Kelompok Nelayan Prapat Agung Mengening Pata Sari Kuta, Masuk Nominasi Kalpataru 2019
Tim verifikasi nominasi Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, mengunjungi Kelompok Nelayan Prapat Agung Mengening Pata Sari, Kecamatan Kuta, Badung, Sabtu (27/4).
MANGUPURA, NusaBali
Kunjungan ini lantaran Kelompok Nelayan Prapat Agung Mengening Pata Sati masuk 6 besar sebagai calon penerima penghargaan Kalpataru 2019, kategori penyelamat lingkungan hutan mangrove.
Kedatangan tim verifikasi diterima Kepala Dinas LHK Badung Putu Eka Merthawan. Hadir pula anggota DPRD Badung I Gusti Anom Gumanti, Camat Kuta I Nyoman Rudiarta, Lurah Kuta I Ketut Suana, dan perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.
Merthawan mengatakan, kedatangan Tim Verifikasi Kementerian LH dan Kehutanan untuk kroscek data yang diusulkan oleh Dinas LHK Badung. Beberapa hal yang diverifikasi di antaranya data-data pelestarian mangrove dari 2017 hingga saat ini. Selanjutnya konsistensi penanganan Tukad Mati dari awal hingga saat ini. Kemudian melestarikan kawasan muara Tukad Mati dengan penanaman mangrove secara mandiri, hingga menjaga habitat asli yang ada di hutan mangrove seperti elang bio, biawak, kura-kura, kepiting bakau.
“Di samping itu juga dilihat konsistensi dari kelompok nelayan memberikan pendampingan kepada nelayan sekitar untuk menjadi sebuah kelompok nelayan. Hal ini sudah dimulai pada 2008. Tidak terlepas juga komitmen untuk menjaga kearifan lokal karena di kawasan tersebut ada situs-situs suci seperti sumur di tengah sungai,” kata Merthawan.
Merthawan mengapresiasi Kelompok Nelayan Perapat Agung Mengening Pata Sari Kuta, berkat kerja keras sukses membuat sungai Tukad Mati benar-benar bersih tanpa adanya unsur limbah dan sampah plastik. “Masyarakat sekitar juga memiliki nilai tambah dari segi ekonomi, sebab dengan kondisi sungai yang bersih dapat mendatangkan wisatawan. Semoga di masa mendatang kawasan ini menjadi destinasi wisata air yang baru di Kabupaten Badung,” ucap Merthawan.
Ketua Kelompok Nelayan I Nyoman Sukra atau Jero Mangku Dolpin, mengatakan kawasan Tukad Mati yang sekarang sudah bersih dan bebas dari sampah plastik. Ini berbeda dari kondisi sebelumnya yang penuh dengan sampah. Bahkan, masyarakat bisa berjalan di atas tumpukan sampah plastik itu. “Kami ingin memiliki kawasan hijau di Kecamatan Kuta yang merupakan paru-paru kota dan bisa menikmatinya hingga masa tua kami nanti. Untuk itulah kami berkomitmen melakukan pembersihan, menjaga, dan menerapkan inovasi-invoasi yang pro lingkungan seperti pembibitan mangrove tanpa menggunakan polybag,” jelasnya. *
Kedatangan tim verifikasi diterima Kepala Dinas LHK Badung Putu Eka Merthawan. Hadir pula anggota DPRD Badung I Gusti Anom Gumanti, Camat Kuta I Nyoman Rudiarta, Lurah Kuta I Ketut Suana, dan perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.
Merthawan mengatakan, kedatangan Tim Verifikasi Kementerian LH dan Kehutanan untuk kroscek data yang diusulkan oleh Dinas LHK Badung. Beberapa hal yang diverifikasi di antaranya data-data pelestarian mangrove dari 2017 hingga saat ini. Selanjutnya konsistensi penanganan Tukad Mati dari awal hingga saat ini. Kemudian melestarikan kawasan muara Tukad Mati dengan penanaman mangrove secara mandiri, hingga menjaga habitat asli yang ada di hutan mangrove seperti elang bio, biawak, kura-kura, kepiting bakau.
“Di samping itu juga dilihat konsistensi dari kelompok nelayan memberikan pendampingan kepada nelayan sekitar untuk menjadi sebuah kelompok nelayan. Hal ini sudah dimulai pada 2008. Tidak terlepas juga komitmen untuk menjaga kearifan lokal karena di kawasan tersebut ada situs-situs suci seperti sumur di tengah sungai,” kata Merthawan.
Merthawan mengapresiasi Kelompok Nelayan Perapat Agung Mengening Pata Sari Kuta, berkat kerja keras sukses membuat sungai Tukad Mati benar-benar bersih tanpa adanya unsur limbah dan sampah plastik. “Masyarakat sekitar juga memiliki nilai tambah dari segi ekonomi, sebab dengan kondisi sungai yang bersih dapat mendatangkan wisatawan. Semoga di masa mendatang kawasan ini menjadi destinasi wisata air yang baru di Kabupaten Badung,” ucap Merthawan.
Ketua Kelompok Nelayan I Nyoman Sukra atau Jero Mangku Dolpin, mengatakan kawasan Tukad Mati yang sekarang sudah bersih dan bebas dari sampah plastik. Ini berbeda dari kondisi sebelumnya yang penuh dengan sampah. Bahkan, masyarakat bisa berjalan di atas tumpukan sampah plastik itu. “Kami ingin memiliki kawasan hijau di Kecamatan Kuta yang merupakan paru-paru kota dan bisa menikmatinya hingga masa tua kami nanti. Untuk itulah kami berkomitmen melakukan pembersihan, menjaga, dan menerapkan inovasi-invoasi yang pro lingkungan seperti pembibitan mangrove tanpa menggunakan polybag,” jelasnya. *
1
Komentar