Nilai Tukar Rupiah Lebih 'Jinak' di 2019
Bank Indonesia memperkirakan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 2019 tak setinggi 2018.
JOGJAKARTA, NusaBali
Ini lebih dikarenakan sentimen utama, yaitu The Fed mulai melunak. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan, pasalnya, pada Rabu (20/3) malam waktu setempat, The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada 2,25 - 2,5 persen atau median 2,375 persen.
Penetapan suku bunga itu menguatkan ekspetasi pelaku pasar untuk kebijakan yang lebih melunak (dovish). The Fed juga mengubah sinyalemen untuk arah kebijakan suku bunga dalam jangka menengah, yang menyiratkan jumlah kenaikan suku bunga acuan yang lebih rendah dalam dua tahun ke depan.
"Seperti hasil FOMC di tanggal 21 Maret, memberi sinyal semakin jelas bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga, setidaknya untuk tahun 2019 ini. Artinya, satu faktor global itu sudah jelas akan memberikan dukungan terhadap stabilitas rupiah," ujar Nanang di Jogjakarta, Minggu (24/3).
Meski demikian, Nanang menegaskan, Bank Indonesia tidak akan mengendorkan antisipasinya terhadap berbagai potensi gejolak ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Bank Indonesia, saat ini masih mewaspadai dinamika ekonomi global yang bisa memberikan efek rambatan terhadap negara berkembang seperti dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara maju, yakni Amerika Serikat, China, Jerman, dan Prancis.
"Memang ada faktor lain yang muncul yaitu situasi ekonomi global yang belakangan semakin melemah atau merosot. Tapi berdasarkan beberapa referensi itu akan bangkit di akhir tahun 2019," ujarnya.
Sebelumnya Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan, nilai tukar rupiah menguat sejalan kinerja sektor eksternal yang membaik.
Selain itu, dia mengatakan, penguatan tersebut juga didukung oleh aliran masuk modal asing yang besar ke pasar keuangan domestik. "Aliran masuk modal asing terutama terjadi di pasar Surat Berharga Negara, sedangkan pasar saham mencatat aliran keluar," ujar dia.
Berdasarkan data BI, aliran masuk modal asing hingga Februari 2019 mencapai 6,3 miliar dollar AS. Ke depan, dia menegaskan BI optimistis nilai tukar rupiah akan tetap berada dalam tren menguat dan stabil terhadap dolar AS sejalan prospek sektor eksternal yang membaik. "BI nilai tukar rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga dengan baik. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, BI terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, khususnya di pasar uang dan valas," ujar dia.*
Ini lebih dikarenakan sentimen utama, yaitu The Fed mulai melunak. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan, pasalnya, pada Rabu (20/3) malam waktu setempat, The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada 2,25 - 2,5 persen atau median 2,375 persen.
Penetapan suku bunga itu menguatkan ekspetasi pelaku pasar untuk kebijakan yang lebih melunak (dovish). The Fed juga mengubah sinyalemen untuk arah kebijakan suku bunga dalam jangka menengah, yang menyiratkan jumlah kenaikan suku bunga acuan yang lebih rendah dalam dua tahun ke depan.
"Seperti hasil FOMC di tanggal 21 Maret, memberi sinyal semakin jelas bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga, setidaknya untuk tahun 2019 ini. Artinya, satu faktor global itu sudah jelas akan memberikan dukungan terhadap stabilitas rupiah," ujar Nanang di Jogjakarta, Minggu (24/3).
Meski demikian, Nanang menegaskan, Bank Indonesia tidak akan mengendorkan antisipasinya terhadap berbagai potensi gejolak ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Bank Indonesia, saat ini masih mewaspadai dinamika ekonomi global yang bisa memberikan efek rambatan terhadap negara berkembang seperti dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara maju, yakni Amerika Serikat, China, Jerman, dan Prancis.
"Memang ada faktor lain yang muncul yaitu situasi ekonomi global yang belakangan semakin melemah atau merosot. Tapi berdasarkan beberapa referensi itu akan bangkit di akhir tahun 2019," ujarnya.
Sebelumnya Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan, nilai tukar rupiah menguat sejalan kinerja sektor eksternal yang membaik.
Selain itu, dia mengatakan, penguatan tersebut juga didukung oleh aliran masuk modal asing yang besar ke pasar keuangan domestik. "Aliran masuk modal asing terutama terjadi di pasar Surat Berharga Negara, sedangkan pasar saham mencatat aliran keluar," ujar dia.
Berdasarkan data BI, aliran masuk modal asing hingga Februari 2019 mencapai 6,3 miliar dollar AS. Ke depan, dia menegaskan BI optimistis nilai tukar rupiah akan tetap berada dalam tren menguat dan stabil terhadap dolar AS sejalan prospek sektor eksternal yang membaik. "BI nilai tukar rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga dengan baik. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, BI terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, khususnya di pasar uang dan valas," ujar dia.*
Komentar