Warga Swadaya Membeton Jalan Rusak
Warga mempertanyakan mengapa jalur ini terkesan terlupakan, padahal jalur lainnya sudah mendapatkan perbaikan.
GIANYAR, NusaBali
Sebagian besar kondisi jalan di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, rusak. Padahal di desa ini terdapat sejumlah daya tarik wisata. Akibatnya, sering ada pengguna jalan mengalami kecelakaan saat melintasi jalan rusak.
Warga setempat sejak bertahun-tahun mohon bantuan perbaikan jalan rusak, namun tak kunjung datang. Hingga akhirnya warga membeton jalan rusak secara swadaya. Seperti dilakukan warga Banjar Sangaji, Desa Taro, Senin (29/4). Mereka mengandalkan donasi berupa material.
Menurut salah sorang warga Banjar Sangaji, I Wayan Suena, jalan itu rusak dan makin parah sejak tahun 2016. "Hingga tahun ini aspalnya mengelupas dan tinggal batu batu besar yang tersisa dari gerusan air disaat hujan deras," ujarnya. Kata di, jalan sepanjang 1,6 kilometer ini sangat susah dilintasi. "Jangankan wisatawan, warga lokal kerap terhambat saat mau menjemput anak sekolah serta beraktivitas menuju perkebunan dan Kantor Desa Taro," ungkapnya.
Jelas Suena, jalan rusak terparah berada di tanjakan sekitar 300 meter. Di lokasi tersebut pula paling sering terjadi kecelakaan. Mereka tidak berputus asa. Demi kelancaran arus lalu lintas di desa, bersama relawan banjar, mereka membenton secara swadaya jalan itu. "Demi lancarnya arus lalu lintas," katanya sambil tergopoh-gopoh mengangkut campuran beton.
Jelas dia, pembetonan ini mengandalkan donasi dari warga setempat. Ada yang berupa semen, pasir hingga koral. Bekerja dimulai pagi hari dilakukan bersama-bersama relawan. Warga mempertanyakan mengapa jalur ini terkesan terlupakan, padahal jalur lainnya sekitar lingkungan, dan jalan lingkungan obyek wisata sudah mendapatkan perbaikan.
Suena menyebut mungkin saja wilayah banjarnya menjadi korban politik karena tidak bisa memenangkan paket tertentu pada saat Pilkada lalu. Ia mengaku tidak ada target kapan akan selesai. Namun perbaikan jalan ini akan terus dilakukan menyesuaikan dengan material yang dimiliki.
Sementara itu, jalan rusak juga terjadi di sejumlah lokasi lainnya, seperti jembatan ambrol di Banjar Bonjaka, Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang. Jalan raya utama dari Ubud, melalui Banjar Lungsiakan, Desa Kedewatan, Ubud mulai dari jaba Pura Payogan menuju Desa Taro. Jalan di barat Banjar Ked, di sebelah utara Banjar Tatag, dan selatan Banjar Petak, Desa Taro adalah jalan utama menuju Pura Gunung Raung dan ke objek wisata gajah dan Lembu Putih di Desa Taro.
Selain itu, jalan rusak juga terjadi di Banjar Pakuseba di Desa Taro. Jalan ini informasinya sudah diaspal hotmik, namun gempuran banjir yang melebihi kapasitas got kiri dan kanan jalan menyebabkan di saat hujan, air meluap ke jalan raya.
Saat dikonfirmasi, Plt Kadis PU Gianyar I Wayan Karya mengatakan, pihaknya akan mengecek kondisi jalan dimaksud. Menurutnya, perbaikan jalan terus berlanjut, hanya saja kerusakan jkalan juga tak henti-henti. Selain karena beban jalan yang tinggi dan tak sesuai kelas, aitr hujan lebat sangat memicu jalan makin rusak. Ia mengapresiasi swadaya warga memperbaiki jalan di tengah keterbatasan anggaran. *nvi
Warga setempat sejak bertahun-tahun mohon bantuan perbaikan jalan rusak, namun tak kunjung datang. Hingga akhirnya warga membeton jalan rusak secara swadaya. Seperti dilakukan warga Banjar Sangaji, Desa Taro, Senin (29/4). Mereka mengandalkan donasi berupa material.
Menurut salah sorang warga Banjar Sangaji, I Wayan Suena, jalan itu rusak dan makin parah sejak tahun 2016. "Hingga tahun ini aspalnya mengelupas dan tinggal batu batu besar yang tersisa dari gerusan air disaat hujan deras," ujarnya. Kata di, jalan sepanjang 1,6 kilometer ini sangat susah dilintasi. "Jangankan wisatawan, warga lokal kerap terhambat saat mau menjemput anak sekolah serta beraktivitas menuju perkebunan dan Kantor Desa Taro," ungkapnya.
Jelas Suena, jalan rusak terparah berada di tanjakan sekitar 300 meter. Di lokasi tersebut pula paling sering terjadi kecelakaan. Mereka tidak berputus asa. Demi kelancaran arus lalu lintas di desa, bersama relawan banjar, mereka membenton secara swadaya jalan itu. "Demi lancarnya arus lalu lintas," katanya sambil tergopoh-gopoh mengangkut campuran beton.
Jelas dia, pembetonan ini mengandalkan donasi dari warga setempat. Ada yang berupa semen, pasir hingga koral. Bekerja dimulai pagi hari dilakukan bersama-bersama relawan. Warga mempertanyakan mengapa jalur ini terkesan terlupakan, padahal jalur lainnya sekitar lingkungan, dan jalan lingkungan obyek wisata sudah mendapatkan perbaikan.
Suena menyebut mungkin saja wilayah banjarnya menjadi korban politik karena tidak bisa memenangkan paket tertentu pada saat Pilkada lalu. Ia mengaku tidak ada target kapan akan selesai. Namun perbaikan jalan ini akan terus dilakukan menyesuaikan dengan material yang dimiliki.
Sementara itu, jalan rusak juga terjadi di sejumlah lokasi lainnya, seperti jembatan ambrol di Banjar Bonjaka, Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang. Jalan raya utama dari Ubud, melalui Banjar Lungsiakan, Desa Kedewatan, Ubud mulai dari jaba Pura Payogan menuju Desa Taro. Jalan di barat Banjar Ked, di sebelah utara Banjar Tatag, dan selatan Banjar Petak, Desa Taro adalah jalan utama menuju Pura Gunung Raung dan ke objek wisata gajah dan Lembu Putih di Desa Taro.
Selain itu, jalan rusak juga terjadi di Banjar Pakuseba di Desa Taro. Jalan ini informasinya sudah diaspal hotmik, namun gempuran banjir yang melebihi kapasitas got kiri dan kanan jalan menyebabkan di saat hujan, air meluap ke jalan raya.
Saat dikonfirmasi, Plt Kadis PU Gianyar I Wayan Karya mengatakan, pihaknya akan mengecek kondisi jalan dimaksud. Menurutnya, perbaikan jalan terus berlanjut, hanya saja kerusakan jkalan juga tak henti-henti. Selain karena beban jalan yang tinggi dan tak sesuai kelas, aitr hujan lebat sangat memicu jalan makin rusak. Ia mengapresiasi swadaya warga memperbaiki jalan di tengah keterbatasan anggaran. *nvi
Komentar