Interior Gaya Transisional Masih Jadi Trend
Berkembang sejak beberapa tahun belakangan, interior yang memadukan furniture dengan gaya transisional dinilai masih akan terus digemari di Indonesia.
DENPASAR, NusaBali
“Terutama di Bali, aplikasinya sudah sangat kelihatan. Apalagi di villa-villa, sering ditemukan gaya transisional,” kata Clarissa Rusli, Direktur PT Integriya Dekorindo, Jumat (3/5).
Corak desain transisional ini, lanjut Clarissa, memadukan aspek furniture ‘berat’ dengan furniture maupun aksesoris/ornament yang ringan. Jadi misalnya ada sebuah bed, di sampingnya bisa ditampilkan furniture dengan kerangka-kerangka besi. Atau bisa juga dipasangkan lukisan dengan corak ringan.
Pada masa kini, lanjut Clasissa, kecenderungan desain interior maupun furniture-nya memang demikian. Hal ini berbeda dengan masa lalu, dimana furniture kayu jati yang djadikan andalan dekorasi interior, bahkan dijadikan warisan turun-temurun. “Sekarang kecenderungannya mengarah ke lifestyle. Dekorasi interior menjadi cita rasa sebuah rumah,” imbuh Lusy Evylia Puspita, GM Marcomm PT Integriya Dekorindo.
Tapi diakui bahwa masih ada orang yang kesulitan mengaplikasikan furniture dalam sebuah dekorasi rumah. Karena itu, lanjut Lusy, diperlukan juga aplikasi penataan pada ruang pamer atau toko furniture. “Jadi tidak asal taruh atau tempatkan furniture, melainkan diperlukan penataan. Ini juga memudahkan orang lebih mudah membayangkan penataan rumahnya dan memberi ruang seluasnya berimajinasi,” kata Lusy.
Karena itu, lanjutnya, PT Integriya Dekorindo membuka outlet ketiga di Indonesia dengan menyasar Bali. “Kami ingin memenuhi pasar furniture menengah atas di Bali. Apalagi sektor akomodasi di Bali juga sangat menjanjikan,” ujar Ahmad Numairi Yahya, GM Retail Store Operation dari brand Kana ditemui di sela-sela pembukaan outlet di Jalan Imam Bonjol, Pemecutan Klod Denpasar, Jumat sore.
Diakui bahwa Kana baru bermain di pasar domestik sejak tiga tahun terakhir. Namun jauh sebelumnya, perusahaan induk yang memiliki pabrik di Sidoarjo dan Lamongan, Jawa Timur ini, sudah 30 tahun bermain di pasar ekspor. Bahkan sebagian dari ekspor tersebut ditujukan untuk produsen merk global yang cukup dikenal. “Sebanyak 80 persen ekspor menuju AS,” imbuh Patricia Rusli, salah satu Direktur PT Integriya Dekorindo. *mao
Corak desain transisional ini, lanjut Clarissa, memadukan aspek furniture ‘berat’ dengan furniture maupun aksesoris/ornament yang ringan. Jadi misalnya ada sebuah bed, di sampingnya bisa ditampilkan furniture dengan kerangka-kerangka besi. Atau bisa juga dipasangkan lukisan dengan corak ringan.
Pada masa kini, lanjut Clasissa, kecenderungan desain interior maupun furniture-nya memang demikian. Hal ini berbeda dengan masa lalu, dimana furniture kayu jati yang djadikan andalan dekorasi interior, bahkan dijadikan warisan turun-temurun. “Sekarang kecenderungannya mengarah ke lifestyle. Dekorasi interior menjadi cita rasa sebuah rumah,” imbuh Lusy Evylia Puspita, GM Marcomm PT Integriya Dekorindo.
Tapi diakui bahwa masih ada orang yang kesulitan mengaplikasikan furniture dalam sebuah dekorasi rumah. Karena itu, lanjut Lusy, diperlukan juga aplikasi penataan pada ruang pamer atau toko furniture. “Jadi tidak asal taruh atau tempatkan furniture, melainkan diperlukan penataan. Ini juga memudahkan orang lebih mudah membayangkan penataan rumahnya dan memberi ruang seluasnya berimajinasi,” kata Lusy.
Karena itu, lanjutnya, PT Integriya Dekorindo membuka outlet ketiga di Indonesia dengan menyasar Bali. “Kami ingin memenuhi pasar furniture menengah atas di Bali. Apalagi sektor akomodasi di Bali juga sangat menjanjikan,” ujar Ahmad Numairi Yahya, GM Retail Store Operation dari brand Kana ditemui di sela-sela pembukaan outlet di Jalan Imam Bonjol, Pemecutan Klod Denpasar, Jumat sore.
Diakui bahwa Kana baru bermain di pasar domestik sejak tiga tahun terakhir. Namun jauh sebelumnya, perusahaan induk yang memiliki pabrik di Sidoarjo dan Lamongan, Jawa Timur ini, sudah 30 tahun bermain di pasar ekspor. Bahkan sebagian dari ekspor tersebut ditujukan untuk produsen merk global yang cukup dikenal. “Sebanyak 80 persen ekspor menuju AS,” imbuh Patricia Rusli, salah satu Direktur PT Integriya Dekorindo. *mao
Komentar