termasuk aset provinsi, jika kami mengajukan proposal ke Pemkab Bangli jelas tidak bisa,” terang IB Gde Wardana.
Dikatakan, pada tahun 2015 ada partisipasi orangtua dan sepakat bangunan tersebut harus beratap. “Orangtua siswa mensuport untuk memasang atap,” ujarnya. IB Wardana membeberkan dari partisipasi orangtua siswa terkumpul dana Rp 30 juta, sementara dana yang dihabiskan untuk rangka atas dan atap sekitar Rp 60 juta. “Untuk memenuhi kekurangan dana pihak sekolah mengadakan bazar keliling sehingga hasinyal bisa mendukung pembangunan atap gedung,” tandasnya. Meski bangunan sudah dipasang atap, namun belum bisa difungsikan karena perlu finishing termasuk fasilitas pendukungnya. Menurut IB Wardana, dana yang dibutuhkan diperkirakan sampai Rp 150 juta. “Karena status bangunan sudah masuk aset kabupaten, maka untuk kelanjutan pembanguan kami mengajukan permohonan ke dinas,” imbuhnya. *es
Komentar