Positif DB, Siswa SD Meninggal
Orangtua Narenda, Anak Agung Manik kecewa dengan tim dokter BRSUD Tabanan yang sempat memulangkan anaknya usai diperiksa.
TABANAN, NusaBali
Siswa kelas I SD Immaculata Tabanan, Anak Agung Ngurah Jaya Narendradiningrat, 7, meninggal akibat demam berdarah (DB), Minggu (22/5) dinihari. Korban sempat menderita panas sejak Selasa (17/5) dan diperiksakan ke bidan. Sebelum meninggal, Narendra sempat mual dan muntah darah. Dengan adanya korban meninggal, Kepala Dinas Kesehatan Tabanan dr Nyoman Suratmika menyebut Tabanan berstatus KLB (kejadian luar biasa).
Narendra, korban meninggal akibat DB merupakan sulung dua bersaudara dari pasangan suami istri Anak Agung Ngurah Manik dan Sagung Alit Srinur Dewi. Korban merupakan siswa kelas I SD Immaculata Tabanan asal Banjar Jagasatru, Desa/Kecamatan Kediri, Tabanan. Menurt Ngurah Manik, Agung Narendra mulai mengalami panas sejak Selasa (17/5). “Waktu itu saya ajak berobat ke bidan dekat rumah,” ungkap Ngurah Manik di rumah duka, kemarin.
Bidan memberikan obat dan menyarankan jika selama tiga hari panasnya tidak turun agar cek darah. Pada Kamis (18/5), Manik kemudian mengajak Agung Narendra berobat dan cek darah di dokter keluarga di Desa/Kecamatan Kediri. Saat itu panas tubuhnya sudah menurun. Hasil cek darah, trombosit 195 dan dinyatakan normal. “Dokter bilang tensi normal dan meminta cek darah ulang pada hari Minggu,” imbuh Ngurah Manik.
Namun pada Sabtu (21/5) sekitar pukul 16.00 Wita, Narendra muntah dan mual. Ibu korban, Sagung Alit Srinur Dewi mengajak Narendra berobat ke BRSUD Tabanan. Saat itu, Ngurah Manik tak ikut serta karena mengikuti loka karya di Kecamatan Ubud, Gianyar. Narendra hanya diperiksa di BRSUD Tabanan tanpa cek darah lagi. Usai diperiksa, Narendra dipulangkan. “Waktu itu disuruh pulang dan diberikan obat mual,” tutur Manik.
Sepulang dari BRSUD Tabanan, Narendra kembali alami mual dan muntah darah, sekitar pukul 22.00 Wita. Narendra langsung dibawa ke BRSUD Tabanan dan diberikan perawatan di ruang ICU karena muntah darah. Saat dirawat di ICU, trombosit mencapai 60. “Jujur waktu itu saya sangat khawatir, namun melihat detak jantung anak saya masih normal saya ada harapan besar,” ungkap Manik.
Apa yang diharapkan meleset, kondisi Narendra terus menurun. Hingga pukul 00.00 Wita, Narendra dinyatakan meninggal. “Saya kecewa pada dokter saat periksa anak saya sore hari. Kenapa tidak waktu itu diantisipasi dan mengapa dipulangkan,” sesal Manik yang kesehariannya sebagai wartawan ini. Narendra akan diupacarai pada Kamis Wraspati Umanis Ugu (26/5) mendatang. “Saya sangat kehilangan, dia putra pertama saya,” ucap Ngurah Manik penuh duka.
Ngurah Manik menambahkan selain karena terkena DB, saat mapeluasan (minta petunjuk niskala melalui orang pintar), Narendra dinyatakan melik (bawaan khusus) karena ngayah di Pura Dalem. “Semoga anak saya bisa menyatu dengan Tuhan,” harapnya.
Direktur BRSUD Tabanan dr Nyoman Susila membenarkan jika pasien atas nama Anak Agung Ngurah Jaya Narendradiningrat meninggal karena DB dengan Denque Shock Syndrom (DSS). dr Susila akan melakukan audit pada kasus DB ini. Audit tersebut memang prosedur yang dilakukan jika ada korban positif DB meninggal. “Dalam proses audit ini semua pandangan profesional dari berbagai profesi terlibat,” terangnya.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan dr Nyoman Suratmika mengatakan jika sudah ada yang meninggal dinyatakan KLB. Sebelumnya pada tahun 2015 tidak ada kasus DB sampai memakan korban. Dikatakan, DB pada anak-anak patut diwaspasai. Potensinya untuk menjadi shock lebih besar jika dibandingkan orang dewasa. “Jika daya tahan tubuh turun dan virus DB yang diderita tingkat keganasan tinggi maka potensi shock maupun pendarahan besar,” ungkapnya. 7 cr61
Komentar