RSD Mangusada Sebut Cokelat Beracun Hoax
Pesan berantai lewat WA menyebut ada 3 anak meninggal setelah makan jajanan cokelat beracun. Pihak RSD Mangusada Kabupaten Badung membantah.
MANGUPURA, NusaBali
Informasi adanya jajanan ringan cokelat ‘mengandung’ racun yang menewaskan sejumlah anak-anak beredar di media sosial. Tak ayal, informasi yang terlanjur meluas ini membuat heboh masyarakat. Pihak RSD Mangusada Kabupaten Badung langsung membantah informasi tersebut. Pihak rumah sakit menyebut informasi peredaran cokelat beracun itu adalah hoax.
Melalui media sosial WhatsApp (WA), informasi peredaran cokelat beracun dengan cepat menyebar, Senin (29/4). Bunyi pesan yang beredar lewat WA, “Mohon maaf, kami membantuk utk share info dari dokter Dwija yg di RSUD Kapal. Coklat ini beracun..Barusan kejadian 3 anak meninggal setelah makan coklat ini..3orang yg lain dirujuk ke rs juga akhirnya meninggal..Mohon diperhatikan anak2 khususnya yg senang camilan belanja makanan spt ini diperhatikan..Terima kasih,”.
Selain pesan imbauan, beredar pula gambar cokelat. Diduga cokelat tersebut yang dimaksud dalam pesan berantai melalui WA.
Dirut RSD Mangusada Kabupaten Badung dr Nyoman Gunarta, saat dikonfirmasi membantah bila pesan yang dikirim berantai berasal dari salah seorang dokter di RSD Mangusada. Dia dengan tegas menyatakan informasi yang beredar tidak benar. “Kami tegaskan bahwa informasi itu hoax. Tidak ada dokter di RSD Mangusada bernama dokter Dwija,” tandasnya.
“Kami sudah melakukan pengecekan ke kamar jenazah di rumah sakit, dan tidak ada jenazah anak-anak yang meninggal yang dititipkan di RSD Mangusada,” imbuh dr Gunarta.
Di sampingi itu, lanjutnya, tidak ada nama rumah sakit seperti disebutkan dalam pesan berantai, yakni RSUD Kapal. Nah, yang benar adalah RSD Mangusada Badung. “Jadi hal ini sangat jelas informasi bohong,” kata dr Gunarta.
Lantaran informasi sudah terlanjut beredar di masyarakat, dr Gunarta berharap agas masyarakat tidak mudah percaya dengan segala bentuk informasi, sebelum melakukan konfirmasi resmi kepada pihak terkait. “Masyarakat harus berhati-hati dengan informasi tersebut,” ujarnya. Menurut dr Gunarta, pihaknya tidak akan membawa masalah ini ke ranah hukum. *asa
Informasi adanya jajanan ringan cokelat ‘mengandung’ racun yang menewaskan sejumlah anak-anak beredar di media sosial. Tak ayal, informasi yang terlanjur meluas ini membuat heboh masyarakat. Pihak RSD Mangusada Kabupaten Badung langsung membantah informasi tersebut. Pihak rumah sakit menyebut informasi peredaran cokelat beracun itu adalah hoax.
Melalui media sosial WhatsApp (WA), informasi peredaran cokelat beracun dengan cepat menyebar, Senin (29/4). Bunyi pesan yang beredar lewat WA, “Mohon maaf, kami membantuk utk share info dari dokter Dwija yg di RSUD Kapal. Coklat ini beracun..Barusan kejadian 3 anak meninggal setelah makan coklat ini..3orang yg lain dirujuk ke rs juga akhirnya meninggal..Mohon diperhatikan anak2 khususnya yg senang camilan belanja makanan spt ini diperhatikan..Terima kasih,”.
Selain pesan imbauan, beredar pula gambar cokelat. Diduga cokelat tersebut yang dimaksud dalam pesan berantai melalui WA.
Dirut RSD Mangusada Kabupaten Badung dr Nyoman Gunarta, saat dikonfirmasi membantah bila pesan yang dikirim berantai berasal dari salah seorang dokter di RSD Mangusada. Dia dengan tegas menyatakan informasi yang beredar tidak benar. “Kami tegaskan bahwa informasi itu hoax. Tidak ada dokter di RSD Mangusada bernama dokter Dwija,” tandasnya.
“Kami sudah melakukan pengecekan ke kamar jenazah di rumah sakit, dan tidak ada jenazah anak-anak yang meninggal yang dititipkan di RSD Mangusada,” imbuh dr Gunarta.
Di sampingi itu, lanjutnya, tidak ada nama rumah sakit seperti disebutkan dalam pesan berantai, yakni RSUD Kapal. Nah, yang benar adalah RSD Mangusada Badung. “Jadi hal ini sangat jelas informasi bohong,” kata dr Gunarta.
Lantaran informasi sudah terlanjut beredar di masyarakat, dr Gunarta berharap agas masyarakat tidak mudah percaya dengan segala bentuk informasi, sebelum melakukan konfirmasi resmi kepada pihak terkait. “Masyarakat harus berhati-hati dengan informasi tersebut,” ujarnya. Menurut dr Gunarta, pihaknya tidak akan membawa masalah ini ke ranah hukum. *asa
1
Komentar