Buka Hanya di Hari Rabu, Cara Masaknya Masih Tradisional
Nasi Babi Guling Men Rebo yang Selalu Dinanti Pelannggan
TABANAN, NusaBali
Menu nasi babi guling memang menjadi primadona hampir di seluruh daerah di Bali, tak terkecuali di Tabanan. Di sepanjang jalan Denpasar-Gilimanuk misalnya, banyak ditemui warung nasi babi guling yang berjejer. Namun ada yang berbeda di salah satu warung nasi babi guling yang dijual pasangan suami istri (Pasutri) I Made Sudiarta, 70, dan Ni Wayan Sulami, 65 di Banjar Selingsing Kelod, Desa Pangkung Karung, Kecamatan Kerambitan, Tabanan.
Mereka menjual nasi babi guling hanya pada hari Rabu saja hingga dikenal dengan nama Nasi Babi Guling Men Rebo. Uniknya nasi babi guling mereka selalu dinanti pembeli, bahkan pembeli dari berbagai kalangan ini rela antre berjam-jam. Sehingga nasi babi guling mereka sehari bisa 200 porsi habis terjual.
Salah seorang pembeli, I Made Sulantara, 48, mengatakan ia sering makan ke Men Rebo tanpa absen sekali pun. Katanya Nasi Men Rebo bumbunya banyak dan meresap dibandingkan dengan nasi babi guling yang lain. "Kalau nasi babi guling lain itu kayak kurang bumbu yang Men Rebo seluruhnya meresap hingga ke jeroan," ujarnya.
Pria dari Banjar Jelay, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan ini pun rela antre menunggu hingga 1 jam. Maklum saja pelanggan Men Rebo ini banyak apalagi jam makan siang antrean sampai 20 orang. "Tidak apa antre meskipun berjam-jam karena menurut saya enak," aku Sulantra.
Hal serupa disampaikan oleh Wira Sanjiwani. Menurutnya Nasi Men Rebo memang memiliki rasa enak. Selain tidak terlalu pedas, bumbu dan kuah balungnya meresap mencirikan bumbu bali. "Apalagi kuah balung itu disiramkan ke nasi saya jadi tambah lahap makan," akunya.
Sementara itu, pemilik warung Babi Guling Men Rebo, I Made Sudiarta mengaku, sudah berjualan sejak tahun 2006. Awalnya sang istri hanya berjualan es, tipat cantok dan rujak, lama kelamaan setelah ia operasi otak beralih ke jualan babi guling. "Dinamakan Men Rebo karena habis operasi saya memulai lagi jualan dan itu bertepatan dengan hari Rabu, karena kalau jualan setiap hari sudah tak bisa sebab terkendala umur," akunya.
Dalam menyiapkan masakan, Sudiarta hanya menyiapkan berdua bersama sang istri Ni Wayan Sulami. Mereka mulai bangun pukul 02.00 WITA dinihari. Diawali dari nampah celeng hingga berlanjut nguling yang memerlukan waktu empat jam. Mengingat usianya sudah tua, Sudiarta saat nampah celeng memakai bantuan Bangsung (bambu diulat) yang sebelumnya celeng tersebut sudah ia ikat sore harinya. "Mulai dari nampah hingga ngorok saya yang mengerjakan, sementara istri saya siapkan bumbu dan menggoreng jeroan," jelasnya.
Setelah seluruhnya beres pasutri ini mulai berjualan pukul 11.00 WITA dan akan tutup sekitar pukul 17.00 WITA. Bahkan saking larisnya bisa saja dalam jangka waktu 3 jam kulit dari babi guling yang ditunggu pembeli sudah ludes. "Tetapi karena habisnya tergantung banyaknya pembeli, kadang ada sisa, sisanya itu kami olah buat be genyol," ujar Sudiarta.
Diakuinya, berat babi yang digunakan babi guling kisaran 50 kilogram hingga sampai 60 kilogram. Bahkan dulu saat usianya masih siteng (kuat) Sudiarta mengaku pernah nguling babi hingga 80 kilogram. "Saya dapatkan babi dari pelanggan yang membawakan ke rumah, dijual ke saya dengan harga per kilogram Rp 31.000 tergantung musim," beber Sudiarta yang saat ini sudah memiliki 5 orang cucu.
Sementara untuk harga mereka jual seporsi nasi babi guling Rp 20.000, sedangkan nasi babi guling yang nasinya dipisah seharga Rp 25.000. Bahkan pembeli juga bisa menambah kulit babi sepuasnya tentu harus mengeluarkan tambahan biaya. Tak jarang hal itu banyak dipesan oleh pembeli. Selain dijual hari Rabu, Nasi Babi Guling Men Rebo memiliki keunikan cara memasaknya masih tradisional menggunakan tungku. Bahkan meski usia mereka sudah usur, mereka masih enerjik dalam melayani pembeli. *de
Mereka menjual nasi babi guling hanya pada hari Rabu saja hingga dikenal dengan nama Nasi Babi Guling Men Rebo. Uniknya nasi babi guling mereka selalu dinanti pembeli, bahkan pembeli dari berbagai kalangan ini rela antre berjam-jam. Sehingga nasi babi guling mereka sehari bisa 200 porsi habis terjual.
Salah seorang pembeli, I Made Sulantara, 48, mengatakan ia sering makan ke Men Rebo tanpa absen sekali pun. Katanya Nasi Men Rebo bumbunya banyak dan meresap dibandingkan dengan nasi babi guling yang lain. "Kalau nasi babi guling lain itu kayak kurang bumbu yang Men Rebo seluruhnya meresap hingga ke jeroan," ujarnya.
Pria dari Banjar Jelay, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan ini pun rela antre menunggu hingga 1 jam. Maklum saja pelanggan Men Rebo ini banyak apalagi jam makan siang antrean sampai 20 orang. "Tidak apa antre meskipun berjam-jam karena menurut saya enak," aku Sulantra.
Hal serupa disampaikan oleh Wira Sanjiwani. Menurutnya Nasi Men Rebo memang memiliki rasa enak. Selain tidak terlalu pedas, bumbu dan kuah balungnya meresap mencirikan bumbu bali. "Apalagi kuah balung itu disiramkan ke nasi saya jadi tambah lahap makan," akunya.
Sementara itu, pemilik warung Babi Guling Men Rebo, I Made Sudiarta mengaku, sudah berjualan sejak tahun 2006. Awalnya sang istri hanya berjualan es, tipat cantok dan rujak, lama kelamaan setelah ia operasi otak beralih ke jualan babi guling. "Dinamakan Men Rebo karena habis operasi saya memulai lagi jualan dan itu bertepatan dengan hari Rabu, karena kalau jualan setiap hari sudah tak bisa sebab terkendala umur," akunya.
Dalam menyiapkan masakan, Sudiarta hanya menyiapkan berdua bersama sang istri Ni Wayan Sulami. Mereka mulai bangun pukul 02.00 WITA dinihari. Diawali dari nampah celeng hingga berlanjut nguling yang memerlukan waktu empat jam. Mengingat usianya sudah tua, Sudiarta saat nampah celeng memakai bantuan Bangsung (bambu diulat) yang sebelumnya celeng tersebut sudah ia ikat sore harinya. "Mulai dari nampah hingga ngorok saya yang mengerjakan, sementara istri saya siapkan bumbu dan menggoreng jeroan," jelasnya.
Setelah seluruhnya beres pasutri ini mulai berjualan pukul 11.00 WITA dan akan tutup sekitar pukul 17.00 WITA. Bahkan saking larisnya bisa saja dalam jangka waktu 3 jam kulit dari babi guling yang ditunggu pembeli sudah ludes. "Tetapi karena habisnya tergantung banyaknya pembeli, kadang ada sisa, sisanya itu kami olah buat be genyol," ujar Sudiarta.
Diakuinya, berat babi yang digunakan babi guling kisaran 50 kilogram hingga sampai 60 kilogram. Bahkan dulu saat usianya masih siteng (kuat) Sudiarta mengaku pernah nguling babi hingga 80 kilogram. "Saya dapatkan babi dari pelanggan yang membawakan ke rumah, dijual ke saya dengan harga per kilogram Rp 31.000 tergantung musim," beber Sudiarta yang saat ini sudah memiliki 5 orang cucu.
Sementara untuk harga mereka jual seporsi nasi babi guling Rp 20.000, sedangkan nasi babi guling yang nasinya dipisah seharga Rp 25.000. Bahkan pembeli juga bisa menambah kulit babi sepuasnya tentu harus mengeluarkan tambahan biaya. Tak jarang hal itu banyak dipesan oleh pembeli. Selain dijual hari Rabu, Nasi Babi Guling Men Rebo memiliki keunikan cara memasaknya masih tradisional menggunakan tungku. Bahkan meski usia mereka sudah usur, mereka masih enerjik dalam melayani pembeli. *de
1
Komentar