Lelipi Poleng Dipercaya Penjaga Kesucian Pura Tanah Lot
Pura Luhur Tanah Lot yang berada di tengah laut wewidangan (wilayah) Desa Pakraman Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, terkenal unik dan magis.
TABANAN, NusaBali
Salah satunya kemunculan ular suci berwarna hitam putih seperti kain khas Bali yakni poleng. Menurut kepercayaan, ular suci berwarna poleng tersebut merupakan penjelmaan selendang Dang Hyang Dwijendra usai bertapa di Tanah Lot.
Ular suci berwarna poleng itu bisa dijumpai di batu karang di utara Pura Luhur Tanah Lot. Ular suci itu setiap hari dijaga oleh pawang ular yang merupakan warga setempat. Para pengunjung Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot diizinkan masuk untuk melihat ular suci tersebut. Pada siang hari, ular poleng itu tertidur di tumpukan pasir laut. Sementara malam hari, ular suci itu keluar mencari mangsa yakni ikan-ikan di segara kidul Tanah Lot. Karena mangsanya ikan, ekor ular suci itu pun pipih seperti ekor ikan.
Menurut salah seorang pawang ular suci, Nyoman Sudiana, 43, kemunculan ular suci di siang hari tak tentu. Kadang jumlahnya banyak, kadang sedikit, kadang tak menampakkan diri. Anehnya lagi, ular suci yang muncul setiap hari tak sama atau bergantian. Dikatakan, selama ini ular suci itu belum pernah mengganggu pengunjung Tanah Lot, kecuali ular itu diganggu. Demi keamanan, di atas gundukan pasir tempat ular suci itu menghangatkan tubuhnya, pawang ular menghaturkan sesaji lengkap berisi daksina. Warga juga kerap meminta air suci atau tirta di lokasi ular suci itu. Tirta itu dipercaya sebagai obat mujarab untuk melumpuhkan penyakit non medis.
Keanehan lain, ada sejumlah turis tak mampu mengabadikan ular suci itu dengan kamera. “Ada sampai berkali-kali melakukan pemotretan, namun tak satu pun tampak ular suci dalam foto,” ungkap Sudiana. Diceritakan pula, ada pengunjung melihat gambar aneh dalam foto. “Kadang turis melihat ular dikitari pelangi padahal tak ada hujan,” kenang Sudiana. Terkait ular suci, ia mengaku mendapat tutur turun temurun bahwa ular berwarna poleng itu merupakan penjelmaan selendang Dang Hyang Dwijendra. Selendang itu sengaja ditinggalkan dan diubah wujudnya menjadi lelipi poleng untuk menjaga kesucian kawasan Pura Luhur Tanah Lot secara sekala dan niskala.
Sementara Kelian Pangempon Pura Luhur Tanah Lot, Ketut Toya Adnyana mengakui ada mitos ular suci berwarna poleng merupakan penjelmaan dari selendang Dang Hyang Dwijendra. Dikatakannya, Dang Hyang Dwijendra atau dikenal Pedanda Sakti Wawu Rauh dari Tanah Jawa sempat semadhi di Bukit Let (kini disebut Tanah Lot). Saat semadhi di pesisir Tanah Lot, Pedanda dari Tanah Jawa itu banyak dipuja oleh bendega (nelayan) pesisir pantai selatan Tabanan.
Pedanda Wawu Rauh yang merasakan aura luar biasa di Pura Tanah Lot ingin ikut serta mengabadikan kesucian pura. “Maka sebelum meninggalkan Tanah Lot, Pedanda meninggalkan sehelai kain poleng lalu dimantrai menjadi ular suci berwarna poleng. Ular poleng itu kemudian ditugasi melindungi kesucian pura,” tutur Toya Adnyana yang juga Ketua Badan Pengelola DTW Tanah Lot. Ditambahkannya, ular suci itu kerap melintas di pekarangan Pura Luhur Tanah Lot.
Komentar