7 Varietas Buah Lokal Jembrana Tersertifikasi
Tujuh buah lokal Jembrana, yakni, kawista, pisang kayu, pisang lumut, kelapa merah, kelapa genjah hijau, jeruju, dan salak gatri penyaringan mendapat sertifikat dari Kementan RI.
NEGARA, NusaBali
Tujuh varietas buah di Kabupaten Jembrana dinyatakan lolos pendaftaran sertifikasi dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI sebagai buah spesifik Kabupaten Jembrana. Ketujuh varietas buah itu adalah kawista, pisang kayu, pisang lumut, kelapa merah, kelapa genjah hijau, jeruju, dan salak gatri penyaringan. Sertifikasi ketujuh varietas buah lokal itu secara resmi diserahkan pihak Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bali pada Kementan RI kepada Bupati Jembrana I Putu Artha, di ruang rapat Bupati Jembrana, Senin (8/4).
Kepala BBP2TP Bali I Made Adijaya saat menyerahkan sertifikasi ketujuh varietas buah lokal Jembrana tersebut, mengatakan BBP2TP memang punya tugas untuk mendata dan mendaftarkan varietas buah spesifik di masing-masing wilayah. Pendataan itu dilakukan karena setiap wilayah di Indonesia kaya akan sumber daya genetik, baik itu tanaman atau hewan. Di mana setiap varietas yang didaftar masuk sertifikasi, itu tentunya memiliki keunikan tersendiri.
“Contohnya kawista yang hanya ada di Jembrana. Demikian juga jeruju, yang selama ini dikenal obat herbal untuk bisul dan kanker. Itu yang kita lindungi, agar tidak diklaim, dan ke depan mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat lokal,” ujarnya.
Sementara Bupati Artha menyatakan terima kasih kepada Kementan RI melalui BBP2TP atas perhatian terhadap potensi hayati di Jembrana. Sertifikasi ini dinilai penting guna melindungi komoditas buah asli Jembrana, yang juga diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama pembudidaya buah-buah tersebut. “Ini bagian perlindungan akan potensi perkebunan dan buah-buahan Jembrana yang dapat bernilai ekonomi. Dan yang lebih penting, adalah sumberdaya ini telah terlindungi secara formal, jadi tidak akan diklaim. Kekayaan hortikultura ini wajib kita lestarikan dan kembangkan sebagai kekayaan hortikultura asli Jembrana,” ujar Bupati Artha.
Sedangkan Kadis Pertanian dan Pangan (PP) Jembrana I Wayan Sutama, mengatakan sesuai data di Dinas PP, sebelumnya hanya ada satu varietas buah spesifik Jembrana yang tersertifikasi Kementan RI, yakni pisang sari di Candikuma, Kecamatan Melaya. Itu pun disertifikasi pada sekitar tahun 1980-an. Kini, pihaknya berusaha mendorong sertifikasi berbagai varietas komoditas hortikultura spesifik Jembrana, yang selain bertujuan melindungi berbagai komoditas hortikultura tersebut, sekaligus menjadi brand terhadap produk-produk hortikultura khas Jembrana. “Sertifikasi ini adalah legalitas semacam hak paten. Jadi saat ini ada delapan8 buah khas Jembrana yang sudah tersertifikasi,” ujarnya, yang ikut mendampingi rombongan BBP2TP Bali saat penyerahan sertifikasi ketujuh buah lokal Jembrana tersebut.
Ke depannya, dia berencana mengusulkan sertifikasi sejumlah buah lokal Jembrana lainnya. Salah satunya jambu air budeng yang sangat potensial di pasaran, dengan karakteristik buah yang khas, rasa manis dan daging buahnya yang tebal berwarna coklat. Buah jambu air ini juga hanya dapat berkembang di Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, sehingga dikenal dengan nama jambu budeng. “Kalau di daerah lain, kemungkinan tetap bisa hidup, tetapi buahnya tidak mau bagus, karena tergantung kontur tanah dan iklim. Karena spesifikasinya itu, jambu budeng ini juga sangat layak untuk kita daftarkan ke Kementerian Pertanian. Begitu juga ada beberapa komoditas lainnya, yang memang memiliki ciri khas,” ujarnya. *ode
Kepala BBP2TP Bali I Made Adijaya saat menyerahkan sertifikasi ketujuh varietas buah lokal Jembrana tersebut, mengatakan BBP2TP memang punya tugas untuk mendata dan mendaftarkan varietas buah spesifik di masing-masing wilayah. Pendataan itu dilakukan karena setiap wilayah di Indonesia kaya akan sumber daya genetik, baik itu tanaman atau hewan. Di mana setiap varietas yang didaftar masuk sertifikasi, itu tentunya memiliki keunikan tersendiri.
“Contohnya kawista yang hanya ada di Jembrana. Demikian juga jeruju, yang selama ini dikenal obat herbal untuk bisul dan kanker. Itu yang kita lindungi, agar tidak diklaim, dan ke depan mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat lokal,” ujarnya.
Sementara Bupati Artha menyatakan terima kasih kepada Kementan RI melalui BBP2TP atas perhatian terhadap potensi hayati di Jembrana. Sertifikasi ini dinilai penting guna melindungi komoditas buah asli Jembrana, yang juga diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama pembudidaya buah-buah tersebut. “Ini bagian perlindungan akan potensi perkebunan dan buah-buahan Jembrana yang dapat bernilai ekonomi. Dan yang lebih penting, adalah sumberdaya ini telah terlindungi secara formal, jadi tidak akan diklaim. Kekayaan hortikultura ini wajib kita lestarikan dan kembangkan sebagai kekayaan hortikultura asli Jembrana,” ujar Bupati Artha.
Sedangkan Kadis Pertanian dan Pangan (PP) Jembrana I Wayan Sutama, mengatakan sesuai data di Dinas PP, sebelumnya hanya ada satu varietas buah spesifik Jembrana yang tersertifikasi Kementan RI, yakni pisang sari di Candikuma, Kecamatan Melaya. Itu pun disertifikasi pada sekitar tahun 1980-an. Kini, pihaknya berusaha mendorong sertifikasi berbagai varietas komoditas hortikultura spesifik Jembrana, yang selain bertujuan melindungi berbagai komoditas hortikultura tersebut, sekaligus menjadi brand terhadap produk-produk hortikultura khas Jembrana. “Sertifikasi ini adalah legalitas semacam hak paten. Jadi saat ini ada delapan8 buah khas Jembrana yang sudah tersertifikasi,” ujarnya, yang ikut mendampingi rombongan BBP2TP Bali saat penyerahan sertifikasi ketujuh buah lokal Jembrana tersebut.
Ke depannya, dia berencana mengusulkan sertifikasi sejumlah buah lokal Jembrana lainnya. Salah satunya jambu air budeng yang sangat potensial di pasaran, dengan karakteristik buah yang khas, rasa manis dan daging buahnya yang tebal berwarna coklat. Buah jambu air ini juga hanya dapat berkembang di Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, sehingga dikenal dengan nama jambu budeng. “Kalau di daerah lain, kemungkinan tetap bisa hidup, tetapi buahnya tidak mau bagus, karena tergantung kontur tanah dan iklim. Karena spesifikasinya itu, jambu budeng ini juga sangat layak untuk kita daftarkan ke Kementerian Pertanian. Begitu juga ada beberapa komoditas lainnya, yang memang memiliki ciri khas,” ujarnya. *ode
1
Komentar