Mendedah Sarkasme Teknologi Bumi Manusia
Betawi-Surabaya telah dapat ditempuh dalam tiga hari. Diramalkan akan cuma seharmal! hanya seharmal! … Dunia rasanya tiada berjarak lagi-telah dihilangkan oleh kawat. Kekuatan bukan lagi jadi monopoli gajah dan badak. Mereka telah digantikan oleh benda-benda kecil buatan manusia : torak sekrup dan mur.
Penulis : I Gusti Agung Gede Artanegara
Pemerhati Teknologi dan Budaya Kemendikbud RI
Bukan Minke, Annelies, maupun sosok perempuan jawa bermental baja “Nyai Ontosoroh” tetapi paragraf awal Bumi Manusia menceritakan tentang kemajuan teknologi di negeri Eropa sana. Bumi Manusia mengambil latar belakang tahun 1898 hingga 1918 suatu masa dimana ketimpangan sosial terjadi antara belanda totok, indo dan pribumi serta dimana pola pikir rasional mulai memberi pengaruh terhadap cara berpikir bumiputera. Apa pentingnya teknologi di dalam Bumi Manusia? Jawabannya tentu saja Pramoedya sangat memahami dan mampu meletakkan teknologi sebagai simbol stratifikasi sosial.
Teknologi itu harapan, teknologi hadir untuk memenuhi keinginan manusia. Awal abad ke-19 menjadi tonggak awal kemajuan teknologi di Eropa tapi di indonesia listrik pun belum semua masyarakat tahu guna manfaatnya. Tahun 1900, kendaraan yang sekarang kita kenal dengan nama mobil sudah mendominasi Eropa tapi kita masih berkutat dengan delman-alat transportasi yang ditarik dengan kuda. Secara sadar, ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh teknologi dan tentu saja sangat membantu ekonomi. Seperti yang dilukiskan pram pada bagian lain Bumi Manusia “Dan di Eropa sana, orang sudah mulai membikin mesin yang lebih kecil dengan tenaga besar… Jerman malah sudah membikin kereta digerakkan listrik… Tenaga-tenaga alam mulai diubah manusia untuk diabdikan pada dirinya”.
Solutions for a small planet merupakan slogan perusahaan terkemuka IBM dari Amerika Serikat yang memberikan visi ke depan untuk menghadapi tantangan dunia yang bagaikan butiran debu angkasa sehingga mampu memberikan pengharapan hidup semakin baik dan berkualitas. Gagasan efisiensi teknologi cenderung berimplikasi dualisme, satu sisi memberikan ruang-ruang harapan tapi di sisi lainnya hanya akan mempersempit manusia itu sendiri. Implikasi teknologi yang telah terjadi salah satunya adalah dalam transaksi perbankan tarik dan setor, dimana tatap muka semakin tergantikan dengan sistem cerdas mesin anjungan tunai mandiri. Lalu, dampaknya apa? Jelas efektifitas waktu dan efisiensi tenaga yang akan terus mengalami pengurangan. Perubahan secara radikal dalam proses produksi memaksa manusia lebih bersahabat dengan teknologi.
Pisau, sandal, kacamata, dan sebagainya itulah contoh sederhana teknologi disekitar kita. Oleh karena itu, maka Teknologi takkan pernah sirna. Muncul dan tenggelamnya suatu peradaban budaya tak lepas dari adanya teknologi terbarukan. Teknologi yang lama dicari kembali, ditemukan dengan tafsiran baru. Jika berbicara teknologi kita sudah tertinggal jauh, tapi jika berbicara tentang sumber daya manusia maka indonesia masuk jajaran tertinggi. Bagaimana tidak, dalam lomba-lomba internasional selalu mendapatkan juara. Anak muda indonesia yang mahir dalam sastra mesin banyak yang direkrut perusahan teknologi bertaraf internasional. apalagi dalam dunia peretasan, Indonesia salah satu jagonya.
Efektifitas, efisiensi memaksa manusia mengubah pola pikir menjadi lebih produktif. Pengembangan teknologi startup menjadi lahan baru yang terus digenjot pemerintah saat ini. Perkembangan startup menjadi salah satu tolak ukur kemajuan negara berkembang dalam menghadapi era online-online.
Lalu bagaimana dengan kolaborasi seni, budaya dan teknologi? Sudahkan teknologi menjadi sarana terbaik ataukah hanya bantal tidur dengan mimpi-mimpi indah.
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar