Gelar Apel dan Kegiatan Budaya
Peringati Hardiknas, Perdiknas Denpasar
DENPASAR, NusaBali
Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Denpasar menggelar apel peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di lapangan Perdiknas Denpasar, Kamis (2/5). Tidak hanya apel, peringatan Hardiknas juga dimeriahkan dengan beberapa kegiatan seni budaya oleh salah satu unit Perdiknas yakni SMP Nasional Denpasar.
Ketua Perdiknas Denpasar, Dr AAN Eddy Supriyadinatha SSos MSi mengatakan, ke depan arah pendidikan Indonesia akan menitikberatkan pada soft skill. Salah satu implementasi dari soft skill adalah pendidikan karakter. “Pendidikan karakter bukan saja berkaitan dengan kepintaran, namun juga kejujuran, toleransi, menghormati orang tua, dan lain-lain. Mungkin selama ini hal-hal tersebut relatif dipinggirkan karena orang cenderung bertanya ranking berapa di sekolah, atau dapat IPK berapa,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, pihaknya belakangan ini turut prihatin dengan beberapa kasus yang viral menyangkut moral pelajar terhadap gurunya. Karenanya, ia berpikir pendidikan karakter penting untuk diutamakan dalam pendidikan di yayasannya. Beruntung, pimpinan Yayasan Perdiknas Denpasar sebelumnya, Dr AAAN Tini Rusmini Gorda SH MM MH telah mengkonsep pendidikan karakter yang dinamakan GTS (Good Trustworthy Smart).
“Ketua yayasan sebelumnya telah menerapkan konsep yang namanya GTS. Konsep ini tinggal saya jalankan, dan saya evaluasi di mananya yang kurang. Karena tidak mungkin saya mengubah dari nol lagi, apalagi Perdiknas sudah berusia 50 tahun. Yang saya harus lakukan adalah menguatkan yang sudah ada,” ungkap pria yang akrab dipanggil Gung Eddy, ini.
Terkait program jangka pendek yang akan dilakukan, kata Gung Eddy, ia akan coba membangun konsep kelas yang menyenangkan, kelas yang ramah anak, termasuk mendatangkan psikolog untuk menjalin hubungan yang intens dengan orangtua dan anak. Untuk mencapai hal tersebut, tentu fasilitas terus diperbaiki, seperti pembangunan gedung lantai tiga yang telah direncanakan. Selain ruang BP, juga akan ditambahkan ruang psikolog.
“Kita masih mencoba mencari dokter dan psikolog, sehingga ada komunikasi yang intens. Kita masih berpikir mungkin tiga bulan sekali kita temukan antara orangtua, siswa, dan psikolog, sehingga menemukan apa yang menjadi kendala. Sehingga tujuan akhirnya, GTS, bisa terwujud,” imbuhnya.
Terkait adanya kesan dikotomi sekolah negeri dan swasta, bagi Gung Eddy, negeri dan swasta seharusnya saling melengkapi. Karena tidak semua siswa bisa ditampung di negeri. Swasta pun berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam mendidik anak bangsa. “Intinya apapun kebijakan pemerintah kami coba laksanakan, sembari kita melakukan perbaikan-perbaikan kualitas pelayanan, SDM, dan fasilitas. Sehingga orang akan berpikir swasta bukan jadi pilihan kedua, melainkan bisa jadi pilihan utama,” tandasnya.
Usai apel peringatan Hardiknas, pelajar SMP Nasional Denpasar melakukan sejumlah kegiatan seni budaya seperti menari pendet, nyurat aksara Bali, dan ngulat tipat.
Kepala SMP Nasional Denpasar, Ni Putu Supadmi SPd, mengatakan, kegiatan ini untuk menjabarkan tema Hardiknas di Perdiknas yakni ‘Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan’. “Salah satu kebudayaan kita yakni budaya Bali, maka kami mengambil beberapa kegiatan seperti tari pendet, ngulat tipat dan nyurat aksara Bali, sebagai bagian dari pemajuan kebudayaan. Kami libatkan semua siswa SMP Nasional Denpasar dan juga dewan guru ikut melaksanakan kegiatan Hardiknas ini,” tutupnya.
Dalam amanatnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendy berpesan agar momentum Hardiknas dijadikan sebagai bahan renungan hubungan erat antara pendidikan dan kebudayaan, sebagaimana tercermin dalam ajaran, pemikiran, dan praktik pendidikan yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang syarat nilai dan pengalaman kebudayaan guna membingkai hadirnya sumber daya manusia yang berkualitas, demi terwujudnya Indonesia yang berkemajuan. *ind
Ketua Perdiknas Denpasar, Dr AAN Eddy Supriyadinatha SSos MSi mengatakan, ke depan arah pendidikan Indonesia akan menitikberatkan pada soft skill. Salah satu implementasi dari soft skill adalah pendidikan karakter. “Pendidikan karakter bukan saja berkaitan dengan kepintaran, namun juga kejujuran, toleransi, menghormati orang tua, dan lain-lain. Mungkin selama ini hal-hal tersebut relatif dipinggirkan karena orang cenderung bertanya ranking berapa di sekolah, atau dapat IPK berapa,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, pihaknya belakangan ini turut prihatin dengan beberapa kasus yang viral menyangkut moral pelajar terhadap gurunya. Karenanya, ia berpikir pendidikan karakter penting untuk diutamakan dalam pendidikan di yayasannya. Beruntung, pimpinan Yayasan Perdiknas Denpasar sebelumnya, Dr AAAN Tini Rusmini Gorda SH MM MH telah mengkonsep pendidikan karakter yang dinamakan GTS (Good Trustworthy Smart).
“Ketua yayasan sebelumnya telah menerapkan konsep yang namanya GTS. Konsep ini tinggal saya jalankan, dan saya evaluasi di mananya yang kurang. Karena tidak mungkin saya mengubah dari nol lagi, apalagi Perdiknas sudah berusia 50 tahun. Yang saya harus lakukan adalah menguatkan yang sudah ada,” ungkap pria yang akrab dipanggil Gung Eddy, ini.
Terkait program jangka pendek yang akan dilakukan, kata Gung Eddy, ia akan coba membangun konsep kelas yang menyenangkan, kelas yang ramah anak, termasuk mendatangkan psikolog untuk menjalin hubungan yang intens dengan orangtua dan anak. Untuk mencapai hal tersebut, tentu fasilitas terus diperbaiki, seperti pembangunan gedung lantai tiga yang telah direncanakan. Selain ruang BP, juga akan ditambahkan ruang psikolog.
“Kita masih mencoba mencari dokter dan psikolog, sehingga ada komunikasi yang intens. Kita masih berpikir mungkin tiga bulan sekali kita temukan antara orangtua, siswa, dan psikolog, sehingga menemukan apa yang menjadi kendala. Sehingga tujuan akhirnya, GTS, bisa terwujud,” imbuhnya.
Terkait adanya kesan dikotomi sekolah negeri dan swasta, bagi Gung Eddy, negeri dan swasta seharusnya saling melengkapi. Karena tidak semua siswa bisa ditampung di negeri. Swasta pun berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam mendidik anak bangsa. “Intinya apapun kebijakan pemerintah kami coba laksanakan, sembari kita melakukan perbaikan-perbaikan kualitas pelayanan, SDM, dan fasilitas. Sehingga orang akan berpikir swasta bukan jadi pilihan kedua, melainkan bisa jadi pilihan utama,” tandasnya.
Usai apel peringatan Hardiknas, pelajar SMP Nasional Denpasar melakukan sejumlah kegiatan seni budaya seperti menari pendet, nyurat aksara Bali, dan ngulat tipat.
Kepala SMP Nasional Denpasar, Ni Putu Supadmi SPd, mengatakan, kegiatan ini untuk menjabarkan tema Hardiknas di Perdiknas yakni ‘Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan’. “Salah satu kebudayaan kita yakni budaya Bali, maka kami mengambil beberapa kegiatan seperti tari pendet, ngulat tipat dan nyurat aksara Bali, sebagai bagian dari pemajuan kebudayaan. Kami libatkan semua siswa SMP Nasional Denpasar dan juga dewan guru ikut melaksanakan kegiatan Hardiknas ini,” tutupnya.
Dalam amanatnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendy berpesan agar momentum Hardiknas dijadikan sebagai bahan renungan hubungan erat antara pendidikan dan kebudayaan, sebagaimana tercermin dalam ajaran, pemikiran, dan praktik pendidikan yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang syarat nilai dan pengalaman kebudayaan guna membingkai hadirnya sumber daya manusia yang berkualitas, demi terwujudnya Indonesia yang berkemajuan. *ind
1
Komentar