KONI Galakkan Sport Tourism
Selama ini sport tourism sudah ada. Tapi tidak dikemas dengan baik dan benar. Padahal penilaian saya sport tourism itu seperti raksasa tidur.
DENPASAR, NusaBali
KONI Provinsi Bali siap menggalakkan kejuaraan yang ‘berbau’ sport tourism sebagai agenda rutin di masing-masing Pengprov cabor. Hal itu dilakukan untuk menggaet peserta lebih banyak. Event itu tak terbatas pada peserta dari lokal maupun luar negeri.
Karena itulah, event akan dikemas sebagai agenda tahunan atau kalender tetap. Dengan demikian, harapannya wisatasan dari luar negeri tertarik dan jauh hari merencanakan ikut event tahunan di Bali tersebut.
"Selama ini sport tourism sudah ada. Tapi tidak dikemas dengan baik dan benar. Padahal penilaian saya sport tourism itu seperti raksasa tidur, karena berkaitan dengan potensi pariwisata menggaet kunjungan wisatawan," ucap salah satu pengurus KONI Bali, Dewa Putu Susila, di Denpasar, Jumat (29/3).
Sekum Pergatsi Bali itu mengatakan, dirinya masih terkenang dengan kejuaraan Gateball di Bali. Pesertanya tembus 523 orang dari 22 provinsi di Indonesia. Bayangkan, satu cabor mampu menghadirkan jumlah orang seperti itu ke Bali mengikuti kejuaraan selama dua hari.
Artinya mulai persiapan datang dan lama tinggal di Bali, minimal empat hari. Bayangkan, pemasukan dari cabang olahraga gateball mampu menyumbang keuntungan dari sisi ekonomi. Pertama minimal menginap di hotel, makan, dan aktivitas yang menyangkut kegiataan kebutuhan mereka di Bali.
"Itu pemasukan untuk Bali. Hanya dari saru cabor. Coba kalau ada beberapa cabor. Coba kita bergerak bersama, olahraga itu bukan menghabiskan saja. Tapi mampu menyumbangkan pemasukan bagi Bali," kata Dewa Putu Susila.
Dari sisi anggaran saat itu estimasi kegiatan menelan Rp 500 juta. Ini murni menggarap pihak sponsor dan event tersebut berlangsung sukses dan lancar.
"Kalau kita mampu menggarap dengan serius, akan jadi alternatif menggaet kunjungan wisatwan melalui dunia olahraga," tandas Dewa Putu Susila.
Caleg DPRD Provinsi Bali itu menambahkan, potensi olahraga harus diakui dapat mendatangkan uang. Sebab, sifat olahraga itu ada sebagai atraksi, pendidikan, dan juga jalur prestasi. Tinggal bagaimana mengemasnya. Bahkan jika diorganisir dengan baik mampu mendatangkan penonton dalam jumlah banyak.
Jadi, kata Putu Susila, Bali tidak lagi hanya bertumpu pada destinasi alam mendatangkan wisatawan. Sebab, itu riskan sekali. Misalnya tahun politik, sensitif dengan stabilitas keamanan, termasuk bencana alam jika dikatakan ada erupsi Gunung Agung maka banyak tamu membatalkan kunjungan. "Cara menarik dikemas dengan berbasis olahraga yang berkelanjutan," kata Dewa Putu Susila.
Misalnya membuat kejuaraan sepakbola Piala Gubernur Bali dengan peserta tim dari Asia. Ini dijadikan kalender tetap dan dibutuhkan sinergitas. Jangan sampai membuat event internasional lalu hilang begitu saja. Ya, seperti kejuaraan tenis lapangan kelas dunia beberapa waktu di Nusa Dua.*dek
KONI Provinsi Bali siap menggalakkan kejuaraan yang ‘berbau’ sport tourism sebagai agenda rutin di masing-masing Pengprov cabor. Hal itu dilakukan untuk menggaet peserta lebih banyak. Event itu tak terbatas pada peserta dari lokal maupun luar negeri.
Karena itulah, event akan dikemas sebagai agenda tahunan atau kalender tetap. Dengan demikian, harapannya wisatasan dari luar negeri tertarik dan jauh hari merencanakan ikut event tahunan di Bali tersebut.
"Selama ini sport tourism sudah ada. Tapi tidak dikemas dengan baik dan benar. Padahal penilaian saya sport tourism itu seperti raksasa tidur, karena berkaitan dengan potensi pariwisata menggaet kunjungan wisatawan," ucap salah satu pengurus KONI Bali, Dewa Putu Susila, di Denpasar, Jumat (29/3).
Sekum Pergatsi Bali itu mengatakan, dirinya masih terkenang dengan kejuaraan Gateball di Bali. Pesertanya tembus 523 orang dari 22 provinsi di Indonesia. Bayangkan, satu cabor mampu menghadirkan jumlah orang seperti itu ke Bali mengikuti kejuaraan selama dua hari.
Artinya mulai persiapan datang dan lama tinggal di Bali, minimal empat hari. Bayangkan, pemasukan dari cabang olahraga gateball mampu menyumbang keuntungan dari sisi ekonomi. Pertama minimal menginap di hotel, makan, dan aktivitas yang menyangkut kegiataan kebutuhan mereka di Bali.
"Itu pemasukan untuk Bali. Hanya dari saru cabor. Coba kalau ada beberapa cabor. Coba kita bergerak bersama, olahraga itu bukan menghabiskan saja. Tapi mampu menyumbangkan pemasukan bagi Bali," kata Dewa Putu Susila.
Dari sisi anggaran saat itu estimasi kegiatan menelan Rp 500 juta. Ini murni menggarap pihak sponsor dan event tersebut berlangsung sukses dan lancar.
"Kalau kita mampu menggarap dengan serius, akan jadi alternatif menggaet kunjungan wisatwan melalui dunia olahraga," tandas Dewa Putu Susila.
Caleg DPRD Provinsi Bali itu menambahkan, potensi olahraga harus diakui dapat mendatangkan uang. Sebab, sifat olahraga itu ada sebagai atraksi, pendidikan, dan juga jalur prestasi. Tinggal bagaimana mengemasnya. Bahkan jika diorganisir dengan baik mampu mendatangkan penonton dalam jumlah banyak.
Jadi, kata Putu Susila, Bali tidak lagi hanya bertumpu pada destinasi alam mendatangkan wisatawan. Sebab, itu riskan sekali. Misalnya tahun politik, sensitif dengan stabilitas keamanan, termasuk bencana alam jika dikatakan ada erupsi Gunung Agung maka banyak tamu membatalkan kunjungan. "Cara menarik dikemas dengan berbasis olahraga yang berkelanjutan," kata Dewa Putu Susila.
Misalnya membuat kejuaraan sepakbola Piala Gubernur Bali dengan peserta tim dari Asia. Ini dijadikan kalender tetap dan dibutuhkan sinergitas. Jangan sampai membuat event internasional lalu hilang begitu saja. Ya, seperti kejuaraan tenis lapangan kelas dunia beberapa waktu di Nusa Dua.*dek
Komentar