SDN 7 Jehem Dikenal Angker
Siswa Sering Cium Bau Masakan
BANGLI, NusaBali
Proses belajar mengajar saat siang hari di SDN 7 Jehem, Banjar Galiran, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli, sering terusik bau masakan. Terutama di ruang kelas I, padahal di dekat ruang kelas hanya tukad. Siswa juga mengaku sempat melihat sosok perempuan berhidung mancung dengan rambut panjang warna kemerahan di dekat rumpun bambu.
Kepala SDN 7 Jehem, I Dewa Gede Raka, mengakui adanya hal-hal mistis di sekolahnya. Sejumlah guru pernah menceritakan kepadanya jika lima tahun lalu di sekolah sempat terjadi hal-hal yang aneh. Seperti di ruang kelas III ada telapak tangan di dinding ruang kelas, ukurannya tidak seperti tangan pada umumnya. Selain itu di ruang kelas IV, buku pelajaran yang tebal sobek dan menjadi dua bagian.
Pihak sekolah berinisiatif mencari orang pintar untuk meminta petunjuk. SDN 7 Jemen disarankan untuk menyiapkan satu bangku kosong. “Saya turuti sarannya, saya siapkan satu bangku kosong di kelas, siapa tahu mereka yang tidak terlihat juga ingin belajar,” ungkapnya, Rabu (24/4). Sementara untuk tapak tangan di ruang kelas hilang dengan sendirinya. Pasca longsornya rumpun bambu yang menghancurkan palinggih di pesiraman Banjar Galiran, kembali muncul yang aneh-aneh.
Dipercaya wong samar di kawasan tersebut terganggu sehingga merecoki kegiatan di sekolah. “Lokasi palinggihnya jauh di bawah, namun satu jalur dengan sekolah,” ujarnya. Karena palinggih cukup lama tidak diperbaiki, sejumlah siswa mengalami karauhan di sekolah. “Kami langsung menyampaikan ke pihak adat untuk bersama mencari jalan keluar. Sampai akhirnya palinggih di pasiraman diperbaiki dan sekolah juga membangun palinggih untuk pengayengan, situasi di sekolah menjadi kondusif,” jelasnya.
Sementara itu, pada jam-jam tertentu tercium bau masakan seperti orang menggoreng ikan, menggoreng sate layaknya piodalan di pura. “Siang hari, biasanya tercium bau ubi yang sedang dibakar. Sehabis mengajar saya cerita dengan guru yang lain, bau ubi bakar enak sekali,” ungkap salah seorang guru. Diyakini di kawasan itu perkampungan bagi para wong samar.
Dikatakan, setiap Hari Pengrupukan, krama adat Galiran melaksanakan pacaruan di sekolah untuk keselamatan dan kenyamanan anak-anaknya menuntut ilmu. “Rutin dilaksanakan setiap tahun oleh banjar adat, sepenuhnya ditanggung oleh adat,” ujarnya. Dikatakan, sempat mahasiswa KKN menempati mes kepala sekolah, namun pada tengah malam berhamburan karena ketakutan. “Mahasiswa sampai menginap di rumah kelian karena tidak berani tidur di mes. Kami tidak tahu persis bagaimana kejadiannya, mungkin ada yang berbicara kasar atau lainnnya,” ucapnya.
Sebelumnya, mes kepala sekolah ditempati salah seorang guru, namun karena pindah tugas maka harus pindah. “Kebetulan yang jadi kepala sekolah tempat tinggal dekat sehingga tidak ada yang tinggal di mes. Saat ini mes tidak ditempati dan kondisinya sudah rusak,” imbuh Dewa Raka. Terpisah, Kelian Adat Banjar Galiran, I Nyoman Pos, mengatakan setiap tahun melaksanakan pacaruan di SDN 7 Jehem. Tujuannya menetralisir pengaruh negatif dan untuk kenyamanan warga sekolah maupun masyarakat setempat.
Perihal mahasiswa KKN yang berhamburan tengah malam juga diamini ooleh Nyoman Pos. Kebetulan mahasiswa tersebut menginap di rumahnya. “Memang sempat menginap di rumah saya, saat itu saya masih jadi kelian dinas. Hanya saja saya tidak tahu mereka mengalami apa di sekolah, yang jelas satu di antaranya sakit dan sempat diajak ke rumah sakit,” ungkapnya. *esa
Proses belajar mengajar saat siang hari di SDN 7 Jehem, Banjar Galiran, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli, sering terusik bau masakan. Terutama di ruang kelas I, padahal di dekat ruang kelas hanya tukad. Siswa juga mengaku sempat melihat sosok perempuan berhidung mancung dengan rambut panjang warna kemerahan di dekat rumpun bambu.
Kepala SDN 7 Jehem, I Dewa Gede Raka, mengakui adanya hal-hal mistis di sekolahnya. Sejumlah guru pernah menceritakan kepadanya jika lima tahun lalu di sekolah sempat terjadi hal-hal yang aneh. Seperti di ruang kelas III ada telapak tangan di dinding ruang kelas, ukurannya tidak seperti tangan pada umumnya. Selain itu di ruang kelas IV, buku pelajaran yang tebal sobek dan menjadi dua bagian.
Pihak sekolah berinisiatif mencari orang pintar untuk meminta petunjuk. SDN 7 Jemen disarankan untuk menyiapkan satu bangku kosong. “Saya turuti sarannya, saya siapkan satu bangku kosong di kelas, siapa tahu mereka yang tidak terlihat juga ingin belajar,” ungkapnya, Rabu (24/4). Sementara untuk tapak tangan di ruang kelas hilang dengan sendirinya. Pasca longsornya rumpun bambu yang menghancurkan palinggih di pesiraman Banjar Galiran, kembali muncul yang aneh-aneh.
Dipercaya wong samar di kawasan tersebut terganggu sehingga merecoki kegiatan di sekolah. “Lokasi palinggihnya jauh di bawah, namun satu jalur dengan sekolah,” ujarnya. Karena palinggih cukup lama tidak diperbaiki, sejumlah siswa mengalami karauhan di sekolah. “Kami langsung menyampaikan ke pihak adat untuk bersama mencari jalan keluar. Sampai akhirnya palinggih di pasiraman diperbaiki dan sekolah juga membangun palinggih untuk pengayengan, situasi di sekolah menjadi kondusif,” jelasnya.
Sementara itu, pada jam-jam tertentu tercium bau masakan seperti orang menggoreng ikan, menggoreng sate layaknya piodalan di pura. “Siang hari, biasanya tercium bau ubi yang sedang dibakar. Sehabis mengajar saya cerita dengan guru yang lain, bau ubi bakar enak sekali,” ungkap salah seorang guru. Diyakini di kawasan itu perkampungan bagi para wong samar.
Dikatakan, setiap Hari Pengrupukan, krama adat Galiran melaksanakan pacaruan di sekolah untuk keselamatan dan kenyamanan anak-anaknya menuntut ilmu. “Rutin dilaksanakan setiap tahun oleh banjar adat, sepenuhnya ditanggung oleh adat,” ujarnya. Dikatakan, sempat mahasiswa KKN menempati mes kepala sekolah, namun pada tengah malam berhamburan karena ketakutan. “Mahasiswa sampai menginap di rumah kelian karena tidak berani tidur di mes. Kami tidak tahu persis bagaimana kejadiannya, mungkin ada yang berbicara kasar atau lainnnya,” ucapnya.
Sebelumnya, mes kepala sekolah ditempati salah seorang guru, namun karena pindah tugas maka harus pindah. “Kebetulan yang jadi kepala sekolah tempat tinggal dekat sehingga tidak ada yang tinggal di mes. Saat ini mes tidak ditempati dan kondisinya sudah rusak,” imbuh Dewa Raka. Terpisah, Kelian Adat Banjar Galiran, I Nyoman Pos, mengatakan setiap tahun melaksanakan pacaruan di SDN 7 Jehem. Tujuannya menetralisir pengaruh negatif dan untuk kenyamanan warga sekolah maupun masyarakat setempat.
Perihal mahasiswa KKN yang berhamburan tengah malam juga diamini ooleh Nyoman Pos. Kebetulan mahasiswa tersebut menginap di rumahnya. “Memang sempat menginap di rumah saya, saat itu saya masih jadi kelian dinas. Hanya saja saya tidak tahu mereka mengalami apa di sekolah, yang jelas satu di antaranya sakit dan sempat diajak ke rumah sakit,” ungkapnya. *esa
1
Komentar