Astindo Berjuang Turunkan Tiket Pesawat
Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) terus memperjuangkan penurunan harga tiket pesawat karena transportasi udara merupakan salah satu akses masuk para wisatawan domestik dan mancanegara ke berbagai daerah di Indonesia.
MATARAM, NusaBali
"Ini yang kami lagi perjuangkan karena nomor satu adalah aksesibilitas dan itu dilakukan oleh moda transportasi udara, darat maupun laut," kata Ketua Umum Astindo, Elly Hutabarat, usai pembukaan rapat kerja nasional Astindo, di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (8/4).
Menurut dia, moda transportasi laut dan darat tidak ada masalah, namun yang menjadi persoalan adalah harga tiket moda transportasi udara. Elly mengatakan jika alasannya adalah harga bahan bakar minyak, lalu kenapa penerbangan ke luar negeri bisa lebih murah. Padahal maskapai penerbangan luar negeri tersebut berangkat dan membeli bahan bakar minyak (BBM) dari Indonesia dengan harga beli yang sama dengan maskapai penerbangan nasional.
"Kami sangat bermohon karena ini hajat hidup orang banyak, bukan hanya hotel-hotel yang amat sangat menderita, tapi juga orang-orang di pinggir jalan, UKM suvenir, kalau tidak ada turis tidak ada yang belanja," ujarnya.
Elly juga mendesak maskapai penerbangan Garuda Indonesia selaku badan usaha milik negara (BUMN), untuk mempertimbangkan agar menurunkan harga tiket pesawat. Masalah tersebut juga akan dibahas lagi dengan jajaran Kementerian Perhubungan (Kemenhub), karena daerah-daerah pariwisata yang dulunya ramai dikunjungi wisatawan kondisinya memprihatinkan, termasuk Pulau Lombok yang masih dalam masa pemulihan setelah gempa bumi yang terjadi pada Juli-Agustus 2018.
"Mungkin saya bisa dimarahi sama maskapai, tapi saya tidak peduli, karena kami melihat sendiri betapa harga tiket pesawat saat ini mengakibatkan sesuatu yang lebih besar lagi. Terutama Lombok saat ini masih sangat menderita," katanya.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris Daerah NTB H Rosyadi Sayuti. Pihaknya sudah menyurati Kemenhub yang intinya meminta harga tiket diturunkan, meskipun tidak secara keseluruhan. "Paling tidak ada promo-promo ke Lombok sebagai bagian dari pemerintah dan maskapai penerbangan menunjukkan empati kepada Lombok yang sedang masa pemulihan setelah gempa bumi," ujarnya. *ant
Menurut dia, moda transportasi laut dan darat tidak ada masalah, namun yang menjadi persoalan adalah harga tiket moda transportasi udara. Elly mengatakan jika alasannya adalah harga bahan bakar minyak, lalu kenapa penerbangan ke luar negeri bisa lebih murah. Padahal maskapai penerbangan luar negeri tersebut berangkat dan membeli bahan bakar minyak (BBM) dari Indonesia dengan harga beli yang sama dengan maskapai penerbangan nasional.
"Kami sangat bermohon karena ini hajat hidup orang banyak, bukan hanya hotel-hotel yang amat sangat menderita, tapi juga orang-orang di pinggir jalan, UKM suvenir, kalau tidak ada turis tidak ada yang belanja," ujarnya.
Elly juga mendesak maskapai penerbangan Garuda Indonesia selaku badan usaha milik negara (BUMN), untuk mempertimbangkan agar menurunkan harga tiket pesawat. Masalah tersebut juga akan dibahas lagi dengan jajaran Kementerian Perhubungan (Kemenhub), karena daerah-daerah pariwisata yang dulunya ramai dikunjungi wisatawan kondisinya memprihatinkan, termasuk Pulau Lombok yang masih dalam masa pemulihan setelah gempa bumi yang terjadi pada Juli-Agustus 2018.
"Mungkin saya bisa dimarahi sama maskapai, tapi saya tidak peduli, karena kami melihat sendiri betapa harga tiket pesawat saat ini mengakibatkan sesuatu yang lebih besar lagi. Terutama Lombok saat ini masih sangat menderita," katanya.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris Daerah NTB H Rosyadi Sayuti. Pihaknya sudah menyurati Kemenhub yang intinya meminta harga tiket diturunkan, meskipun tidak secara keseluruhan. "Paling tidak ada promo-promo ke Lombok sebagai bagian dari pemerintah dan maskapai penerbangan menunjukkan empati kepada Lombok yang sedang masa pemulihan setelah gempa bumi," ujarnya. *ant
1
Komentar