Bangli Rancang One Day No Rice Setiap Kamis
Pemkab Bangli mengeluarkan Surat Edaran (SE) Bupati Bangli tertanggal 8 April 2019 tentang gerakan one day no rice (sehari tanpa beras).
BANGLI, NusaBali
Gerakan one day no rice dilaksanakan setiap hari Kamis. Otomatis setiap hari Kamis penggunaan beras digantikan dengan sumber karbohidrat lainya seperti ubi, jagung, dan lainnya. Program ini akan dimulai pada Kamis (19/4) besok.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sukartana, mengatakan gerakan ini untuk menjaga stabilitas harga beras dan terkendalinya harga barang kebutuhan pokok di Bangli. Sebab luas lahan sawah di Bangli relatif sedikit dan Bangli belum pernah swasembada beras. “Jika dikombinasikan hasil pertanian beras dan umbi-umbian Bangli bisa surplus, namun untuk swasembada beras belum terpenuhi,” terang Sukartana.
Dengan dilaksanakan gerakan one day no rice diharapkan mampu mengangkat komuditi lainnya. Sukartana mencontohkan, dalam sehari di satu kepala keluarga (KK) bisa hemat 1 kilogram, dikalikan sekian minggu dan sekian kepala keluarga, tentunya penggunaan beras akan dapat ditekan dalam jumlah banyak. Di sisi lain, untuk kesehatan kandungan gula dalam beras lebih tinggi dibandingkan umbi-umbian. “Kalau jaman dulu masyarakat lebih dominan mengkonsumsi umbi-umbian. Memang seiring waktu beras menjadi kebutuhan paling utama,” sebutnya.
Sukartana tidak memungkiri akan cukup sulit membiasakan diri tanpa menkonsumsi beras (nasi), namun gerakan ini bisa dilakukan secara perlahan. Buat sementara gerakan ini diawali dari ASN di lingkungan Pemkab Bangli, harapannya para ASN bisa menjadi contoh di masyarakat. “Surat edaran bupati tentang one day no rice ini akan dilanjutkan ke tingkat desa melalui perbekel, diteruskan melalui kepala dusun dan sampai akhirnya di masing-masing pekarangan. Kami yakin perlahan ini akan menjadi kebiasaan,” tukasnya.
Terkait Bangli tak pernah swasembada beras, dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya di Bangli belum ada ketegasan dalam pola tanam. Dalam setahun idealnya dua kali menanam padi dan sekali palawija. “Ini tidak terlepas ada pasokan air untuk mengaliri subak,” ujarnya. Apalagi tahun ini ratusan hektare sawah tidak ditanami padi, imbasnya produksi beras semakin menurun. “Beberapa subak terancam tidak bisa menanam padi akibat di beberapa titik saluran irigasi rusak akibat bencana,” ungkapnya. Diharapkan gerakan one day no rice bisa efektif dan tentunya Bangli tidak kekurangan beras. *esa
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sukartana, mengatakan gerakan ini untuk menjaga stabilitas harga beras dan terkendalinya harga barang kebutuhan pokok di Bangli. Sebab luas lahan sawah di Bangli relatif sedikit dan Bangli belum pernah swasembada beras. “Jika dikombinasikan hasil pertanian beras dan umbi-umbian Bangli bisa surplus, namun untuk swasembada beras belum terpenuhi,” terang Sukartana.
Dengan dilaksanakan gerakan one day no rice diharapkan mampu mengangkat komuditi lainnya. Sukartana mencontohkan, dalam sehari di satu kepala keluarga (KK) bisa hemat 1 kilogram, dikalikan sekian minggu dan sekian kepala keluarga, tentunya penggunaan beras akan dapat ditekan dalam jumlah banyak. Di sisi lain, untuk kesehatan kandungan gula dalam beras lebih tinggi dibandingkan umbi-umbian. “Kalau jaman dulu masyarakat lebih dominan mengkonsumsi umbi-umbian. Memang seiring waktu beras menjadi kebutuhan paling utama,” sebutnya.
Sukartana tidak memungkiri akan cukup sulit membiasakan diri tanpa menkonsumsi beras (nasi), namun gerakan ini bisa dilakukan secara perlahan. Buat sementara gerakan ini diawali dari ASN di lingkungan Pemkab Bangli, harapannya para ASN bisa menjadi contoh di masyarakat. “Surat edaran bupati tentang one day no rice ini akan dilanjutkan ke tingkat desa melalui perbekel, diteruskan melalui kepala dusun dan sampai akhirnya di masing-masing pekarangan. Kami yakin perlahan ini akan menjadi kebiasaan,” tukasnya.
Terkait Bangli tak pernah swasembada beras, dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya di Bangli belum ada ketegasan dalam pola tanam. Dalam setahun idealnya dua kali menanam padi dan sekali palawija. “Ini tidak terlepas ada pasokan air untuk mengaliri subak,” ujarnya. Apalagi tahun ini ratusan hektare sawah tidak ditanami padi, imbasnya produksi beras semakin menurun. “Beberapa subak terancam tidak bisa menanam padi akibat di beberapa titik saluran irigasi rusak akibat bencana,” ungkapnya. Diharapkan gerakan one day no rice bisa efektif dan tentunya Bangli tidak kekurangan beras. *esa
Komentar