Panen Padi Bersama TNI di Subak Ganggangan
Panen padi ciherang bersama anggota Babinsa (bintara pembina desa) Desa Jungutan Pelda I Kadek Suadnyana di Subak Ganggangan Banjar Mumbul, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Jumat (26/4).
AMLAPURA, NusaBali
Anggota TNI dari Koramil Bebandem terjun langsung ikut memanen padi sekaligus memotivasi agar petani tetap bersemangat menggarap lahan sawahnya.
Disebutkan, Indonesia adalah Negara agraris, hidup dari pertanian. Jika petani tidak lagi beraktivitas bertanam padi, makanan pokok sulit didapatkan. “Suplai kebutuhan kita sebenarnya tergantung petani. Sedapat mungkin agar terus optimal menggarap lahan,” ungkap Pelda I Kade Suadnyana.
Apalagi bertani di lahan basah, petani diwadahi lembaga subak, seperti Subak Ganggangan, yang bertugas mengoordinasikan anggotanya dalam hal pembagian air agar merata di seluruh lahan garapan. Di samping itu agar tetap kontinyu menggelar upacara di Pura Ulun Suwi, dengan harapan tetap dianugerahi kesuburan. Panen di lahan milik I Kokang Kari, hasil panen tahun ini tergolong meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Kami cukup dapat air dan pemeliharaan padi dari sejak ditanam hingga jelang panen terus dioptimalkan. Terutama menjaga agar tidak ada tumbuh rumput liar di antara tanaman,” ungkap Pelda Suadnyana.
Luas lahan di Subak Ganggangan 39,76 hektare sepenuhnya lahan basah, mengandalkan air irigasi bersumber dari mata air Telaga Tista, Banjar Abiantiying, Desa Jungutan yang dialirkan secara gravitasi. Cara bertanam hingga panen masih tradisional. Berbeda dengan di tempat lain, teknologi pertanian dengan sistem tanam jajar legowo super (jarwo), menggunakan teknik aplikasi biosilika (pupuk gunakan sekam padi) telah diberdayakan di Subak Kuum Canggah, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem ternyata mampu meningkatkan produksi hingga 100 persen.
BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Provinsi Bali yang melakukan ujicoba, mampu menunjukkan hasil optimal. Ujicoba itu dilakukan di lahan milik I Nengah Kari dibuktikan hasil panen meningkat di Subak Kuum Canggah, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem. Ujicoba di lahan 5 hektare, di lahan milik I Nengah Kari, panen seluas 3 hektare yang dilakukan BPTP Provinsi Bali dipimpin Ida Bagus Suryawan belum lama ini, dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo super, jarak tanam 25 cm x 25 cm antar rumpun dalam baris, dan jaraknya 12,5 cm dalam barisan.
Sedangkan jarak antar barisan atau lorong 50 cm atau lebih lengkap ditulis (25 x 12,5 x 50) cm, sehingga per hektare mencapai 213.300 rumpun. Terjadi peningkatan populasi 33,31 persen dibandingkan sistem tanam tegel (sistem tanam pada umumnya). Sedangkan sistem tanam tegel, yakni (25 x 25) cm, hanya menghasilkan 160.000 rumpun per hektare. Saat panen padi jenis varietas impari 40 kemarin, diambil sampel ukuran 3x4 meter, menghasilkan 8,1 kilogram, dibandingkan dengan tanam tegel sebelumnya mencapai hasil 4 kilogram gabah. *k16
Disebutkan, Indonesia adalah Negara agraris, hidup dari pertanian. Jika petani tidak lagi beraktivitas bertanam padi, makanan pokok sulit didapatkan. “Suplai kebutuhan kita sebenarnya tergantung petani. Sedapat mungkin agar terus optimal menggarap lahan,” ungkap Pelda I Kade Suadnyana.
Apalagi bertani di lahan basah, petani diwadahi lembaga subak, seperti Subak Ganggangan, yang bertugas mengoordinasikan anggotanya dalam hal pembagian air agar merata di seluruh lahan garapan. Di samping itu agar tetap kontinyu menggelar upacara di Pura Ulun Suwi, dengan harapan tetap dianugerahi kesuburan. Panen di lahan milik I Kokang Kari, hasil panen tahun ini tergolong meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Kami cukup dapat air dan pemeliharaan padi dari sejak ditanam hingga jelang panen terus dioptimalkan. Terutama menjaga agar tidak ada tumbuh rumput liar di antara tanaman,” ungkap Pelda Suadnyana.
Luas lahan di Subak Ganggangan 39,76 hektare sepenuhnya lahan basah, mengandalkan air irigasi bersumber dari mata air Telaga Tista, Banjar Abiantiying, Desa Jungutan yang dialirkan secara gravitasi. Cara bertanam hingga panen masih tradisional. Berbeda dengan di tempat lain, teknologi pertanian dengan sistem tanam jajar legowo super (jarwo), menggunakan teknik aplikasi biosilika (pupuk gunakan sekam padi) telah diberdayakan di Subak Kuum Canggah, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem ternyata mampu meningkatkan produksi hingga 100 persen.
BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Provinsi Bali yang melakukan ujicoba, mampu menunjukkan hasil optimal. Ujicoba itu dilakukan di lahan milik I Nengah Kari dibuktikan hasil panen meningkat di Subak Kuum Canggah, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem. Ujicoba di lahan 5 hektare, di lahan milik I Nengah Kari, panen seluas 3 hektare yang dilakukan BPTP Provinsi Bali dipimpin Ida Bagus Suryawan belum lama ini, dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo super, jarak tanam 25 cm x 25 cm antar rumpun dalam baris, dan jaraknya 12,5 cm dalam barisan.
Sedangkan jarak antar barisan atau lorong 50 cm atau lebih lengkap ditulis (25 x 12,5 x 50) cm, sehingga per hektare mencapai 213.300 rumpun. Terjadi peningkatan populasi 33,31 persen dibandingkan sistem tanam tegel (sistem tanam pada umumnya). Sedangkan sistem tanam tegel, yakni (25 x 25) cm, hanya menghasilkan 160.000 rumpun per hektare. Saat panen padi jenis varietas impari 40 kemarin, diambil sampel ukuran 3x4 meter, menghasilkan 8,1 kilogram, dibandingkan dengan tanam tegel sebelumnya mencapai hasil 4 kilogram gabah. *k16
Komentar