Cuaca Buruk, Ekspor Produk Buah Bali Terganggu
Di tengah geliat ekspor produk hortikultura khususnya buah, ada persoalan lain yang menghantui.
DENPASAR, NusaBali
Kondisi cuaca, yang ditandai dengan hujan lebat dan angin kencang belakangan ini membuat produk ekspor buah mengalami masalah. Manggis salah satunya. Karena terdampak cuaca, buah manggis mengalami luka dalam. Buyer di negara tujuan komplain.
Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiarta mengatakan, Kamis (28/3). “Padahal ekspor buah baru saja menggeliat,” ujar Sugiarta.
Petani dan pebisnis (eksportir) sedang bersemangat. Tahu- tahu diterjang persoalan, faktor cuaca. “Inilah sulitnya,” ujar Sugiarta. Menurut Sugiarta, sudah ada komplain dari pembeli dari negara tujuan, khususnya dari Tiongkokyang komplain. Itulah sebabnya pengiriman manggis jadi menurun. “Saya juga mengurangi pengiriman. Paling hanya 1 ton sehari,” ujar Sugiarta.
Sejauh ini sortiran terhadap buah yang akan diekspor dilakukan secara manual, lewat pengamatan warna buah dan juga tangkai. Diduga dalam proses sortir itu ada yang luput, sehingga produk yang sudah ‘cacat’ lolos. Biasanya produk buah mengalami busuk atau luka dalam, warna kulitnya tidak normal atau bercak-bercak. Tangkainya menghitam. “ Ini rupanya yang harus menjadi catatan diketahui bersama,” kata Sugiarta.
Hal tersebut disebabkan, karena sampai saat ini belum ada alat sortir yang bisa digunakan untuk mendeteksi kondisi dalam buah. Jadi pensortiran manggis, hanya berdasarkan pengamatan luar saja pada buah. “Mudah-mudahan nanti ada alat yang dapat mengecek kondisi daging buah,” harap Sugiarta. *k17
Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiarta mengatakan, Kamis (28/3). “Padahal ekspor buah baru saja menggeliat,” ujar Sugiarta.
Petani dan pebisnis (eksportir) sedang bersemangat. Tahu- tahu diterjang persoalan, faktor cuaca. “Inilah sulitnya,” ujar Sugiarta. Menurut Sugiarta, sudah ada komplain dari pembeli dari negara tujuan, khususnya dari Tiongkokyang komplain. Itulah sebabnya pengiriman manggis jadi menurun. “Saya juga mengurangi pengiriman. Paling hanya 1 ton sehari,” ujar Sugiarta.
Sejauh ini sortiran terhadap buah yang akan diekspor dilakukan secara manual, lewat pengamatan warna buah dan juga tangkai. Diduga dalam proses sortir itu ada yang luput, sehingga produk yang sudah ‘cacat’ lolos. Biasanya produk buah mengalami busuk atau luka dalam, warna kulitnya tidak normal atau bercak-bercak. Tangkainya menghitam. “ Ini rupanya yang harus menjadi catatan diketahui bersama,” kata Sugiarta.
Hal tersebut disebabkan, karena sampai saat ini belum ada alat sortir yang bisa digunakan untuk mendeteksi kondisi dalam buah. Jadi pensortiran manggis, hanya berdasarkan pengamatan luar saja pada buah. “Mudah-mudahan nanti ada alat yang dapat mengecek kondisi daging buah,” harap Sugiarta. *k17
Komentar