163 Pamedek Tercecer di Besakih
Di pos Bencingah Agung nyaris tiap menit mengumumkan pamedek yang terpisah dari keluarganya.
AMLAPURA, NusaBali
Sebanyak 163 pamedek tercecer dari rombongannya saat tangkil ke Pura Besakih, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem. Data itu tercatat sejak Karya Tawur Agung Panca Walikrama lan Ida Bhatara Turun Kabeh pada Buda Kliwon Matal, Rabu (6/3) hingga upacara panganyar, Buda Pon Bala, Rabu (3/4). Mereka yang tercecer mulai anak-anak hingga lanjut usia, ada pula yang disabilitas.
Pada Rabu (3/4) kemarin, Werda Kusuma, dari Banjar Sading, Kelurahan Sading, Kecamatan Mengwi, Badung, tercecer dari rombongan keluarganya. Rombongan Werda Kusuma datang menggunakan minibus. Begitu juga Ni Made Sampun, 62, dari Banjar Kubu Salya, Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Bangli, juga tercecer dari keluarganya. Kejadian itu pun dilaporkan ke Pos Terpadu Terminal Kedundung.
Sampun akhirnya bertemu dengan suaminya, I Nyoman Losia. “Tiang (saya) berpisah dari pukul 12.00 Wita dan bertemu pukul 18.48 Wita,” aku Sampun. Begitu juga pamedek Ni Ketut Sukriasih, 24, dari Banjar Batuyang, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, terpisah dari rombongan keluarganya. Pos pengaduan di Pura Besakih ada dua yakni Pos Terpadu Terminal Kedundung di Banjar Kedundung dan Pos Bencingah Agung Pura Besakih.
Di Pos Bencingah Agung nyaris tiap menit mengumumkan pamedek yang terpisah dari keluarganya. Sebab di sana merupakan jalur pamedek paling padat menuju utama mandala Pura Penataran Agung Besakih. Relawan Pasebaya Agung yang bertugas di Pos Terpadu Terminal Kedundung Jro Mangku Made Pujung dan Jro Mangku Jumu mengatakan, penyebab banyaknya pamedek tercecer dari rombongan keluarganya karena pamedek membeludak.
Parkir kendaraan yang mengantar pamedek cukup jauh karena macet. Apalagi pamedek satu persatu naik ojek. Saat itulah sulit bertemu kembali. Di samping sopir yang mengantar kesulitan bertemu penumpangnya karena pergeseran antrean telah berubah. “Jelas kesulitan bertemu keluarganya, setelah naik ojek, begitu pamedek turun, berbaur dengan ribuan pamedek lainnya,” kata Jro Mangku Made Pujung.
Jro Mangku Made Pujung menambahkan, keluarga biasa melapor dan berikan foto yang tercecer. Maka relawan menyebar di beberapa lokasi mengamati setiap pamedek sesuai foto yang dibawa. “Setelah bertemu dengan pamedek sesuai di foto, yang bersangkutan tuli bisu. Maka sulit menanyakan alamat dan identitasnya,” tambahnya. Sekretaris Pasebaya Agung Karangasem, I Wayan Suara, mengaku meminta identitas dan alamat jelas jika ada laporan pamedek tercecer. “Kami bisa lacak dengan menghubungi kelian banjar atau perbekel. Selanjutnya kelian menghubungi keluarganya,” ungkap Wayan Suara. *k16
Pada Rabu (3/4) kemarin, Werda Kusuma, dari Banjar Sading, Kelurahan Sading, Kecamatan Mengwi, Badung, tercecer dari rombongan keluarganya. Rombongan Werda Kusuma datang menggunakan minibus. Begitu juga Ni Made Sampun, 62, dari Banjar Kubu Salya, Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Bangli, juga tercecer dari keluarganya. Kejadian itu pun dilaporkan ke Pos Terpadu Terminal Kedundung.
Sampun akhirnya bertemu dengan suaminya, I Nyoman Losia. “Tiang (saya) berpisah dari pukul 12.00 Wita dan bertemu pukul 18.48 Wita,” aku Sampun. Begitu juga pamedek Ni Ketut Sukriasih, 24, dari Banjar Batuyang, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, terpisah dari rombongan keluarganya. Pos pengaduan di Pura Besakih ada dua yakni Pos Terpadu Terminal Kedundung di Banjar Kedundung dan Pos Bencingah Agung Pura Besakih.
Di Pos Bencingah Agung nyaris tiap menit mengumumkan pamedek yang terpisah dari keluarganya. Sebab di sana merupakan jalur pamedek paling padat menuju utama mandala Pura Penataran Agung Besakih. Relawan Pasebaya Agung yang bertugas di Pos Terpadu Terminal Kedundung Jro Mangku Made Pujung dan Jro Mangku Jumu mengatakan, penyebab banyaknya pamedek tercecer dari rombongan keluarganya karena pamedek membeludak.
Parkir kendaraan yang mengantar pamedek cukup jauh karena macet. Apalagi pamedek satu persatu naik ojek. Saat itulah sulit bertemu kembali. Di samping sopir yang mengantar kesulitan bertemu penumpangnya karena pergeseran antrean telah berubah. “Jelas kesulitan bertemu keluarganya, setelah naik ojek, begitu pamedek turun, berbaur dengan ribuan pamedek lainnya,” kata Jro Mangku Made Pujung.
Jro Mangku Made Pujung menambahkan, keluarga biasa melapor dan berikan foto yang tercecer. Maka relawan menyebar di beberapa lokasi mengamati setiap pamedek sesuai foto yang dibawa. “Setelah bertemu dengan pamedek sesuai di foto, yang bersangkutan tuli bisu. Maka sulit menanyakan alamat dan identitasnya,” tambahnya. Sekretaris Pasebaya Agung Karangasem, I Wayan Suara, mengaku meminta identitas dan alamat jelas jika ada laporan pamedek tercecer. “Kami bisa lacak dengan menghubungi kelian banjar atau perbekel. Selanjutnya kelian menghubungi keluarganya,” ungkap Wayan Suara. *k16
1
Komentar