Gianyar Tunggu Hibah RPH Temesi
Investor mengundurkan diri mengelola RPH Temesi akibat tidak stabilnya harga daging sapi.
GIANYAR, NusaBali
Selama bertahun-tahun, kondisi Rumah Potong Hewan (RPH) di Desa Temesi, Kecamatan Gianyr, Gianyar memprihatinkan. Semak belukar bahkan nyaris menutupi selutuh bangunan megah berstandar internasional ini.
Bupati Gianyar Made Mahayastra mengakui pengelolaan RPH yang dibangun sekitar tahun 2003 ini alami banyak rintangan. Oleh karena itu, dalam waktu dekat pihaknya menginginkan mengelola sendiri RPH Temesi.
“Dulu kami punya RPH standar internasional, sempat jalan meski terseyok-seyok. Peralatan dibantu pusat, gedung dari Provinsi Bali, Gianyar hanya siapkan lahan. Memang, banyak sekali rintangan. Maka itu sekarang saya ingin kelola sendiri RPH ini,” ungkap Mahayastra di sela-sela acara Lomba Sapi Bali serangkaian HUT Kota Gianyar ke-248, Minggu (28/4) di Lapangan Astina Gianyar. Mahayastra mengaku sudah berkoordinasi dengan Gubernur Bali. “RPH Temesi adalah aset pusat yang sudah diserahkan ke Provinsi Bali. Kami tinggal tunggu penyerahan hibah dari Provinsi Bali. Lalu dikelola langsung oleh Gianyar,” ujarnya.
Kata dia, keberadaan RPH Temesi cukup penting untuk mensejahterakan para peternak sapi Bali. Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Drh I Ketut Diarmita MP menghadiri kontes Sapi Bali tersebut. Menanggapi itu, Dirjen PKH Ketut Diarmita mengapresiasi. “Kalau benar Pemkab Gianyar mengelola sendiri itu sangat bagus. Apalagi jika gandeng pihak swasta, mungkin jauh lebih bagus. Karena akan ada profesionalisme dalam pengelolaan,” ujarnya.
Menurut dia, sudah saatnya sapi Bali memiliki branded di kancah nasional bahkan internasional. “Ketika RPH dikelola, tenaga kerja akan terserap otomatis mengurangi pengangguran,” jelasnya.
Dikatakan, berdasarkan hasil penelitian kondisi sapi Bali semakin hari semakin mengecil. Hal tersebut disebabkan karena perkawinan hanya dilakukan dengan sesama sapi Bali. “Saya punya 29.000 sperma sapi yang bisa disuntikkan ke sapi betina. Ini akan jadi pilot projek, agar kedepan bisa dibandingkan penambahan berat badan, tinggi badan. Percepatan perbaikan sapi Bali akan menambah kesejateraan peternak,” ujarnya.
Pantauan NusaBali beberapa waktu lalu, semua bangunan RPH sudah tidak terurus.Rumput-rumput dan semak-semak tumbuh dengan subur menutupi bangunan. Pintu sudah banyak yang mengalami kerusakan sehingga orang dengan gampang bisa masuk kedalam ruangan tempat pemotongan. Bahkan alat-alat canggih untuk memotong banyak yang hilang.
Informasinya, pihak investor mengundurkan diri mengelola RPH Temesi akibat tidak stabilnya harga daging sapi. Pengelolaan RPH itu di bawah manajemen PT Mandara Giri sebagai perusahaan daerah milik Pemkab Gianyar. Sejak 1 November 2012, PT Bali Berlian Jaya mundur sebagai investor. Investor menyampaikan beberapa alasan pengunduran dirinya itu, di antaranya kesulitan mencari sapi yang diperparah dengan minimnya margin keuntungan. Sementara nilai investasi Pemprov Bali terbilang cukup besar yakni hampir Rp 5 miliar di tahun 2003. *nvi
Bupati Gianyar Made Mahayastra mengakui pengelolaan RPH yang dibangun sekitar tahun 2003 ini alami banyak rintangan. Oleh karena itu, dalam waktu dekat pihaknya menginginkan mengelola sendiri RPH Temesi.
“Dulu kami punya RPH standar internasional, sempat jalan meski terseyok-seyok. Peralatan dibantu pusat, gedung dari Provinsi Bali, Gianyar hanya siapkan lahan. Memang, banyak sekali rintangan. Maka itu sekarang saya ingin kelola sendiri RPH ini,” ungkap Mahayastra di sela-sela acara Lomba Sapi Bali serangkaian HUT Kota Gianyar ke-248, Minggu (28/4) di Lapangan Astina Gianyar. Mahayastra mengaku sudah berkoordinasi dengan Gubernur Bali. “RPH Temesi adalah aset pusat yang sudah diserahkan ke Provinsi Bali. Kami tinggal tunggu penyerahan hibah dari Provinsi Bali. Lalu dikelola langsung oleh Gianyar,” ujarnya.
Kata dia, keberadaan RPH Temesi cukup penting untuk mensejahterakan para peternak sapi Bali. Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Drh I Ketut Diarmita MP menghadiri kontes Sapi Bali tersebut. Menanggapi itu, Dirjen PKH Ketut Diarmita mengapresiasi. “Kalau benar Pemkab Gianyar mengelola sendiri itu sangat bagus. Apalagi jika gandeng pihak swasta, mungkin jauh lebih bagus. Karena akan ada profesionalisme dalam pengelolaan,” ujarnya.
Menurut dia, sudah saatnya sapi Bali memiliki branded di kancah nasional bahkan internasional. “Ketika RPH dikelola, tenaga kerja akan terserap otomatis mengurangi pengangguran,” jelasnya.
Dikatakan, berdasarkan hasil penelitian kondisi sapi Bali semakin hari semakin mengecil. Hal tersebut disebabkan karena perkawinan hanya dilakukan dengan sesama sapi Bali. “Saya punya 29.000 sperma sapi yang bisa disuntikkan ke sapi betina. Ini akan jadi pilot projek, agar kedepan bisa dibandingkan penambahan berat badan, tinggi badan. Percepatan perbaikan sapi Bali akan menambah kesejateraan peternak,” ujarnya.
Pantauan NusaBali beberapa waktu lalu, semua bangunan RPH sudah tidak terurus.Rumput-rumput dan semak-semak tumbuh dengan subur menutupi bangunan. Pintu sudah banyak yang mengalami kerusakan sehingga orang dengan gampang bisa masuk kedalam ruangan tempat pemotongan. Bahkan alat-alat canggih untuk memotong banyak yang hilang.
Informasinya, pihak investor mengundurkan diri mengelola RPH Temesi akibat tidak stabilnya harga daging sapi. Pengelolaan RPH itu di bawah manajemen PT Mandara Giri sebagai perusahaan daerah milik Pemkab Gianyar. Sejak 1 November 2012, PT Bali Berlian Jaya mundur sebagai investor. Investor menyampaikan beberapa alasan pengunduran dirinya itu, di antaranya kesulitan mencari sapi yang diperparah dengan minimnya margin keuntungan. Sementara nilai investasi Pemprov Bali terbilang cukup besar yakni hampir Rp 5 miliar di tahun 2003. *nvi
1
Komentar