Siswa Asal Jumpai Ajarkan Tari Telek di Sekolah
Menarikan Tari Telek khas Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung, ternyata tidak mudah.
SEMARAPURA, NusaBali
Karena gerakan dan agem tari ini berbeda dari Tari Telek umumnya. Untuk itu para pelatih harus benar-benar memahami Tari Telek Jumpai, terutama pada sub gerakan Kambing Buang. Pihak sekolah pun memanfaatkan para penari Telek asli Desa Jumpai untuk melatih siswa yang sudah dipilih, untuk pentas Tari Telek massal 2019 orang saat Festival Semarapura, 28 April 2019.
"Kami kebetulan punya empat siswa dari Desa Jumpai, yang sudah biasa menari Telek. Empat siswa ini langsung berbagi ilmu dengan siswa lainnya yang sudah dipilih unutk menari Telek," ujar Waka Humas SMAN 2 Semarapura, Dewa Made Tirta, Rabu (17/4).
Kata Dewa Tirta, 109 siswi SMAN 2 Semarapura yang dilibatkan menari Telek massal dalam Festival Semarapura. Mereka latihan di aula sekolah saat waktu senggang atau sudah selesai jam belajar di kelas. “Sekarang gerakan mereka sudah semakin kompak, mereka dipandu langsung oleh empat siswa asal Desa Jumpai, yang sudah biasa menarikan Telek,” ujarnya.
Empat siswa asal Desa Jumpai tersebut yakni Ni Kade Suputri, Ni Nyoman Anggy Swary, Ni Ketut Desy Rinjani Sari, dan Ni Kadek Melati. “Kebetulan kami sudah belajar Tari Telek sejak masih duduk di bangku SD, karena itu sudah turun-temurun,” katanya.
Disebutkan, di Desa Jumpai, pentas Tari Telek rutin dilaksanakan setiap 15 hari sekali pada saat Kejeng Kliwon, serangkaian prosesi saat Ida Bhatara masolah. Yakni bergiliran dari 2 banjar di Desa Jumpai (Banjar Kawan dan Kangin). “Untuk Tari Telek yang dipentaskan dengan empat penari dan dua penamprat,” katanya.
Sementara itu, Pemkab Klungkung pentaskan Tari Telek massal 2019 orang, serangkaian Festival Semarapura IV, April 2019. Tari Telek yang dipentaskan ini merupakan khas Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung, yang akan dipentaskan sebanyak 90 persen dari siswa SMP dan SMA/SMK dan penari pokok dari Desa Jumpai.
Adapun kekhasnya Telek Jumpai yakni pada gerakannya, yakni ada gerakan memainkan kipas dengan malpal berdiri ngegolan lebih cepat dari telek biasa. "Itu salah satu yang membedakan dari struktur gerak," ujar Ketua Listibiya Klungkung, I Dewa Gede Alit Saputra, selaku koordinator dan menata mendesain tata cara pentasnya, belum lama ini. Para penari yang sudah dipilih di masing-masing sekolah sudah mulai latihan, diawali pembekalan kepada guru kesenian di sekolah. Tentu latihan ini dengan tidak menggangu pelajaran di sekolah. *wan
"Kami kebetulan punya empat siswa dari Desa Jumpai, yang sudah biasa menari Telek. Empat siswa ini langsung berbagi ilmu dengan siswa lainnya yang sudah dipilih unutk menari Telek," ujar Waka Humas SMAN 2 Semarapura, Dewa Made Tirta, Rabu (17/4).
Kata Dewa Tirta, 109 siswi SMAN 2 Semarapura yang dilibatkan menari Telek massal dalam Festival Semarapura. Mereka latihan di aula sekolah saat waktu senggang atau sudah selesai jam belajar di kelas. “Sekarang gerakan mereka sudah semakin kompak, mereka dipandu langsung oleh empat siswa asal Desa Jumpai, yang sudah biasa menarikan Telek,” ujarnya.
Empat siswa asal Desa Jumpai tersebut yakni Ni Kade Suputri, Ni Nyoman Anggy Swary, Ni Ketut Desy Rinjani Sari, dan Ni Kadek Melati. “Kebetulan kami sudah belajar Tari Telek sejak masih duduk di bangku SD, karena itu sudah turun-temurun,” katanya.
Disebutkan, di Desa Jumpai, pentas Tari Telek rutin dilaksanakan setiap 15 hari sekali pada saat Kejeng Kliwon, serangkaian prosesi saat Ida Bhatara masolah. Yakni bergiliran dari 2 banjar di Desa Jumpai (Banjar Kawan dan Kangin). “Untuk Tari Telek yang dipentaskan dengan empat penari dan dua penamprat,” katanya.
Sementara itu, Pemkab Klungkung pentaskan Tari Telek massal 2019 orang, serangkaian Festival Semarapura IV, April 2019. Tari Telek yang dipentaskan ini merupakan khas Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung, yang akan dipentaskan sebanyak 90 persen dari siswa SMP dan SMA/SMK dan penari pokok dari Desa Jumpai.
Adapun kekhasnya Telek Jumpai yakni pada gerakannya, yakni ada gerakan memainkan kipas dengan malpal berdiri ngegolan lebih cepat dari telek biasa. "Itu salah satu yang membedakan dari struktur gerak," ujar Ketua Listibiya Klungkung, I Dewa Gede Alit Saputra, selaku koordinator dan menata mendesain tata cara pentasnya, belum lama ini. Para penari yang sudah dipilih di masing-masing sekolah sudah mulai latihan, diawali pembekalan kepada guru kesenian di sekolah. Tentu latihan ini dengan tidak menggangu pelajaran di sekolah. *wan
1
Komentar