Postingan di Medsos Bikin Resah, Warga Padangaji Minta Maaf
Warga Padangaji Tengah, Desa Peringsari, Kecamatan Selat, Karangasem, I Gusti Bagus Yustiawan, 44, dipanggil dan dimintai keterangan oleh anggota Polsek Selat, Jumat (29/3).
AMLAPURA, NusaBali
Gusti Yustiawan diperiksa polisi gara-gara buat status meresahkan di facebook (FB). Ia menulis status 'Gn Agung bergolak lagi moga hancur Karangasem'.
Kapolsek Selat, AKP I Made Sutirta, mengatakan Gusti Yustiawan, menulis status meresahkan itu saat kondisi mabuk. Penulis status langsung minta maaf. Permohonan maaf direkam dalam video dan kembali disebarkan melalui media sosial. AKP Sutirta mengatakan Gusti Yustiawan menulis status tersebut setelah Gunung Agung kembali erupsi pada Kamis (28/3) pukul 18.25 Wita, ditandai hujan abu dan hujan pasir di sejumlah wilayah di bagian utara Gunung Agung.
Setelah tersiar kabar Gusti Yustiawan menulis status yang meresahkan warga masyarakat, petugas Polsek Salat bergerak cepat memanggil dan menggiring yang bersangkutan ke Mapolsek Selat untuk dimintai keterangannya. Gusti Yustiawan mengakui membuat status seperti itu dengan alasan dalam kondisi mabuk. Usai diperiksa langsung minta maaf, dengan menyatukan kedua tangannya, petugas merekam pernyataan maaf Gusti Yustiawan. "Sehubungan status saya di FB tanggal 28 Maret 2019 yang meresahkan masyarakat Karangasem saya mohon maaf kepada masyarakat Karangasem. Saya berjanji tidak akan mengulangi lagi," jelas Gusti Yustiawan dalam pernyataan maafnya melalui video yang disebarkan di medsos.
Kapolsek Selat AKP I Made Sutirta mengatakan telah memeriksa yang bersangkutan. "Kami telah memanggil dan memeriksa yang bersangkutan dan telah pula minta maaf. Kami hanya memberikan pembinaan agar kasus itu tidak terulang kembali," jelas AKP I Made Sutirta.
Relawan dari Pasebaya Agung Karangasem melalui Sekretaris I Wayan Suara menyayangkan adanya postingan status di medsos menyulut ketersinggungan warga Karangasem. "Kalau bisa janganlah menulis status seperti itu, kami telah berupaya mengedukasi masyarakat. Kalau dibilang menulis status dalam kondisi mabuk, itu alasan pembenar saja. Masak orang mabuk bisa menulis," kilah I Wayan Suara yang juga Perbekel Amerta Bhuana, Kecamatan Selat.
Padahal kata I Wayan Suara akibat erupsi Gunung Agung ditandai suara gemuruh yang menggelegar, sebanyak 28 desa di lingkar Gunung Agung, hanya segelintir warga dari Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu yang bergeser dari rumahnya ke aula Kantor Desa Ban. Sedangkan warga lainnya masih bertahan, sambil memantau situasi. *k16
Kapolsek Selat, AKP I Made Sutirta, mengatakan Gusti Yustiawan, menulis status meresahkan itu saat kondisi mabuk. Penulis status langsung minta maaf. Permohonan maaf direkam dalam video dan kembali disebarkan melalui media sosial. AKP Sutirta mengatakan Gusti Yustiawan menulis status tersebut setelah Gunung Agung kembali erupsi pada Kamis (28/3) pukul 18.25 Wita, ditandai hujan abu dan hujan pasir di sejumlah wilayah di bagian utara Gunung Agung.
Setelah tersiar kabar Gusti Yustiawan menulis status yang meresahkan warga masyarakat, petugas Polsek Salat bergerak cepat memanggil dan menggiring yang bersangkutan ke Mapolsek Selat untuk dimintai keterangannya. Gusti Yustiawan mengakui membuat status seperti itu dengan alasan dalam kondisi mabuk. Usai diperiksa langsung minta maaf, dengan menyatukan kedua tangannya, petugas merekam pernyataan maaf Gusti Yustiawan. "Sehubungan status saya di FB tanggal 28 Maret 2019 yang meresahkan masyarakat Karangasem saya mohon maaf kepada masyarakat Karangasem. Saya berjanji tidak akan mengulangi lagi," jelas Gusti Yustiawan dalam pernyataan maafnya melalui video yang disebarkan di medsos.
Kapolsek Selat AKP I Made Sutirta mengatakan telah memeriksa yang bersangkutan. "Kami telah memanggil dan memeriksa yang bersangkutan dan telah pula minta maaf. Kami hanya memberikan pembinaan agar kasus itu tidak terulang kembali," jelas AKP I Made Sutirta.
Relawan dari Pasebaya Agung Karangasem melalui Sekretaris I Wayan Suara menyayangkan adanya postingan status di medsos menyulut ketersinggungan warga Karangasem. "Kalau bisa janganlah menulis status seperti itu, kami telah berupaya mengedukasi masyarakat. Kalau dibilang menulis status dalam kondisi mabuk, itu alasan pembenar saja. Masak orang mabuk bisa menulis," kilah I Wayan Suara yang juga Perbekel Amerta Bhuana, Kecamatan Selat.
Padahal kata I Wayan Suara akibat erupsi Gunung Agung ditandai suara gemuruh yang menggelegar, sebanyak 28 desa di lingkar Gunung Agung, hanya segelintir warga dari Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu yang bergeser dari rumahnya ke aula Kantor Desa Ban. Sedangkan warga lainnya masih bertahan, sambil memantau situasi. *k16
1
Komentar