Hanya 2 Pedagang di Pasar Desa Kayubihi
Tanpa kios, pedagang tak melirik Pasar Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli. Sejak didirikan tahun 2015 lalu, dari enam pedagang hanya bertahan dua orang.
BANGLI, NusaBali
Mereka berjualan nasi babi guling dan makanan ringan. Para pedagang sewa tempat Rp 500 ribu per bulan sudah termasuk air dan listrik. Los pasar hanya menyisikan plangkiran yang terpasang di tiang bangunan. Areal pasar dipenuhi rerumputan.
Pasar Desa Kayubihi berlokasi di Banjar Kayang, dibangun dengan bantuan dana Gerbangsadu Bali Mandara tahun 2015. Salah seorang pedagang, ibu Made Krismon, mengatakan sempat ada 6 pedagang berjualan di Pasar Desa Kayubihi. Namun berjalannya waktu satu demi satu pedagang tidak lagi berjualan. Pedagang babi guling ini mengaku tidak tahu alasan para pedagang lainnya berhenti berjualan. “Kami hanya menyewa tanah saja. Sewa lahan Rp 500 ribu per bulan. Lapak kami buat sendiri,” ungkap bu Krismon, Minggu (24/3).
Perbekel Desa Kayubihi, I Ketut Widiana, mengakui Pasar Desa Kayubihi sepi pedagang. Dikatakan, sepinya pedagang berjualan di Pasar Desa Kayubihi karena tidak ada kios. Pedagang kesulitan menyimpan barang dagangannya. Saat ini pedagang bolak-balik mengangkut dagangannya. “Paginya harus mengangkat barang dan begitupula sore hari barag dagangannya harus diangkut kembali. Pedagang belum bisa menyimpan barang dagangan di pasar,” ungkapnya.
Ketut Widana mengaku sedang berjuang untuk mendapat bantuan dari Kabupaten Badung lewat dana PHR. “Jika sudah terealisasi kami yakin pasar desa ini bisa berjalan optimal,” imbuhnya. Diakui sudah banyak warga yang mendaftar jika tersedia kios. Dijelaskan, Pasar Desa Kayubihi dibangun dengan dana Rp 200 juta bersumber dari Gerbangsadu Bali Mandara. Pasar desa dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Kami kurang tahu besaran retribusinya. Pedagang babi guling memang menyewa tempat,” imbuhnya. *esa
Pasar Desa Kayubihi berlokasi di Banjar Kayang, dibangun dengan bantuan dana Gerbangsadu Bali Mandara tahun 2015. Salah seorang pedagang, ibu Made Krismon, mengatakan sempat ada 6 pedagang berjualan di Pasar Desa Kayubihi. Namun berjalannya waktu satu demi satu pedagang tidak lagi berjualan. Pedagang babi guling ini mengaku tidak tahu alasan para pedagang lainnya berhenti berjualan. “Kami hanya menyewa tanah saja. Sewa lahan Rp 500 ribu per bulan. Lapak kami buat sendiri,” ungkap bu Krismon, Minggu (24/3).
Perbekel Desa Kayubihi, I Ketut Widiana, mengakui Pasar Desa Kayubihi sepi pedagang. Dikatakan, sepinya pedagang berjualan di Pasar Desa Kayubihi karena tidak ada kios. Pedagang kesulitan menyimpan barang dagangannya. Saat ini pedagang bolak-balik mengangkut dagangannya. “Paginya harus mengangkat barang dan begitupula sore hari barag dagangannya harus diangkut kembali. Pedagang belum bisa menyimpan barang dagangan di pasar,” ungkapnya.
Ketut Widana mengaku sedang berjuang untuk mendapat bantuan dari Kabupaten Badung lewat dana PHR. “Jika sudah terealisasi kami yakin pasar desa ini bisa berjalan optimal,” imbuhnya. Diakui sudah banyak warga yang mendaftar jika tersedia kios. Dijelaskan, Pasar Desa Kayubihi dibangun dengan dana Rp 200 juta bersumber dari Gerbangsadu Bali Mandara. Pasar desa dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Kami kurang tahu besaran retribusinya. Pedagang babi guling memang menyewa tempat,” imbuhnya. *esa
Komentar