Taman Baca Kesiman Rayakan HUT dengan Pesta Baca
Perayaan HUT setelah 5 tahun berdiri, hadirkan Sastrawan Soesilo Toer.
DENPASAR, NusaBali
Setelah berdiri selama 5 tahun, akhirnya Taman Baca Kesiman (TBK) rayakan hari jadinya. TBK yang beralamat di Jalan Sedap Malam, Denpasar, tersebut pun merayakannya dengan Pesta Baca yang digelar selama 3 hari, dari Selasa (30/4) hingga Kamis (2/5). Sejumlah acara dan pembicara pun mewarnai Pesta Baca yang pertama di tahun 2019 ini.
Ditemui NusaBali di hari kedua perayaan Pesta Baca, Rabu (1/5), Agung Alit, selaku Pendiri TBK mengatakan bahwa Pesta Baca untuk seterusnya akan diadakan setiap tahun. “Lima tahun Taman Baca kita isi dengan Pesta Baca yang salah satu sesinya ada ‘Baca adalah Nyawa.’ Jadi, kita berkeinginan setiap ulang tahun Taman Baca kita adakan Pesta Baca,” tuturnya.
Agung Alit, Pendidi TBK - Utik
Sehubungan dengan diadakannya acara tersebut, Agung Alit menilai penulis sama pentingnya dengan pembaca. Penulis pun tidak ada artinya jika tidak ada yang membaca bukunya. Adapun para pembicara terdiri dari tokoh-tokoh penyuka baca yang juga memiliki kemampuan untuk ‘mengubah ’ dalam hal paradigma seseorang terhadap sesuatu. Pembicara pun selalu dipasangkan pria dan wanita yang sejalan dengan motto TBK, yakni ‘Bhineka dan Setara’ yang merupakan tempat bertemunya aneka perbedaan yang mencerminkan Indonesia.
Pada hari pertama, diskusi diisi oleh Soesilo Toer, Penulis dan Adik Kandung Pramoedya Ananta Toer, yang menjadi pembicara dalam Sobyah Budaya atau lebih dikenal dengan Pidato Kebudayaan. Dalam diskusi tersebut, Soesilo yang lulusan Rusia dan telah menulis 40 lebih buku itu memotivasi anak muda agar berani menghadapi tantangan. Tercatat 400 orang hadir dalam sesi tersebut. “Suatu pemikiran penting itu perlu disiarkan bahkan mengalir, sehingga orang terinspirasi,” sambung Agung Alit.
Dalam topik acara Baca adalah Nyawa, terdapat 4 sesi yang masing-masing diisi oleh, Marmar Herayukti membahas buku Waktu, Kala, dan Kematian karya IBM Dharma Palguna, Lisa Ismiandewi membahas Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer, Windu Segara Senet membahas Strawberry Generation karya Rhenald Kasali, Ni Putu Candra Dewi membahas Homo Dues: Masa Depan Umat Manusia karya Yuval Noah Harari, Savitri Sastrawan membahas Arsipelago yang disunting Farah Wardani dan Yoshi Fajar K, Ady Apriyanta Parma membahas Summer Hill School: Pendidikan Alternatif yang Membebaskan karya Alexander S Neil, JRX membahas 1984 karya George Orwell, dan Mami Sisca Sena D membahas Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.
Selain 4 sesi Buku adalah Nyawa, acara pun diwarnai oleh kegiatan Mendongeng oleh Daivi Chandrika yang membawakan 5 dongeng dan Pentas Musik dari sejumlah musisi kenamaan Bali seperti, Badiktilu, Carlos L, Santana, Fendy Rizk, Guna Warma, Krisna Floop, Leo Sinatra, Made Mawut, Man Angga, Manja Nindya, Sandrayati Fay, Sony Bono, Tjokorda Bagus P, SoulandKith, Soundbwoy Dodix, Tanksi Putra, Wayan Aaron Wayan Sanjay, dan masih banyak lagi. Sejumlah lapak buku murah dan instalasi Kaos Keos Art juga tidak mau kalah ambil andil dalam HUT TBK ke-5 ini.
Pentas musik Sandrayati Fay dan Guna Warma - Utik
Taman Baca Kesiman pertama kali beroperasi pada 30 April 2014 dari tangan dingin Agung Alit, lelaki paruh baya asal Kesiman, Denpasar. Mengusung konsep kealamian TBK hadir dengan taman tumbuh-tumbuhan organik dan perpustakaan dengan 4.000 buku di dalamnya. Patung Gus Dur dan Bob Marley dipajang di bagian depan untuk menyuarakan kebhinekaan dan kebaikan meski tidak dalam penampilan rapi. Di bagian belakang terdapat halaman rumput luas dengan pagar berupa tumbuh-tumbuhan yang ditata sedemikian rupa. Dilengkapi Wi-Fi, siapa pun boleh datang untuk membaca atau sekedar berselancar daring di TBK. “Kita berharap, pengunjung yang hadir terinspirasi dan tergerak untuk membaca. Salah satu misi dari Taman Baca itu kan membangkitkan daya baca karena kita masih rendah sekali,” tutup Agung Alit. *cr41
1
Komentar