Koster Ingin Ada Standar Kualitas Bangunan Palinggih di Pura Besakih
Gubernur Bali Wayan Koster menginginkan ada standar yang sama terkait kualitas bangunan maupun material pembuatan palinggih atau bangunan suci di Pura Agung Besakih, Kabupaten Karangasem.
DENPASAR, NusaBali
"Sekarang ini standar palinggihnya berbeda-beda karena palinggih yang ini yang 'ngemong' (bertanggung jawab-red)) Pemerintah Kabupaten Badung, yang lainnya lagi Kabupaten Bangli, Buleleng dan sebagainya. Kebetulan keuangannya beda-beda, sehingga menyebabkan ada yang kualitasnya bagus, ada biasa-biasa saja, ada yang berwarna hitam, putih dan sebagainya," kata Koster saat menyampaikan kuliah umum, di Kampus ISI Denpasar, Jumat (5/4).
Oleh karena itu, ke depannya dia mengharapkan adanya konsep yang sama terkait material pembuatan palinggih-palinggih di Pura Besakih. "Pendanaannya boleh dari masing-masing kabupaten. Tetapi konsep harus diberikan dalam satu kesatuan," ujar Koster saat menyampaikan kuliah umum bertajuk Nangun Sat Kerthi Loka Bali Untuk Pemajuan Seni dan Budaya itu.
Koster menambahkan, jika ada bangunan suci di Pura Besakih yang rusak, diminta segera diperbaiki dan kalau pemerintah kabupaten/kota tidak sanggup untuk pendanaannya, dapat meminta bantuan ke pemerintah provinsi. "Pura Besakih harus mencerminkan satu kesatuan komponen masyarakat Bali. Tidak boleh memakai pendekatan feodal di sana. Harus sama untuk semua masyarakat Bali," ucapnya.
Di sisi lain, Koster mengharapkan upakara atau sesajen yang dipersembahkan di pura terbesar di Bali itu dijalankan sesuai dengan pakem-pakemnya yang terdapat dalam lontar. "Harus betul-betul ditata sesuai dengan warisan leluhur," kata orang nomor satu di Bali itu.
Koster menegaskan pihaknya ingin menjaga kesakralan Pura Besakih, bahkan dirancang penataaan agar wisatawan ke depannya tidak bebas masuk ke areal pura. "Akan disiapkan juga semacam bioskop sebagai tempat untuk menyaksikan sejarah dan bangunan-bangunan suci di Pura Besakih. Bagi wisatawan yang ingin melihat langsung, hanya dapat diakses melalui titik-titik tertentu," ujarnya sembari mengatakan akan menata pula akses jalan, parkir dan pedagang di Pura Besakih. *ant
Oleh karena itu, ke depannya dia mengharapkan adanya konsep yang sama terkait material pembuatan palinggih-palinggih di Pura Besakih. "Pendanaannya boleh dari masing-masing kabupaten. Tetapi konsep harus diberikan dalam satu kesatuan," ujar Koster saat menyampaikan kuliah umum bertajuk Nangun Sat Kerthi Loka Bali Untuk Pemajuan Seni dan Budaya itu.
Koster menambahkan, jika ada bangunan suci di Pura Besakih yang rusak, diminta segera diperbaiki dan kalau pemerintah kabupaten/kota tidak sanggup untuk pendanaannya, dapat meminta bantuan ke pemerintah provinsi. "Pura Besakih harus mencerminkan satu kesatuan komponen masyarakat Bali. Tidak boleh memakai pendekatan feodal di sana. Harus sama untuk semua masyarakat Bali," ucapnya.
Di sisi lain, Koster mengharapkan upakara atau sesajen yang dipersembahkan di pura terbesar di Bali itu dijalankan sesuai dengan pakem-pakemnya yang terdapat dalam lontar. "Harus betul-betul ditata sesuai dengan warisan leluhur," kata orang nomor satu di Bali itu.
Koster menegaskan pihaknya ingin menjaga kesakralan Pura Besakih, bahkan dirancang penataaan agar wisatawan ke depannya tidak bebas masuk ke areal pura. "Akan disiapkan juga semacam bioskop sebagai tempat untuk menyaksikan sejarah dan bangunan-bangunan suci di Pura Besakih. Bagi wisatawan yang ingin melihat langsung, hanya dapat diakses melalui titik-titik tertentu," ujarnya sembari mengatakan akan menata pula akses jalan, parkir dan pedagang di Pura Besakih. *ant
Komentar