Ketua PSSI Bali Ketut Suardana Raih Gelar Doktor di IHDN Denpasar
Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar kembali mencetak doktor di bidang Ilmu Agama Hindu, Selasa (16/4).
DENPASAR, NusaBali
Adalah Ketut Suardana, promovendus yang dinobatkan sebagai doktor ke-61 setelah berhasil mempertahankan desertasinya di hadapan penguji dengan predikat sangat memuaskan.
Dalam desertasi yang diuji oleh pimpinan sidang Prof Dr Dra Relin DE MAg, dan anggota Prof Dr I Nyoman Darma Putra MLitt, Prof Dr Drs I Nengah Duija MSi, Dr Made Sri Putri Purnamawati SAg MA MErg, Dr Drs Ketut Sumadi MPar, Dr Drs I Wayan Mandra MHum, Dr Drs I Nyoman Ananda MAg, Prof Dr I Wayan Ardika MA, dan Dr Drs I Wayan Sugita MSi, Ketut Suardana menyajikan desertasi berjudul ‘Pengembangan dan Tantangan Ubud Dalam Membangun Branding Pariwisata Spiritual Berbasis Teologi Hindu’.
Pria yang saat ini menjabat Ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Bali, ini menjelaskan, meski pariwisata berkembang pesat di Ubud, namun justru hal tersebut memberikan penguatan pada tradisi dan budaya lokal di daerah setempat. Berbagai ritus sakral masih tetap dijalankan, dan tentunya didasari dengan spirit agama Hindu di dalamnya.
Dalam penelitiannya diungkap, perkembangan pariwisata spiritual berbasis teologi Hindu di Ubud didasarkan pada beberapa hal yakni perkembangan masa awal pariwisata Ubud yang meliputi pura Gunung Lebah sebagai pusat orientasi spiritual, dan peran puri dalam pengembangan spiritual. Kemudian perkembangan pariwisata bersumber kearifan lokal Ubud, perkembangan pariwisata berbasis budaya, perkembangan pariwisata Ubud berbasis ekologi, serta perkembangan pariwisata modern berupa festival-festival internasional.
“Branding pariwisata spiritual ini saya angkat karena modal budaya Ubud yang sudah dikenal. Dari zaman Rsi Markandeya sebagai ‘investor’ dari spiritual itu sendiri, yang menjadikan Ubud memiliki landmark cultural dan living spiritual yang diwarisi sampai saat ini,” jelasnya.
Menurutnya, dalam membangun branding pariwisata spiritual berbasis teologi Hindu memiliki tantangan pada aspek parahyangan, yakni aspek spiritualitas, budaya, dan teologis. Kemudian tantangan dari aspek pawongan adalah pengembangan SDM melalui dan pendidikan di desa pakraman. Sementara tantangan pada aspek palemahan, seperti tata ruang, tata hunian Ubud dan perubahan tata kelola lingkungan serta pengembangan sarana dan prasarana pariwisata Ubud dengan bercirikan pada konsep budaya Bali.
“Branding pariwisata spiritual berbasis teologi Hindu bukan berarti kita arahkan ke pura-pura saja. Tapi kita arahkan mereka yang mencari spiritual itu bisa memahami ajaran agama Hindu sampai yang terdalam. Itulah yang harus diberikan kepada mereka, pemahaman tentang teologi Hindu yang disebut dengan Brahma Widya,” tutur pria yang juga Pendiri Yayasan Mudra Swari Saraswati yang menaungi dua festival besar yakni Ubud Writers and Readers Festival dan Ubud Food Festival ini.
Upaya membranding pariwisata spiritual Ubud berbasis teologi Hindu ini memang membutuhkan upaya bersama dari masyarakat, tokoh, desa adat, dan pemerintah. Dalam ranah pengembangan, dikatakan perlu membangun relasi yang jelas antara desa pakraman dan investor, dan memanfaatkan teknologi berbasis budaya.
Desertasi tersebut berhasil dipertahankan dan mendapatkan predikat sangat memuaskan. Ketut Suardana pun dinobatkan menjadi doktor ke-61 di IHDN Denpasar. Saat menutup ujian doktor tersebut, pimpinan sidang Prof Dr Dra Relin DE MAg juga memberikan saran agar selalu memperhatikan filosofi Satyam Siwam Sundaram dalam membranding pariwisata spiritual Ubud yang berbasis teologi Hindu. Menurut Prof Relin, dengan pariwisata spiritual Ubud berbasis teologi Hindu, diharapkan juga berkontribusi terhadap eksistensi agama Hindu hingga kapan pun. *ind
Dalam desertasi yang diuji oleh pimpinan sidang Prof Dr Dra Relin DE MAg, dan anggota Prof Dr I Nyoman Darma Putra MLitt, Prof Dr Drs I Nengah Duija MSi, Dr Made Sri Putri Purnamawati SAg MA MErg, Dr Drs Ketut Sumadi MPar, Dr Drs I Wayan Mandra MHum, Dr Drs I Nyoman Ananda MAg, Prof Dr I Wayan Ardika MA, dan Dr Drs I Wayan Sugita MSi, Ketut Suardana menyajikan desertasi berjudul ‘Pengembangan dan Tantangan Ubud Dalam Membangun Branding Pariwisata Spiritual Berbasis Teologi Hindu’.
Pria yang saat ini menjabat Ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Bali, ini menjelaskan, meski pariwisata berkembang pesat di Ubud, namun justru hal tersebut memberikan penguatan pada tradisi dan budaya lokal di daerah setempat. Berbagai ritus sakral masih tetap dijalankan, dan tentunya didasari dengan spirit agama Hindu di dalamnya.
Dalam penelitiannya diungkap, perkembangan pariwisata spiritual berbasis teologi Hindu di Ubud didasarkan pada beberapa hal yakni perkembangan masa awal pariwisata Ubud yang meliputi pura Gunung Lebah sebagai pusat orientasi spiritual, dan peran puri dalam pengembangan spiritual. Kemudian perkembangan pariwisata bersumber kearifan lokal Ubud, perkembangan pariwisata berbasis budaya, perkembangan pariwisata Ubud berbasis ekologi, serta perkembangan pariwisata modern berupa festival-festival internasional.
“Branding pariwisata spiritual ini saya angkat karena modal budaya Ubud yang sudah dikenal. Dari zaman Rsi Markandeya sebagai ‘investor’ dari spiritual itu sendiri, yang menjadikan Ubud memiliki landmark cultural dan living spiritual yang diwarisi sampai saat ini,” jelasnya.
Menurutnya, dalam membangun branding pariwisata spiritual berbasis teologi Hindu memiliki tantangan pada aspek parahyangan, yakni aspek spiritualitas, budaya, dan teologis. Kemudian tantangan dari aspek pawongan adalah pengembangan SDM melalui dan pendidikan di desa pakraman. Sementara tantangan pada aspek palemahan, seperti tata ruang, tata hunian Ubud dan perubahan tata kelola lingkungan serta pengembangan sarana dan prasarana pariwisata Ubud dengan bercirikan pada konsep budaya Bali.
“Branding pariwisata spiritual berbasis teologi Hindu bukan berarti kita arahkan ke pura-pura saja. Tapi kita arahkan mereka yang mencari spiritual itu bisa memahami ajaran agama Hindu sampai yang terdalam. Itulah yang harus diberikan kepada mereka, pemahaman tentang teologi Hindu yang disebut dengan Brahma Widya,” tutur pria yang juga Pendiri Yayasan Mudra Swari Saraswati yang menaungi dua festival besar yakni Ubud Writers and Readers Festival dan Ubud Food Festival ini.
Upaya membranding pariwisata spiritual Ubud berbasis teologi Hindu ini memang membutuhkan upaya bersama dari masyarakat, tokoh, desa adat, dan pemerintah. Dalam ranah pengembangan, dikatakan perlu membangun relasi yang jelas antara desa pakraman dan investor, dan memanfaatkan teknologi berbasis budaya.
Desertasi tersebut berhasil dipertahankan dan mendapatkan predikat sangat memuaskan. Ketut Suardana pun dinobatkan menjadi doktor ke-61 di IHDN Denpasar. Saat menutup ujian doktor tersebut, pimpinan sidang Prof Dr Dra Relin DE MAg juga memberikan saran agar selalu memperhatikan filosofi Satyam Siwam Sundaram dalam membranding pariwisata spiritual Ubud yang berbasis teologi Hindu. Menurut Prof Relin, dengan pariwisata spiritual Ubud berbasis teologi Hindu, diharapkan juga berkontribusi terhadap eksistensi agama Hindu hingga kapan pun. *ind
Komentar