Gede Sedana Menangkan Kursi Rektor Universitas Dwijendra
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra (Undwi), Dr Ir Gede Sedana MSc MMA, 54, berhasil memenangkan tarung head to head melawan Dr Ir I Gusti Ngurah Tri Adiputra MT dalam perebutan kursi Rektor Undwi 2019-2023.
DENPASAR, NusaBali
Akademisi asal Singaraja, Buleleng ini terpilih secara aklamasi lewat musyawarah mufakat melalui rapat senat yang berlangsung di Ruang Rektor Undwi, Jalan Kamboja Denpasar, Rabu (10/4).
Dalam musyawarah yang dihadiri 12 anggota senat Undwi kemarin, beberapa hal dipertimbangkan. Selain visi misi dan program kerja, juga dipertimbangkan pengalaman baik di tingkat nasional maupun internasional, hingga akhirnya Dr Ir Gede Sedana dipilih secara aklamasi menjadi Rektor Undwi 2019-2023. Pertimbangan ini pun diterima dengan legowo oleh rivalnya, Dr Ir IGN Tri Adiputra MT, dosen Fakultas Teknik yang mantan Kepala Pusat Penelitian (Kapuslit) Undwi.
Ditemui NusaBali seusai pemilihan Rektor Undwi, Rabu sore, Dr Ir Gede Sedana mengaku ikut bertarung dalam pemilihan rektor kali ini karena keinginannya untuk berjuang membangun Undwi yang lebih maju. Apalagi, pemilihan Rektor Undwi kali ini adalah kali pertama dilakukan secara demokratis. “Tidak pernah ada pemilihan yang demokratis seperti ini sebelumnya di Universitas Dwijendra. Tidak pernah ada debat terbuka seperti kemarin malam (Selasa). Menurut saya, pemilihan ini menunjukkan demokrasi di dalam kampus, di mana kita didukung penuh dan terbuka,” ujar akademisi kelahiran Singaraja, 1 Desember 1964 ini.
Dr Sedana membawa visi besar dalam kepemimpinannya, yakni mewujudkan Universitas Dwijendra yang berdaya saing dengan tetap berlandaskan nilai-nilai kebudayaan dan kesusastraan sesuai dengan visi Yayasan Dwijendra saat didirikan tahun 1953. Dr Sedana menjabarkan misinya, antara lain, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu dan berlandaskan etika akademik. Di sisi lain, perlu juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian untuk membentuk sarjana yang mandiri, kritis, dan analitis.
Menurut Dr Sedana, ada PR besar yang harus dikerjakan di awal kepemimpinannya sebagai Rektor Undwi. Pertama, memulihkan citra kampus Undwi. Seperti diketahui, akhir tahun 2018 sempat terjadi kisruh internal hingga berimbas pada demo mahasiswa. Di awal kepemimpinannya menjadi rektor, Dr Sedana harus berupaya memulihkan citra negatif Undwi di mata masyarakat.
“Tugas awal saya menjadi rektor adalah mengembalikan itu (citra positif, Red). Kami akan banyak melakukan kegiatan di masyarakat. Semisal kegiatan yang sudah berjalan tiga hari lalu, Pemkab Badung meminta Undwi untuk mengambil bagian dalam kegiatan ‘Bali Resik’ di Desa Munggu. Selain itu, minggu lalu di Kelurahan Penatih untuk kegiatan pembatasan timbulan sampah,” ujar alumnus 1982 SMAN 1 Singaraja dan Fakultas Pertanian Unud (tamat 1987) ini.
Selain pengabdian di masyarakat, di ranah digital pun rektor terpilih akan mengoptimalkan website kampus, sebagai upaya membangun citra positif. Websitenya akan lebih diperbaharui dengan menambahkan konten-konten, sehingga orang yang mengakses bisa mendapat lebih banyak informasi mengenai Undwi. “Untuk memperbaiki citra Undwi, kami juga akan intens menjalin hubungan dengan alumni dan stakeholder lainnya. Kerjasama juga akan ditingkatkan,” imbuh Dr Sedana, yang semasa muda dikenal sebagai pelari jarak jauh andalan Bali.
Di sisi lain, konsolidasi internal untuk pengelolaan universitas juga menjadi prioritasnya dalam jangka pendek, untuk membangun Undwi. Hal ini akibat kisruh internal yang sempat mengakibatkan ada perpecahan ke dalam. “Sejak bulan lalu kami sudah mulai rangkul semuanya. Bahkan, kami sudah duduk bersama tadi (kemarin, red). Saya yakin Universitas Dwijendra akan semakin dipercaya masyarakat. Terlebih lagi, didukung oleh soliditas yang kuat di tingkat universitas dan Yayasan Dwijendra sebagai badan penyelenggara pendidikan,” tandas Dr Sedana.
Menurut Dr Sedana, PR besar lainnya dalam waktu dekat adalah penerimaan mahasiswa baru. Diakui, penerimaan mahasiswa baru tahun 2018 paling rendah di Undwi, hanya 300-an orang. Undwi saat ini memiliki 5 fakultas yang terdiri dari 9 program studi dan magister ilmu hukum (S2).
“Kita pernah menerima ribuan mahasiswa dalam satu tahun akademik. Tahun kemarin memang yang terendah sepanjang sejarah. Rata-rata biasanya 700-800 mahasiswa setiap tahun. Makanya, cukup berat bagi saya dan ini tantangan terdekat di awal kepemimpinan saya. Saya targetkan bisa gaet 600-an mahasiswa baru.”
Dan, masih banyak program kerja yang ingin dilakukan ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ir Made Widiani ini. Seiring waktu berjalan, Dr Sedana akan terus meningkatkan kualitas lulusan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Selain itu, budaya kerja dan budaya akademik yang sehat dan profesional dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM dan infrastruktur kampus.
Tata laksana dan organisasi manajemen, kata dia, juga wajib dibenahi, termasuk sistem informasi. Di sisi lain, kerjasama dan jaringan sangat diperlukan untuk menghubungkan Undwi lebih luas lagi dengan perguruan tinggi lainnya. Melalui kemahasiswaan dan alumni, Dr Sedana berharap Undwi akan semakin dikenal melalui perpanjangan tangan mereka. *ind
Dalam musyawarah yang dihadiri 12 anggota senat Undwi kemarin, beberapa hal dipertimbangkan. Selain visi misi dan program kerja, juga dipertimbangkan pengalaman baik di tingkat nasional maupun internasional, hingga akhirnya Dr Ir Gede Sedana dipilih secara aklamasi menjadi Rektor Undwi 2019-2023. Pertimbangan ini pun diterima dengan legowo oleh rivalnya, Dr Ir IGN Tri Adiputra MT, dosen Fakultas Teknik yang mantan Kepala Pusat Penelitian (Kapuslit) Undwi.
Ditemui NusaBali seusai pemilihan Rektor Undwi, Rabu sore, Dr Ir Gede Sedana mengaku ikut bertarung dalam pemilihan rektor kali ini karena keinginannya untuk berjuang membangun Undwi yang lebih maju. Apalagi, pemilihan Rektor Undwi kali ini adalah kali pertama dilakukan secara demokratis. “Tidak pernah ada pemilihan yang demokratis seperti ini sebelumnya di Universitas Dwijendra. Tidak pernah ada debat terbuka seperti kemarin malam (Selasa). Menurut saya, pemilihan ini menunjukkan demokrasi di dalam kampus, di mana kita didukung penuh dan terbuka,” ujar akademisi kelahiran Singaraja, 1 Desember 1964 ini.
Dr Sedana membawa visi besar dalam kepemimpinannya, yakni mewujudkan Universitas Dwijendra yang berdaya saing dengan tetap berlandaskan nilai-nilai kebudayaan dan kesusastraan sesuai dengan visi Yayasan Dwijendra saat didirikan tahun 1953. Dr Sedana menjabarkan misinya, antara lain, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu dan berlandaskan etika akademik. Di sisi lain, perlu juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian untuk membentuk sarjana yang mandiri, kritis, dan analitis.
Menurut Dr Sedana, ada PR besar yang harus dikerjakan di awal kepemimpinannya sebagai Rektor Undwi. Pertama, memulihkan citra kampus Undwi. Seperti diketahui, akhir tahun 2018 sempat terjadi kisruh internal hingga berimbas pada demo mahasiswa. Di awal kepemimpinannya menjadi rektor, Dr Sedana harus berupaya memulihkan citra negatif Undwi di mata masyarakat.
“Tugas awal saya menjadi rektor adalah mengembalikan itu (citra positif, Red). Kami akan banyak melakukan kegiatan di masyarakat. Semisal kegiatan yang sudah berjalan tiga hari lalu, Pemkab Badung meminta Undwi untuk mengambil bagian dalam kegiatan ‘Bali Resik’ di Desa Munggu. Selain itu, minggu lalu di Kelurahan Penatih untuk kegiatan pembatasan timbulan sampah,” ujar alumnus 1982 SMAN 1 Singaraja dan Fakultas Pertanian Unud (tamat 1987) ini.
Selain pengabdian di masyarakat, di ranah digital pun rektor terpilih akan mengoptimalkan website kampus, sebagai upaya membangun citra positif. Websitenya akan lebih diperbaharui dengan menambahkan konten-konten, sehingga orang yang mengakses bisa mendapat lebih banyak informasi mengenai Undwi. “Untuk memperbaiki citra Undwi, kami juga akan intens menjalin hubungan dengan alumni dan stakeholder lainnya. Kerjasama juga akan ditingkatkan,” imbuh Dr Sedana, yang semasa muda dikenal sebagai pelari jarak jauh andalan Bali.
Di sisi lain, konsolidasi internal untuk pengelolaan universitas juga menjadi prioritasnya dalam jangka pendek, untuk membangun Undwi. Hal ini akibat kisruh internal yang sempat mengakibatkan ada perpecahan ke dalam. “Sejak bulan lalu kami sudah mulai rangkul semuanya. Bahkan, kami sudah duduk bersama tadi (kemarin, red). Saya yakin Universitas Dwijendra akan semakin dipercaya masyarakat. Terlebih lagi, didukung oleh soliditas yang kuat di tingkat universitas dan Yayasan Dwijendra sebagai badan penyelenggara pendidikan,” tandas Dr Sedana.
Menurut Dr Sedana, PR besar lainnya dalam waktu dekat adalah penerimaan mahasiswa baru. Diakui, penerimaan mahasiswa baru tahun 2018 paling rendah di Undwi, hanya 300-an orang. Undwi saat ini memiliki 5 fakultas yang terdiri dari 9 program studi dan magister ilmu hukum (S2).
“Kita pernah menerima ribuan mahasiswa dalam satu tahun akademik. Tahun kemarin memang yang terendah sepanjang sejarah. Rata-rata biasanya 700-800 mahasiswa setiap tahun. Makanya, cukup berat bagi saya dan ini tantangan terdekat di awal kepemimpinan saya. Saya targetkan bisa gaet 600-an mahasiswa baru.”
Dan, masih banyak program kerja yang ingin dilakukan ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ir Made Widiani ini. Seiring waktu berjalan, Dr Sedana akan terus meningkatkan kualitas lulusan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Selain itu, budaya kerja dan budaya akademik yang sehat dan profesional dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM dan infrastruktur kampus.
Tata laksana dan organisasi manajemen, kata dia, juga wajib dibenahi, termasuk sistem informasi. Di sisi lain, kerjasama dan jaringan sangat diperlukan untuk menghubungkan Undwi lebih luas lagi dengan perguruan tinggi lainnya. Melalui kemahasiswaan dan alumni, Dr Sedana berharap Undwi akan semakin dikenal melalui perpanjangan tangan mereka. *ind
Komentar