Badan Penanaman Modal Giring Investor ke Bali Utara
Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PMPSP) Bali, terus berusaha menawarkan kawasaan Bali bagian utara, barat dan timur untuk investasi.
DENPASAR, NusaBali
Investasi tersebut baik dalam bentuk Penanamam Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau joint PMA dan PMDN. Karena itulah, PMPTSP berusaha ‘menggiring’ investor ke kawasan Bali utara, Buleleng dan kawasan sekitar meliputi Jembrana, Bangli, dan Karangasem.
Hal tersebut terungkap dari Kabid Promosi Penanaman Modal PMPSP Bali I Ketut Sudibya. “Bali selatan kan sudah jenuh,” ujarnya, Jumat (19/4).
Daya dukung, khususnya lahan sudah relatif habis terbangun. Sebaliknya dengan Bali kawasan barat, timur dan utara yang masih terbuka luas, ditambah potensi lain, view atau pemandangan alam, keunikan budaya dan tentu saja SDM. “Karena itulah kami berusaha keras untuk mempromosikan dan mengarahkan investasi ke sana,” jelas Sudibya.
Sejauh ini, upaya tersebut mendapat respons, dalam bentuk ketertarikan dan penjajakan. Sedangkan realisasi investasi, belum ada.
Dikatakan, selain kawasan Desa Dukuh, Kintamani yang sebelumnya sudah sempat dijajagi pihak investor Mr Thomas dari Singapura, menyusul peminat lain yang juga dari Negeri Singa-Singapura. “ Besok (Sabtu, 20/4- hari ini) rencananya dia datang dan minta diantar,” jelasnya.
Menurut Sudibya, calon investor tersebut berasal dari kawasan Timur Tengah, namun tinggal di Singapura. “Kita berharap ada yang bisa realisasi nanti,” kata Sudibya.
Jika terealisasi, tentu berdampak banyak pada Bali, khususnya Bali barat, utara dan timur. Karena terjadi pemerataan investasi, yang berimbas pada peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat. Terus menekan angka pengangguran, karena investasi tentu membutuhkan SDM (tenaga kerja). Artinya secara keseluruhan pasti akan meningkatkan perekonomian masyarakat lebih luas. “ Untuk saat ini potensi pariwisata yang punya peluang,” papar Sudibya. Hal itu merujuk potensi alam, seperti kawasan Desa Kutuh, Kintamani dengan pemandangan pegunungan dan pantai Tejakula, Buleleng di utara. Sedang di Buleleng barat, adalah pemandangan alam pantainya yang masih potensial dikembangkan jadi destinasi.
Sudibya memperkirakan, jika ada yang terealisasi, besaran investasi tentu dengan standar triliunan rupiah. Dia mencontohkan, misalnya untuk sewa lahan 100 hektare yang sudah siap di Kutuh selama 25 tahun nilai sekitar Rp 475 miliar. “Itu baru sewa lahan, belum lagi membangun infrastruktur,” ujarnya. Besaran investasi tersebut, tentu menyesuaikan dengan kondisi perekonomian, salah satunya tingkat inflasi. *k17
Hal tersebut terungkap dari Kabid Promosi Penanaman Modal PMPSP Bali I Ketut Sudibya. “Bali selatan kan sudah jenuh,” ujarnya, Jumat (19/4).
Daya dukung, khususnya lahan sudah relatif habis terbangun. Sebaliknya dengan Bali kawasan barat, timur dan utara yang masih terbuka luas, ditambah potensi lain, view atau pemandangan alam, keunikan budaya dan tentu saja SDM. “Karena itulah kami berusaha keras untuk mempromosikan dan mengarahkan investasi ke sana,” jelas Sudibya.
Sejauh ini, upaya tersebut mendapat respons, dalam bentuk ketertarikan dan penjajakan. Sedangkan realisasi investasi, belum ada.
Dikatakan, selain kawasan Desa Dukuh, Kintamani yang sebelumnya sudah sempat dijajagi pihak investor Mr Thomas dari Singapura, menyusul peminat lain yang juga dari Negeri Singa-Singapura. “ Besok (Sabtu, 20/4- hari ini) rencananya dia datang dan minta diantar,” jelasnya.
Menurut Sudibya, calon investor tersebut berasal dari kawasan Timur Tengah, namun tinggal di Singapura. “Kita berharap ada yang bisa realisasi nanti,” kata Sudibya.
Jika terealisasi, tentu berdampak banyak pada Bali, khususnya Bali barat, utara dan timur. Karena terjadi pemerataan investasi, yang berimbas pada peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat. Terus menekan angka pengangguran, karena investasi tentu membutuhkan SDM (tenaga kerja). Artinya secara keseluruhan pasti akan meningkatkan perekonomian masyarakat lebih luas. “ Untuk saat ini potensi pariwisata yang punya peluang,” papar Sudibya. Hal itu merujuk potensi alam, seperti kawasan Desa Kutuh, Kintamani dengan pemandangan pegunungan dan pantai Tejakula, Buleleng di utara. Sedang di Buleleng barat, adalah pemandangan alam pantainya yang masih potensial dikembangkan jadi destinasi.
Sudibya memperkirakan, jika ada yang terealisasi, besaran investasi tentu dengan standar triliunan rupiah. Dia mencontohkan, misalnya untuk sewa lahan 100 hektare yang sudah siap di Kutuh selama 25 tahun nilai sekitar Rp 475 miliar. “Itu baru sewa lahan, belum lagi membangun infrastruktur,” ujarnya. Besaran investasi tersebut, tentu menyesuaikan dengan kondisi perekonomian, salah satunya tingkat inflasi. *k17
Komentar