nusabali

Punya 14.490 Pemilih, Gagal Loloskan Caleg

  • www.nusabali.com-punya-14490-pemilih-gagal-loloskan-caleg

Prahara Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati di Pileg 2019

GIANYAR, NusaBali

Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar termasuk salah satu desa yang bernasib paling apes dalam Pileg 2019. Bayangngkan, sandang predikat sebagai desa dengan jumlah pemilih terbanyak di Kabupaten Gianyar, namun tidak satu pun dari 11 caleg asal Desa Batubulan yang bertarung di Pileg 209 berhasil tembus ke kursi legislatif.

Jumlah pemilih di Desa Batubulan dalam Piileg/Pilpres, 17 April 2019, mencapai 14.490 orang. Desa Batubulan pun menjadi kawasan dengan jumlah pemilih terbanyak di antara 64 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Gianyar. Sedangkan jumlah pemilih terbanyak kedua berada di Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar, mencapai 9.663 orang.

Sementara Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar menempati peringkat ketiga dengan jumlah pemilih, yakni sebanyak 9.438 orang, disusul Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring (9.283 pemiih), Desa/Kecamatan Sukawati (9.263 pemilih), Kelurahan/Kecamatan Ubud (9.119 pemilih), Desa/Kecamatan Tampaksiring (8.856 pemilih), Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati    (8.479 pemilih), Desa Taro, Kecamatan Tegallalang (8.274 pemilih), dan Desa Bedulu (Kecamatan Blahbatuh (8.001 pemilih).

Berbeda dengan Desa Batubulan, kawasan dengan jumlah pemilih banyak seperti Kelurahan Gianyar dan Desa Mas berhasil meloloskan wakil rakyat ke DPRD Gianyar hasil Pileg 2019. Sebaliknya, dari Desa Batubulan, tak ada satu pun calegnya lolos ke kursi legislatif berdasarkan hasil hitung suara sementara.

Bahkan, 2 caleg incumbent asal Desa Batubulan yang kembali maju tarung dalam Pileg 2019, juga gagal mempertahankan kursinya di DPRD Gianyar. Mereka masing-masing Tjokorda Putra Indrayana alias Cok In (caleg Golkar) dan I Made Wirasila (caleg Gerindra). Cok In terpental dengan perolehan kisran 1.400 suara, sementara Made Wirasila juga gagal lolos dengan raihan 2.000 suara.

Dalam Pileg 2019, Cok In dan Made Wirasila kalah bersaing dengan para caleg PDIP, ara caleg PDIP dan Demokrat di Dapil III Kecamatan Sukawati. PDIP berhasil sapu 6 dari total 8 kursi DPRD Gianyar yang diperebutkan di Dapil Kecamatan Sukawati. Sedangkan Demnokrat berhasil mencuri 2 kursi, masing-masing melalui Made Janji (asal Desa Ketewel/raih 4.000-an suara) dan I Wayan Arjono (asal Desa Singapadu/raih 4.000-an suara).

Ada 11 caleg asal Desa batubulan yang maju tarung berebut kursi DPRD Gi-anyar Dapil Kecamatan Sukawati dalam Pileg 2019, termasuk duo incumbent Cok Putra Indrayana alias Cok In (Golkar) dan Made Wirasila (Gerindra). Uniknya, banyak dari mereka saling sikut dengan naik kendaraan partai yang sama.

Di internal Gerindra saja, Made Wirasila maju jatung bersama 3 caleg Gerindra asal Desa Batubulan lainnya, yakni Ni Nyoman Parwati, Putu Agus Arnawa, dan Ni Made Lusmini. Sedangkan caleg PSI dari Desa Batubulan berjumlah 3 orang, masing-masing (I Made Ardana), I  Wayan Kertha, dan Ayu Wilya Astuti. Sedangkan 3 caleg asal Desa batubulan lainnya adalah I Made Suranata (Demokrat), I Made Nugraha (NasDem), dan     Komang Manik Sumardika (Hanura).

Ketua LPM Desa Batubulan, Kadek Wira Candra, mengakui gagalnya para caleg dari desanya tembus kursi legislatif, merupakan kemunduran secara politis. Padahal, desa ini memiliki jumlah pemilih mencapai 14.490 orang. “Bagi saya, ini bagaikan bencana. Harusnya, dalam pesta demokrasi ini, kami di Desa Batubulan juga menikmati pesta, tapi malah gigit jari,” sesal Kadek Wira Candra saat dihubungi NusaBali, Rabu (24/4) lalu. 

Kadek Wira Candra terkenang dengan sukses Desa Batubulan dalam Pileg 2004, yang sukses meluncurkan Dewa Gde Bagus Badra (caleg Demokrat) ke DPRD Bali 2004-2009. Kemudian, dua caleg lolos ke kursi DPRD Gianuar dalam Pileg 2009, yaitu Made Wirasila dan Dewa Gde Anom Astawa. Itu disusul duet Made Wirasila dan Cok Putra Indrayana di Pileg 2014.

Menurut Wira Candra, kegagalan Desa Batubulan melahirkan wakil rakyat di Pileg 2019 terjadi karena beberapa faktor. Termasuk karena faktor Jokowi effect, Calon Presiden yang jadi ikon PDIP dan krama Bali. Selain itu, para caleg dari Desa Batubulan yang jumlahnya mencapai 11 orang, saling sikut di kampung sendiri. Sudah begitu, masyarakat Batubulan juga digempur para caleg dari luar desa.

Wira Candra berharap dalam Pileg 2024 mendatang, Desa Batubulan kembali bisa meloloskan wakil rakyat ke DPRD Gianyar. “Saya akui masyarakat Batubulan pasti menyesal dengan hasil ini. Karena dari sisi politis, potensi suara besar ini harusnya mampu melahirkan banyak wakil rakyat,” katanya.

Dihubungi terpisah, Perbekel Batubulan, Dewa Gede Sumertha, mengakui sebelum menjadi kepala desa, dirinya pernah menginisiasi penyatuan tekad dengan para tokoh setempat. Tujuanya, agar ada wakil rakyat dari desa sendiri, baik untuk kursi DPRD Gianyar maupun DPRD Bali.

Namun, kata Dewa Sumertha, keinginannya itu ditolak mnentah-mentah dengan alasan demokratisasi dan desa dilarang ikut-ikutan mengurus partai politik. Dewa Sumjertha menganalogikan Desa Batubulan punya tanah luas dan padi nan hijau, namun yang memiliki tanah tidak bisa makan. “Sebaliknya, yang munuh (memungut sisa panen padi, Red) bisa makan banyak. Kata warga di desa kami, masyarakat sudah cerdas berpolitk. Kalau memang begitu, ya silakan,” sesal Dewa Sumertha.

Menurut Dewa Sumertha, di Desa Batubulan susah membulatkan tekad untuk   memenangkan caleg tertentu, karena ada banyak partai. Di sini tak bisa berlaku istilah ‘satu jalur’. “Saya tahu perbekel dan kelian tidak boleh berpolitik, tapi masyarakat bisa menjaga persatuan dan itu harus jadi modal,” tandasnya.

Untuk tarung Pileg 2024 mendatang, Dewa Sumertha berharap caleg yang akan bertarung harus bersiap sejak awal. Caleg bukan mendadak turun ke masyarakat menjelang Pemilu, agar bisa lolos ke kursi legislatif. Namun, Desa Batubulan tak boleh dikendalikan oleh orang partai. “Karena semua punya kepentingan, semua  mengaku punya kekuatan. Karena tak punya sikap bersatu inilah, makanya suara jadi sambrag (berhamburan),” jelas Dewa Sumertha. *lsa

Komentar