Pujawali Rambutsiwi, Pamedek Diimbau Tidak Gunakan Plastik
Persembahyangan bersama pujawali Pura Dang Kahyangan Rambutsiwi, di Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana pada Buda Umanis Prangbakat, Rabu (27/3), akan digelar selama lima hari hingga Redite Kliwon Prangbakat, Minggu (31/3) nanti.
NEGARA, NusaBali
Berkenaan karya pujawali kali ini, pihak pangempon mengimbau pamedek agar tidak menggunakan plastik untuk tempat sokasi banten, canang sari, maupun ketika nunas tirta. Ketua Pangempon Pura Dang Kahyangan Rambutsiwi I Gusti Made Sedana, didampingi Pamangku Pura Tirtha lan Segara Rambutsiwi Jro Mangku Suardana, Rabu kemarin, mengatakan imbauan agar tidak menggunakan plastik di Pura Dang Kahyangan Rambutsiwi ini memang baru pertama kali ditegaskan serangkaian pujawali kali ini. Selain berkenaan Pergub Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai, imbauan itu juga bertujuan menanamkan kepedulian umat terhadap kebersihan lingkungan di pura setempat. “Tidak hanya saat pujawali, setiap tangkil ke Pura Dang Kahyangan Rambutsiwi, kami imbau pamedek tidak menggunakan plastik sekali pakai, dan bisa diterapkan di lingkungan masing-masing,” ujarnya.
Jro Mangku Suardana yang juga anggota Sabha Walaka Pinandita Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jembrana, menambahkan karena memang baru digaungkan, saat ada umat yang ditemukan masih menggunakan plastik, tidak sampai dilarang mengikuti persembahyangan. Seperti ketika nunas tirta ada yang menggunakan plastik, tetap akan dilayani. Namun mereka diingatkan secara langsung, agar ke depannya tidak lagi menggunakan plastik. “Selain nunas tirta, biasanya kan banyak yang pakai plastik untuk menenteng sokasi banten maupun tempat canang sari. Itu yang kami imbau agar jangan gunakan plastik lagi. Seperti untuk tempat sokasi banten, bisa gunakan kain. Tempat canang sari bisa menggunakan daun, dan nunas tirta bisa menggunakan toples atau sangku, asalkan jangan plastik sekali pakai,” ungkapnya.
Setiap pujawali, sambung Jro Mangku Suardana, juga selalu ada imbauan kepada umat agar kembali mengambil sampah, seperti canang sari, bunga, dupa, dan lain-lain yang digunakan usai persembahyangan untuk dibuang pada tempatnya. Selain itu, juga diperingatkan kepada umat agar menggunakan busana adat ke pura yang baik. “Kalau sudah mau sembahyang, kami juga selalu ingatkan agar HP disunyikan dulu, dengan maksud agar tidak mengganggu konsentrasi ketika umat melaksanakan persembahyangan bersama. Imbauan itu semuanya bertujuan baik. Baik itu kepada umat sendiri maupun kesucian pura,” ucapnya.
Untuk diketahui, ada sembilan parahyangan di Pura Dang Kahyangan Rambutsiwi. Dalam rangkaian pujawali, persembahyangan diawali di Pura Pesanggrahan, selanjutnya di Pura Taman, Pura Penataran, Pura Goa Dasar, Pura Tirtha lan Segara, Pura Pasimpangan Melanting, Pura Pasimpangan Gading Wani, Pura Pasimpangan Dalem Ped, dan terakhir di Pura Luhur. Pura Dang Kahyangan Rambutsiwi yang juga termasuk salah satu Pura Kahyangan Jagad di Bali, selalu ramai dikunjungi umat setiap pujawali. Khusus pujawali kali ini, upakaranya dilaksanakan di tingkat madya, dengan banten Pulagembal. “Kecuali jatuhnya pujawali bertepatan dengan Purnama, baru akan dilaksanakan pujawali tingkat utama,” tutur Gusti Made Sedana. *ode
Jro Mangku Suardana yang juga anggota Sabha Walaka Pinandita Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jembrana, menambahkan karena memang baru digaungkan, saat ada umat yang ditemukan masih menggunakan plastik, tidak sampai dilarang mengikuti persembahyangan. Seperti ketika nunas tirta ada yang menggunakan plastik, tetap akan dilayani. Namun mereka diingatkan secara langsung, agar ke depannya tidak lagi menggunakan plastik. “Selain nunas tirta, biasanya kan banyak yang pakai plastik untuk menenteng sokasi banten maupun tempat canang sari. Itu yang kami imbau agar jangan gunakan plastik lagi. Seperti untuk tempat sokasi banten, bisa gunakan kain. Tempat canang sari bisa menggunakan daun, dan nunas tirta bisa menggunakan toples atau sangku, asalkan jangan plastik sekali pakai,” ungkapnya.
Setiap pujawali, sambung Jro Mangku Suardana, juga selalu ada imbauan kepada umat agar kembali mengambil sampah, seperti canang sari, bunga, dupa, dan lain-lain yang digunakan usai persembahyangan untuk dibuang pada tempatnya. Selain itu, juga diperingatkan kepada umat agar menggunakan busana adat ke pura yang baik. “Kalau sudah mau sembahyang, kami juga selalu ingatkan agar HP disunyikan dulu, dengan maksud agar tidak mengganggu konsentrasi ketika umat melaksanakan persembahyangan bersama. Imbauan itu semuanya bertujuan baik. Baik itu kepada umat sendiri maupun kesucian pura,” ucapnya.
Untuk diketahui, ada sembilan parahyangan di Pura Dang Kahyangan Rambutsiwi. Dalam rangkaian pujawali, persembahyangan diawali di Pura Pesanggrahan, selanjutnya di Pura Taman, Pura Penataran, Pura Goa Dasar, Pura Tirtha lan Segara, Pura Pasimpangan Melanting, Pura Pasimpangan Gading Wani, Pura Pasimpangan Dalem Ped, dan terakhir di Pura Luhur. Pura Dang Kahyangan Rambutsiwi yang juga termasuk salah satu Pura Kahyangan Jagad di Bali, selalu ramai dikunjungi umat setiap pujawali. Khusus pujawali kali ini, upakaranya dilaksanakan di tingkat madya, dengan banten Pulagembal. “Kecuali jatuhnya pujawali bertepatan dengan Purnama, baru akan dilaksanakan pujawali tingkat utama,” tutur Gusti Made Sedana. *ode
1
Komentar