KNKT Bantah 'Isi' CVR Lion JT 610 Bocor
Rekaman suara yang beredar di masyarakat berbeda dengan isi CVR di KNKT
JAKARTA, NusaBali
Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) membantah isi rekaman cockpit voice recorder (CVR) pesawat Lion Air JT 610 yang diungkap salah satu media internasional. Pesawat tersebut terjatuh di perairan Karawang pada Oktober 2018 lalu.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, rekaman suara yang beredar luas di masyarakat tak sama dengan isi CVR yang diperoleh pihaknya.
“KNKT juga menyampaikan bahwa isi rekaman CVR tidak sama dengan apa yang beredar di media, sehingga menurut KNKT isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti isi CVR,” ujar Soerjanto di kantornya, Jakarta, Kamis (21/3) seperti dilansir kompas.
Soerjanto menambahkan, dalam CVR yang didapat pihaknya juga tak ditemukan isi rekaman penerbangan JT 043 rute Denpasar-Jakarta. Penerbangan JT 043 itu merupakan penerbangan sebelum JT 610 jatuh di perairan Karawang.
“KNKT menyampaikan bahwa hasil download CVR merekam sejak persiapan penerbangan JT610 sampai dengan akhir penerbangan. Penerbangan JT043 sudah terhapus (overwritten) sehingga sudah tidak ada di CVR,” kata Soerjanto dilansir kompas.
Hal itu disampaikan KNKT terkait bocornya rekaman CVR yang diberitakan Reuters.
Disebutkan bahwa pilot pilot pesawat Lion Air JT 610 itu sempat berujar "Allahu Akbar". Dalam berita berjudul "Black Box Reveals Clues to Lion Air Crash," disebutkan bahwa pilot panik mencari penyebab pesawat dalam kondisi stall. Selain itu juga ada pilot yang sibuk mempelajari buku manual untuk menemukan solusi saat kondisi darurat.
Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam kesempatan yang sama menuturkan bahwa pada akhir penerbangan pilot mengatakan tidak bisa melanjutkan penerbangan tersebut dan timbul kepanikan. “Tapi saya tidak sampaikan ada Allahu Akbar,” katanya dilansir bisnis.
Seperti diketahui, dari pemberitaan-pemberitaan sebelumnya, pesawat Lion Air PK-LQP jatuh di perairan Karawang pada 29 Oktober 2018 saat terbang dengan rute JT 610 Jakarta-Pangkalpinang. Sehari sebelumnya, yaitu pada 28 Oktober 2018, pesawat itu terbang dengan rute Denpasar-Jakarta dengan nomor penerbangan JT 043.
Laporan Reuters
Informasi soal isi rekaman CVR sebelumnya diungkap Reuters dalam laporan eksklusifnya pada Rabu (20/3). Informasi itu didasari keterangan tiga sumber yang mengetahui isi CVR. Reuters sendiri tidak memiliki rekaman ataupun transkrip dari isi CVR.
Dua dari tiga sumber itu menyebut ada pilot lain di penerbangan Lion Air PK-LQP Denpasar-Jakarta. Pilot lain itu disebut berasal dari Batik Air, yang masih satu grup dengan Lion Air.
Dia disebut berada dalam kokpit dan membantu menyelesaikan masalah flight control yang muncul ketika penerbangan. Keberadaan pilot lain ini pertama kali diungkap oleh Bloomberg.
Pilot tersebut telah diwawancara KNKT. Namun, sesuai dengan aturan, isi wawancara itu tidak dapat dipublikasikan. Informasi yang bisa disampaikan KNKT adalah pilot itu memiliki kualifikasi untuk menerbangkan pesawat tipe Boeing 737 MAX 8.
Soerjanto mengatakan KNKT telah berdiskusi dengan Boeing dan FAA mengenai sistem Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Tetapi, hasil investigasi kecelakaan Lion Air PK-LQP belum akan diumumkan dalam waktu dekat.
"Terkait seluruh hasil investigasi ini akan disampaikan oleh KNKT pada final report yang dijadwalkan akan dipublikasikan pada bulan Agustus atau September 2019," ungkapnya. *
Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) membantah isi rekaman cockpit voice recorder (CVR) pesawat Lion Air JT 610 yang diungkap salah satu media internasional. Pesawat tersebut terjatuh di perairan Karawang pada Oktober 2018 lalu.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, rekaman suara yang beredar luas di masyarakat tak sama dengan isi CVR yang diperoleh pihaknya.
“KNKT juga menyampaikan bahwa isi rekaman CVR tidak sama dengan apa yang beredar di media, sehingga menurut KNKT isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti isi CVR,” ujar Soerjanto di kantornya, Jakarta, Kamis (21/3) seperti dilansir kompas.
Soerjanto menambahkan, dalam CVR yang didapat pihaknya juga tak ditemukan isi rekaman penerbangan JT 043 rute Denpasar-Jakarta. Penerbangan JT 043 itu merupakan penerbangan sebelum JT 610 jatuh di perairan Karawang.
“KNKT menyampaikan bahwa hasil download CVR merekam sejak persiapan penerbangan JT610 sampai dengan akhir penerbangan. Penerbangan JT043 sudah terhapus (overwritten) sehingga sudah tidak ada di CVR,” kata Soerjanto dilansir kompas.
Hal itu disampaikan KNKT terkait bocornya rekaman CVR yang diberitakan Reuters.
Disebutkan bahwa pilot pilot pesawat Lion Air JT 610 itu sempat berujar "Allahu Akbar". Dalam berita berjudul "Black Box Reveals Clues to Lion Air Crash," disebutkan bahwa pilot panik mencari penyebab pesawat dalam kondisi stall. Selain itu juga ada pilot yang sibuk mempelajari buku manual untuk menemukan solusi saat kondisi darurat.
Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam kesempatan yang sama menuturkan bahwa pada akhir penerbangan pilot mengatakan tidak bisa melanjutkan penerbangan tersebut dan timbul kepanikan. “Tapi saya tidak sampaikan ada Allahu Akbar,” katanya dilansir bisnis.
Seperti diketahui, dari pemberitaan-pemberitaan sebelumnya, pesawat Lion Air PK-LQP jatuh di perairan Karawang pada 29 Oktober 2018 saat terbang dengan rute JT 610 Jakarta-Pangkalpinang. Sehari sebelumnya, yaitu pada 28 Oktober 2018, pesawat itu terbang dengan rute Denpasar-Jakarta dengan nomor penerbangan JT 043.
Laporan Reuters
Informasi soal isi rekaman CVR sebelumnya diungkap Reuters dalam laporan eksklusifnya pada Rabu (20/3). Informasi itu didasari keterangan tiga sumber yang mengetahui isi CVR. Reuters sendiri tidak memiliki rekaman ataupun transkrip dari isi CVR.
Dua dari tiga sumber itu menyebut ada pilot lain di penerbangan Lion Air PK-LQP Denpasar-Jakarta. Pilot lain itu disebut berasal dari Batik Air, yang masih satu grup dengan Lion Air.
Dia disebut berada dalam kokpit dan membantu menyelesaikan masalah flight control yang muncul ketika penerbangan. Keberadaan pilot lain ini pertama kali diungkap oleh Bloomberg.
Pilot tersebut telah diwawancara KNKT. Namun, sesuai dengan aturan, isi wawancara itu tidak dapat dipublikasikan. Informasi yang bisa disampaikan KNKT adalah pilot itu memiliki kualifikasi untuk menerbangkan pesawat tipe Boeing 737 MAX 8.
Soerjanto mengatakan KNKT telah berdiskusi dengan Boeing dan FAA mengenai sistem Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Tetapi, hasil investigasi kecelakaan Lion Air PK-LQP belum akan diumumkan dalam waktu dekat.
"Terkait seluruh hasil investigasi ini akan disampaikan oleh KNKT pada final report yang dijadwalkan akan dipublikasikan pada bulan Agustus atau September 2019," ungkapnya. *
Komentar