TPS 009 Dilayani KPPS Perempuan
Suasana Tegang Coblosan jadi Lebih Sejuk
DENPASAR, NusaBali
Anggota Kelompok Penyelenggaraa Pemungutan Suara (KPPS) biasanya dilakukan sebagian besar oleh laki-laki untuk melayani masyarakat yang akan mencoblos. Uniknya, di Kota Denpasar tepatnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 009, Banjar Kedaton, Desa Sumerta Kelod, Denpasar Timur, seluruh KPPS diisi oleh tenaga perempuan dari PKK Banjar kedaton.
Hal itu dilakukan untuk memberikan kesan menarik kepada masyarakat yang akan menyalurkan hak pilihnya. Petugas KPPS tersebut terlihat kompak menggunakan baju kebaya warna ungu dengan kamben dan selendang warna kuning ditambah sanggul dengan hiasan bunga cempaka.
Salah satu yang paling beda dari 7 anggota penyelenggara yakni Ketua KPPS. Ketua KPPS lebih menonjol dalan pemakaian atribut yakni menggunakan lelunakan sebagai pengikat rambut. "Kami satu-satunya TPS yang menggunakan petugas perempuan. Yang lainnya campuran, ini inisiatif kami saja biar sedikit unik dan menarik masyarakat datang ke TPS untuk mencoblos. Dari 4 TPS hanya kami yang semuanya perempuan," ujarnya salah satu anggota KPPS, Ketut Rumiasih.
Dikatakan Rumiasih, semua perempuan tersebut merupakan anggota PKK Banjar Kedaton yang diberdayakan untuk menjadi KPPS. Pelibatan ini untuk memberikan aktivitas tambahan kepada ibu-ibu PKK yang selama ini aktif dalam berbagai kegiatan di Denpasar. "Ya kami pengen ada kegiatan juga. PKK kami kan erus aktif, jadi kami berinisiatif memberikan hal yang beda," imbuhnya.
Kegiatan ini, kata dia, juga sekaligus sebagai moment peringatan Hari Kartini yang akan diperingati tanggal 21 April 2019 mendatang. Dengan pelibatan perempuan dalam penyelenggaraan pemungutan suara, perempuan di Denpasar khususnya di Banjar Kedaton disetarakan dengan laki-laki yang selama ini menjadi prioritas sebagai penyelenggara pemilihan umum.
Sementara salah satu warga yang memilih di Banjar Kedaton, Veronika, 25, mengatakan, adanya perempuan sebagai KPPS suasana lebih dingin. Sebab, selama ini ia menemukan kebanyakan laki-laki yang menjadi KPPS terkesan lebih tegang ketimbang perempuan. Apalagi kata dia, ibu-ibu yang melayani pendaftaran pemilih juga lebih ramah dan murah senyum. "Bagus ya, soalnya kalau ibu-ibu kan lebih lembut kalau melayani. Jadi kami merasa nyaman, pakaiannya juga seragam. Ya lebih nyaman aja memilih di sini," ujar wanita asal Jakarta ini. *mis
Hal itu dilakukan untuk memberikan kesan menarik kepada masyarakat yang akan menyalurkan hak pilihnya. Petugas KPPS tersebut terlihat kompak menggunakan baju kebaya warna ungu dengan kamben dan selendang warna kuning ditambah sanggul dengan hiasan bunga cempaka.
Salah satu yang paling beda dari 7 anggota penyelenggara yakni Ketua KPPS. Ketua KPPS lebih menonjol dalan pemakaian atribut yakni menggunakan lelunakan sebagai pengikat rambut. "Kami satu-satunya TPS yang menggunakan petugas perempuan. Yang lainnya campuran, ini inisiatif kami saja biar sedikit unik dan menarik masyarakat datang ke TPS untuk mencoblos. Dari 4 TPS hanya kami yang semuanya perempuan," ujarnya salah satu anggota KPPS, Ketut Rumiasih.
Dikatakan Rumiasih, semua perempuan tersebut merupakan anggota PKK Banjar Kedaton yang diberdayakan untuk menjadi KPPS. Pelibatan ini untuk memberikan aktivitas tambahan kepada ibu-ibu PKK yang selama ini aktif dalam berbagai kegiatan di Denpasar. "Ya kami pengen ada kegiatan juga. PKK kami kan erus aktif, jadi kami berinisiatif memberikan hal yang beda," imbuhnya.
Kegiatan ini, kata dia, juga sekaligus sebagai moment peringatan Hari Kartini yang akan diperingati tanggal 21 April 2019 mendatang. Dengan pelibatan perempuan dalam penyelenggaraan pemungutan suara, perempuan di Denpasar khususnya di Banjar Kedaton disetarakan dengan laki-laki yang selama ini menjadi prioritas sebagai penyelenggara pemilihan umum.
Sementara salah satu warga yang memilih di Banjar Kedaton, Veronika, 25, mengatakan, adanya perempuan sebagai KPPS suasana lebih dingin. Sebab, selama ini ia menemukan kebanyakan laki-laki yang menjadi KPPS terkesan lebih tegang ketimbang perempuan. Apalagi kata dia, ibu-ibu yang melayani pendaftaran pemilih juga lebih ramah dan murah senyum. "Bagus ya, soalnya kalau ibu-ibu kan lebih lembut kalau melayani. Jadi kami merasa nyaman, pakaiannya juga seragam. Ya lebih nyaman aja memilih di sini," ujar wanita asal Jakarta ini. *mis
1
Komentar