Masyarakat Yakini Pancoran Solas Alas Tapa Dijaga Dewi Cantik dan Ratu Bagus
Di areal Pelukatan Alas Tapa juga berdiri sebuah Griya Niskala yang tidak boleh diganggu bahkan dibanguni bangunan apa pun.
BANGLI, NusaBali.com
Pelukatan Solas Pancoran Alas Tapa yang terletak di Desa Peninjoan, Tembuku, Bangli, tenyata memiliki beberapa cerita mistis. Hal itu diungkapkan Perbekel Desa Peninjoan, I Dewa Nyoman Tagel Putra Adnyana, 60, Senin (18/3) saat ditemui NusaBali.com di lokasi pelukatan. Menurutnya, pelukatan yang bersumber dari 11 kelebutan (mata air) tersebut dijaga oleh sosok dewi cantik berwujud Dewi Sri dan Ratu Bagus yang berwujud seekor harimau.
Menurut penjelasan Perbekel Dewa Tagel, Alas Tapa memiliki sejarah yang cukup unik, yang mana arti dari Alas Tapa yakni ‘alas’ yang berarti ‘hutan yang rimbun’ dan ‘tapa’ yang berarti ‘meditasi’ yang memiliki makna pendekatan diri pada Tuhan. Namun, Alas Tapa menurut penyampaian pengelingsir (tetua) Dalem Tarukan yang puranya berlokasi di Pulasari, menyampaikan bahwa Alas Tapa masuk dalam Babad Dalem Tarukan. Konon menurut warga Dalem Tarukan, bhatara yang bersemayam di Dalem Tarukan beryoga di Alas Tapa memohonkan kedamaian dan kesuburan karena pada saat itu sedang terjadi peperangan.
Karena desa yang memiliki luas sekitar 13,6 kilometer tersebut kebanyakan memiliki potensi berupa mata air, maka Perbekel bersama krama desa juga menggagas peningkatan debet air untuk mengairi sawah yang ada di 4 Pura Subak yang ada di Dusun Tampuagan, Desa Peninjoan, dengan membuat bendungan (embung). Dana Desa sebesar Rp 328 juta digelontorkan demi pembangunan embung, namun ternyata pembangunan tersebut hanya menghabiskan Rp 217 juta. Sehubungan dengan ditetapkannya Desa Peninjoan sebagai Desa Wisata oleh Pemkot Bangli di tahun 2018, maka di tahun yang sama, sisa dana tersebut dialokasikan untuk merenovasi lokasi Pelukatan Alas Tapa, yang terletak di sebelah utara embung untuk dijadikan wisata spiritual.
“Kami spontanitas ingin menggagas wisata spiritual yang mana bersumber dari alam, yaitu dari mata air. Masing-masing mata air itu mempunyai nama, nama yang sudah kami terima dari leluhur terdahulu, yaitu, Tirta Surya, Tirta Candra, Tirta Alas Tapa, Tirta Julit, Tirta Widyadari, Tirta Banyumas, Tirta Barong, Tirta Sudhamala, Tirta Tunggang, Tirta Butbut, dan Tirta Mampeh,” tutur Perbekel yang mengawali kariernya sebagai Kaur Pemerintahan di Desa Peninjoan tersebut.
Sehubungan dengan gagasan itu, sebelumnya Perbebekel Dewa Tagel sempat bermimpi bahwa di lokasi pelukatan tersebut ada sesosok Dewi Kesuburan yang diyakini sebagai Dewi Sri yang didampingi oleh Ratu Bagus yang berwujud harimau. Berangkat dari mimpi itu, ia lalu menginformasikan pada tetua adat untuk menanyakan maksud mimpi tersebut. Menurut tetua melalui ‘pengelihatannya,’ tirta Alas Tapa kerap kali keruh pada malam Purnama, Tilem, dan hari-hari suci lainnya. Diyakini, ada seorang dewi cantik yang bermain dengan seekor macan dalam kolam sehingga meninggalkan air yang keruh.
Selain fenomena tersebut, disebutkan pula bahwa di sekitar Pelukatan Alas Tapa berdiri pula Griya Niskala menurut Pengelingsir Dalem Tarukan yang memperoleh pawisik. Pawisik tersebut juga menyebutkan untuk tidak membangun apa pun di areal griya tersebut karena tempat itu milik mereka yang tak kasat mata. Maka, ketika bertandang ke sana, para pemedek akan melihat sebuah gundukan tanah landai kosong yang cukup tinggi di areal Pelukatan Alas Tapa. “Itu kan sebuah kepercayaan, tapi yang jelas memang setelah ingin membangun pelukatan itu kami dapat mimpi, berarti kan kami diberikan jalan,” kenang pria yang telah berkepala 6 tersebut.
Peristiwa mistis juga datang dari embung yang rampung pada Mei 2018, yang rencana akan dipagari besi. Hal itu diawali oleh beberapa pemuda sengaja berenang di bendungan sedalam kurang lebih 2 meter tersebut. Namun, karena kesakralannya, air embung tiba-tiba meninggi dan membuncah. “Saat itu kami sedang di Surabaya dan kaur kami menelepon, embung niki dipakai tempat berenang, ternyata airnya naik. Makanya, saya perintahkan Sekdes untuk membuat larangan berenang di sana, mungkin itu harus disucikan, akhirnya sekarang tidak ada yang berani berenang di sana,” lanjutnya.
Sehubungan dengan hal itu, Perbekel yang telah menjabat 2 periode itu berencana untuk membangun berbagai fasilitas pelengkap lainnya, seperti patung Dewi Sri dan Ratu Bagus di atas pancuran tirta, kolam renang untuk anak-anak dan dewasa (agar tidak ada yang berenang dalam embung), taman yang ditanami berbagai tumbuhan untuk upakara yang dinamai ‘Taman Banten,’ juga tempat untuk mengganti pakaian bagi para pemedek yang usai melukat. Namun, gagasan tersebut masih tersendat lantaran belum cukup biaya. Meski demikian, Dewa Tagel mengaku telah bersinergi dengan beberapa pihak untuk membangun tempat meditasi di sekitar pelukatan yang digadang-gadang telah memiliki sketsa dan sedikit dana.
“Kami ingin menggagas itu, mudah-mudahan juga diberi kesempatan oleh masyarakat untuk melanjutkan tugas ini. Nanti kalau semua sudah rampung, saat melaspas yang lebih besar akan mengundang kurang lebih 15 sulinggih untuk muput di Pelukatan Solas Pancoran Alas Tapa,” pungkas Dewa Tagel mantap. *cr41
Komentar