Soal Bahasa Indonesia di SLB Tabanan Dikeluhkan
Ujian nasional tahun 2019 tidak hanya diikuti oleh sekolah umum.
TABANAN, NusaBali
Di SLBN 1 Tabanan tercatat sebanyak 12 murid mengikuti ujian nasional berbasis kertas dan pensil (UNKP). Sayangnya meskipun pelaksanaan lancar, soal bahasa Indonesia untuk siswa tuna rungu terutama soal cerita dianggap terlalu panjang. Akibatnya siswa sulit memahami dan perlu didampingi.
Kepala SLBN 1 Tabanan I Gede Sukaca didampingi Ketua Panita UN I Made Widiantara, menjelaskan pelaksaan UNKP di SLBN 1 Tabanan dimulai sejak Senin (22/4) dan berakhir Kamis (25/4). Ada 12 siswa kelas III/kelas IX yang mengikuti UNKP. Rincianya 11 siswa tuna rungu (B) dan 1 siswa tuna netra (A). “Di SLBN 1 Tabanan ada kelas sampai C yakni penyandang tuna grahita, tetapi belum ada kelas III,” ujarnya, Rabu (24/4).
Sukaca menuturkan, pelaksanaan UNKP di SLBN 1 Tabanan berjalan lancar, tidak ada gangguan teknis. Soal UN yang dibuat di Provinsi Bali sudah diambil oleh panitia pada Jumat (19/4) lalu di Dinas Pendidikan Tabanan. “Mata pelajaran yang diujikan ada empat, yakni, bahasa Indonesia, Matematika, bahasa Inggris, dan IPA,” bebernya.
Widiantara menambahkan, soal bahasa Indonesia pada UNKP hari pertama untuk siswa tuna rungu dikeluhkan. Soal cerita yang dibuat terlalu panjang. Oleh karena itu siswa kesulitan memahami, sehingga perlu bantuan pendamping untuk membaca. “Kalau tidak dibacakan siswa kesulitan, mereka gelisah karena waktu membaca juga lama,” jelasnya.
Oleh karena itu dia menyarankan soal dibuat lebih simpel. Termasuk pula guru SLB diikutkan untuk membuat soal di provinsi. “Karena yang mengetahui kemampuan siswa di sekolah adalah gurunya,” imbuh Widiantara seraya menyebutkan jumlah soal bahasa Indonesia sebanyak 50, jenis soal pilihan ganda.
Sementara itu, salah seorang siswa tuna netra, Dewa Ayu Komang Ditia Kusuma Yanti, 17, mengaku sudah belajar untuk mengikuti ujian nasional. Dari mata pejaran yang diujikan dia mengaku sulit menjawab soal Matematika. “Terutama soal bangun ruang agak sulit saya jawab,” jelasnya.
Meski diakui sulit namun Yanti, siswa dari Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini bisa menyelesaikan soal dengan baik. “Meski sulit saya bisa jawab, hanya memerlukan waktu saja,” akunya. *des
Di SLBN 1 Tabanan tercatat sebanyak 12 murid mengikuti ujian nasional berbasis kertas dan pensil (UNKP). Sayangnya meskipun pelaksanaan lancar, soal bahasa Indonesia untuk siswa tuna rungu terutama soal cerita dianggap terlalu panjang. Akibatnya siswa sulit memahami dan perlu didampingi.
Kepala SLBN 1 Tabanan I Gede Sukaca didampingi Ketua Panita UN I Made Widiantara, menjelaskan pelaksaan UNKP di SLBN 1 Tabanan dimulai sejak Senin (22/4) dan berakhir Kamis (25/4). Ada 12 siswa kelas III/kelas IX yang mengikuti UNKP. Rincianya 11 siswa tuna rungu (B) dan 1 siswa tuna netra (A). “Di SLBN 1 Tabanan ada kelas sampai C yakni penyandang tuna grahita, tetapi belum ada kelas III,” ujarnya, Rabu (24/4).
Sukaca menuturkan, pelaksanaan UNKP di SLBN 1 Tabanan berjalan lancar, tidak ada gangguan teknis. Soal UN yang dibuat di Provinsi Bali sudah diambil oleh panitia pada Jumat (19/4) lalu di Dinas Pendidikan Tabanan. “Mata pelajaran yang diujikan ada empat, yakni, bahasa Indonesia, Matematika, bahasa Inggris, dan IPA,” bebernya.
Widiantara menambahkan, soal bahasa Indonesia pada UNKP hari pertama untuk siswa tuna rungu dikeluhkan. Soal cerita yang dibuat terlalu panjang. Oleh karena itu siswa kesulitan memahami, sehingga perlu bantuan pendamping untuk membaca. “Kalau tidak dibacakan siswa kesulitan, mereka gelisah karena waktu membaca juga lama,” jelasnya.
Oleh karena itu dia menyarankan soal dibuat lebih simpel. Termasuk pula guru SLB diikutkan untuk membuat soal di provinsi. “Karena yang mengetahui kemampuan siswa di sekolah adalah gurunya,” imbuh Widiantara seraya menyebutkan jumlah soal bahasa Indonesia sebanyak 50, jenis soal pilihan ganda.
Sementara itu, salah seorang siswa tuna netra, Dewa Ayu Komang Ditia Kusuma Yanti, 17, mengaku sudah belajar untuk mengikuti ujian nasional. Dari mata pejaran yang diujikan dia mengaku sulit menjawab soal Matematika. “Terutama soal bangun ruang agak sulit saya jawab,” jelasnya.
Meski diakui sulit namun Yanti, siswa dari Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini bisa menyelesaikan soal dengan baik. “Meski sulit saya bisa jawab, hanya memerlukan waktu saja,” akunya. *des
Komentar