Dokter Spesialis Patenkan Kenangan Lewat Buku
Siapa sangka dokter yang selama ini bergelut dengan stetoskop, jarum dan infus, juga bisa akrab dengan keyboard di komputer untuk menuliskan kisahnya.
SINGARAJA, NusaBali
Ya, sebuah buku berjudul ‘Merayakan Ingatan’, karya dr Putu Arya Nugraha, SpPD, baru saja dirilis. Buku setebal 107 halaman itu pun dibedah Selasa (26/3) di Fakultas Kedokteran Undiksha kampus Jinengdalem, Singaraja.
Dalam buku pertama yang berhasil dirampungkan oleh dr Arya itu berisi tentang kisah dan kenangan pribadinya. Salah satu magnet dari isi buku itu adalah kisah perjuangan dan pelayanan kesehatan yang dilakukan di Desa Long Pujungan, sebuah desa pedalaman di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Ia yang saat ini masih aktif sebagai dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Buleleng itu pun mengabadikan lima tahun pertama masa kerjanya di pedalaman yang penuh tantangan itu.
Sastrawan sekaligus dosen sastra Undiksha, Kadek Sonia Piscayanti, mendapat kepercayaan menelisik dan pengulik buku karya dokter asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar Buleleng itu. Setelah membaca buku yang disebut Sonia mengapresiasi, buku yang berhasil ditelor oleh seorang dokter, yang ditulis sangat kreatif dan bergaya sastra. Hal itu tercermin menghidupkan istilah-istilah kedokteran dalam ceritanya yang dengan mudah dipahami pembaca.
“Karya dokter Arya ini masuk dalam genre memoar yang memuat penggalan kisah hidup yang berarti baginya dan saya yakin dari gaya penulisannya, dokter Arya banyak belajar dari buku yang sudah dibacanya,” jelas Sonia.
Sementara itu penulis buku, dr Arya Nugraha mengaku dirinya menulis buku itu sebagai bentuk kecintaan dirinya pada dunia sastra. Ia pun merajut satu demi satu cerita hidupnya sebagai dokumentasi pribadi di masa mendatang. Selain itu ia berharap buku yang ditulis itu mengubah paradigma masyarakat maupun dokter, sehingga pelayanan medis bisa berjalan dengan baik. “Ini semua kisah nyata, saya tulis apa adanya. Saya kira sejawat lain yang tugas di pedalaman punya cerita yang sama bahkan lebih baik, tapi belum sempat ditulis,” ucap dokter berkacamata itu.
Dengan buku karyanya ia pun berangan ingin mengubah kesan dan pandangan negatif masyarakat terhadap profesi dokter selama ini. Padahal pandangan itu muncul karena segelintir dokter saja yang tak melakukan pelayanan dengan hati sesuai dengan hakekat profesi dokter. “Saya kebetulan punya pengalaman di pedalaman, dan saya ingin berbagi pada dokter atau calon dokter. Bahwa kita sudah seharusnya kembali menjadi pelayan rakyat,” kata Arya. *k23
Dalam buku pertama yang berhasil dirampungkan oleh dr Arya itu berisi tentang kisah dan kenangan pribadinya. Salah satu magnet dari isi buku itu adalah kisah perjuangan dan pelayanan kesehatan yang dilakukan di Desa Long Pujungan, sebuah desa pedalaman di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Ia yang saat ini masih aktif sebagai dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Buleleng itu pun mengabadikan lima tahun pertama masa kerjanya di pedalaman yang penuh tantangan itu.
Sastrawan sekaligus dosen sastra Undiksha, Kadek Sonia Piscayanti, mendapat kepercayaan menelisik dan pengulik buku karya dokter asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar Buleleng itu. Setelah membaca buku yang disebut Sonia mengapresiasi, buku yang berhasil ditelor oleh seorang dokter, yang ditulis sangat kreatif dan bergaya sastra. Hal itu tercermin menghidupkan istilah-istilah kedokteran dalam ceritanya yang dengan mudah dipahami pembaca.
“Karya dokter Arya ini masuk dalam genre memoar yang memuat penggalan kisah hidup yang berarti baginya dan saya yakin dari gaya penulisannya, dokter Arya banyak belajar dari buku yang sudah dibacanya,” jelas Sonia.
Sementara itu penulis buku, dr Arya Nugraha mengaku dirinya menulis buku itu sebagai bentuk kecintaan dirinya pada dunia sastra. Ia pun merajut satu demi satu cerita hidupnya sebagai dokumentasi pribadi di masa mendatang. Selain itu ia berharap buku yang ditulis itu mengubah paradigma masyarakat maupun dokter, sehingga pelayanan medis bisa berjalan dengan baik. “Ini semua kisah nyata, saya tulis apa adanya. Saya kira sejawat lain yang tugas di pedalaman punya cerita yang sama bahkan lebih baik, tapi belum sempat ditulis,” ucap dokter berkacamata itu.
Dengan buku karyanya ia pun berangan ingin mengubah kesan dan pandangan negatif masyarakat terhadap profesi dokter selama ini. Padahal pandangan itu muncul karena segelintir dokter saja yang tak melakukan pelayanan dengan hati sesuai dengan hakekat profesi dokter. “Saya kebetulan punya pengalaman di pedalaman, dan saya ingin berbagi pada dokter atau calon dokter. Bahwa kita sudah seharusnya kembali menjadi pelayan rakyat,” kata Arya. *k23
Komentar