Museum Semarajaya Rancang Duplikat Keris Perang Puputan
Museum Semarajaya di areal obyek Wisata Kertha Gosa, Kota Semarapura, Klungkung, sudah memiliki memiliki duplikat Mahkota Raja Klungkung sejak 2018.
SEMARAPURA, NusaBali
Namun museum ini belum memiliki duplikat Keris Ardawalika yang terakhir kali dipakai Raja Klungkung, Dewa Agung Jambe, saat perang Puputan Klungkung.
Keris tersebut dirampas oleh pihak Belanda bersama Tombak Ki Baru Gudug peninggalan kerajaan usai perang Puputan. Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung berencana membuat duplikat dua senjata tersebut untuk koleksi di Museum Semarajaya pada tahun 2020.
Oleh karena itu, pemeran keris yang digelar Disbudpora Klungkung, serangkaian HUT Puputan Klungkung ke-111, 28 April 2019, belum bisa menghadirkan dua senjata peninggalan zaman Kerajaan Klungkung tersebut. Informasinya, dua senjata ini ada di Museum Nasional. Jika ingin meminjam senjata itu dari museum tersebut untuk dibawa beberapa waktu ke Klungkung, jaminannya cukup besar, hingga Rp 2 miliar. Hal ini pernah dilakukan saat kepemimpinan Bupati Klungkung I Wayan Candra. Saat itu perayaan ke-100 tahun HUT Puputan Klungkung atau 11 tahun silam, di mana keris Ardawalika tersebut didatangkan ke Klungkung.
Kepala Disbudpora Klungkung I Nyoman Mudarta mengatakan rencananya duplipat dus senjata itu untuk koleksi di Museum Semarajaya. Sehingga masyarakat maupuan wisatawan yang berkunjung bisa melihat wujud fisik senjata tersebut. “Kami coba usulkan untuk rencana duplikat ini pada tahun 2020,” ujar Mudarta, kepada NusaBali, Kamis (25/4).
Kata Mudarta, untuk pemeran keris nanti hanya akan memamerkan koleksi keris di Museum Semarajaya sebanyak 20 buah. Keris lain yang akan ikut pameran keris ini, terutama dari Klungkung sebanyak 30 buah dari total keris 50 buah. “Untuk persiapan pameran nanti, kami sudah bersihkan beberapa keris di Museum Semarajaya,” ujar Mudarta. Pameran keris ini merupakan salah satu kegiatan Atraksi Budaya Museum Semarajaya, di ruang Ambron, Museum Semarajaya.
Sebelumnya, Museum Semarajaya, menambah sebuah koleksi berupa duplikat mahkota Raja Klungkung. Mahkota ini dianggarkan sebesar Rp 19 juta berbahan perak kemudian diisi pelapis emas, yang digarap oleh perajin dari Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung. Duplikat Mahkota Raja Klungkung ini dibuat supaya ada bentuk fisiknya, karena yang terpajang di Museum Semarajaya saat ini hanya fotonya saja.*wan
Keris tersebut dirampas oleh pihak Belanda bersama Tombak Ki Baru Gudug peninggalan kerajaan usai perang Puputan. Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung berencana membuat duplikat dua senjata tersebut untuk koleksi di Museum Semarajaya pada tahun 2020.
Oleh karena itu, pemeran keris yang digelar Disbudpora Klungkung, serangkaian HUT Puputan Klungkung ke-111, 28 April 2019, belum bisa menghadirkan dua senjata peninggalan zaman Kerajaan Klungkung tersebut. Informasinya, dua senjata ini ada di Museum Nasional. Jika ingin meminjam senjata itu dari museum tersebut untuk dibawa beberapa waktu ke Klungkung, jaminannya cukup besar, hingga Rp 2 miliar. Hal ini pernah dilakukan saat kepemimpinan Bupati Klungkung I Wayan Candra. Saat itu perayaan ke-100 tahun HUT Puputan Klungkung atau 11 tahun silam, di mana keris Ardawalika tersebut didatangkan ke Klungkung.
Kepala Disbudpora Klungkung I Nyoman Mudarta mengatakan rencananya duplipat dus senjata itu untuk koleksi di Museum Semarajaya. Sehingga masyarakat maupuan wisatawan yang berkunjung bisa melihat wujud fisik senjata tersebut. “Kami coba usulkan untuk rencana duplikat ini pada tahun 2020,” ujar Mudarta, kepada NusaBali, Kamis (25/4).
Kata Mudarta, untuk pemeran keris nanti hanya akan memamerkan koleksi keris di Museum Semarajaya sebanyak 20 buah. Keris lain yang akan ikut pameran keris ini, terutama dari Klungkung sebanyak 30 buah dari total keris 50 buah. “Untuk persiapan pameran nanti, kami sudah bersihkan beberapa keris di Museum Semarajaya,” ujar Mudarta. Pameran keris ini merupakan salah satu kegiatan Atraksi Budaya Museum Semarajaya, di ruang Ambron, Museum Semarajaya.
Sebelumnya, Museum Semarajaya, menambah sebuah koleksi berupa duplikat mahkota Raja Klungkung. Mahkota ini dianggarkan sebesar Rp 19 juta berbahan perak kemudian diisi pelapis emas, yang digarap oleh perajin dari Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung. Duplikat Mahkota Raja Klungkung ini dibuat supaya ada bentuk fisiknya, karena yang terpajang di Museum Semarajaya saat ini hanya fotonya saja.*wan
Komentar