Tanpa Tangan, Ambil Sampah Plastik dengan Kaki
Kisah I Nengah Sukarata, Pemulung asal Desa Bebandem
AMLAPURA, NusaBali
Kecelakaan kerja membuat I Nengah Sukrata, 45, menjadi penyandang disabilitas. Pada tahun 2012, ia tersengat listrik, menyebabkan kedua tangannya diamputasi, yang tersisa hanya sebatas siku. Meski tanpa tangan, semangat krama Banjar Pande Sari, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem ini untuk bekerja tak pernah padam. Ia kini memulung, mengambil sampah plastik menggunakan kaki.
Saat bekerja sebagai pemulung, Sukrata menggunakan pergelangan tangannya untuk pegang karung, sedangkan barang bekas dijepit gunakan kaki untuk dimasukkan ke karung. Sampah yang dikumpulkan berupa botol plastik, gelas plastik, dan sejenisnya. Ia mencari barang bekas di lingkungan SMPN 2 Bebandem, Kantor Desa Bebandem, dan sekitarnya. Ia dengan cepat dapat sampah karena ada yang membantu mengumpulkan, selebihnya mencari barang bekas di tegalan tempat membuang sampah.
Selama dua hari Sukrata mampu mengumpulkan satu karung seberat 2 kilogram, dijual Rp 2.000 per kilogram. Istrinya, Ni Wayan Sriani mengaku sedih atas musibah dialami sang suami. “Saya berupaya sebagai tulang punggung keluarga, bekerja sebagai buruh serabutan. Hanya saja belakangan ini saya tidak bisa kerja karena sakit maag kumat,” ucap ibu tiga anak ini, Sabtu (4/5). Sehingga Sukrata bekerja dengan memulung sampah.
Sukrata dan Sriani dikaruniai tiga anak yakni I Wayan Windu Darma kelas XI SMAN 1 Amlapura, I Kadek Bayu Darma Putra kelas VII SMPN 2 Bebandem, dan Ni Komang Daniasih kelas II SDN 7 Bebandem. Putra sulungnya, I Wayan Windu Darma tinggal di Yayasan Yasa Kerthi Amlapura. Hanya dua putranya tinggal bersama orang tuanya. Perbekel Desa Bebandem, I Gede Partadana, berupaya memperjuangkan pasutri Sukrata dan Sriani dapat bantuan bedah rumah dari Provinsi Bali tahun 2016. “Kami juga membantu mengumpulkan sampah plastik di sekitar Kantor Desa Bebandem. Setelah terkumpul diambil oleh I Nengah Sukrata,” kata Partadana. *k16
Saat bekerja sebagai pemulung, Sukrata menggunakan pergelangan tangannya untuk pegang karung, sedangkan barang bekas dijepit gunakan kaki untuk dimasukkan ke karung. Sampah yang dikumpulkan berupa botol plastik, gelas plastik, dan sejenisnya. Ia mencari barang bekas di lingkungan SMPN 2 Bebandem, Kantor Desa Bebandem, dan sekitarnya. Ia dengan cepat dapat sampah karena ada yang membantu mengumpulkan, selebihnya mencari barang bekas di tegalan tempat membuang sampah.
Selama dua hari Sukrata mampu mengumpulkan satu karung seberat 2 kilogram, dijual Rp 2.000 per kilogram. Istrinya, Ni Wayan Sriani mengaku sedih atas musibah dialami sang suami. “Saya berupaya sebagai tulang punggung keluarga, bekerja sebagai buruh serabutan. Hanya saja belakangan ini saya tidak bisa kerja karena sakit maag kumat,” ucap ibu tiga anak ini, Sabtu (4/5). Sehingga Sukrata bekerja dengan memulung sampah.
Sukrata dan Sriani dikaruniai tiga anak yakni I Wayan Windu Darma kelas XI SMAN 1 Amlapura, I Kadek Bayu Darma Putra kelas VII SMPN 2 Bebandem, dan Ni Komang Daniasih kelas II SDN 7 Bebandem. Putra sulungnya, I Wayan Windu Darma tinggal di Yayasan Yasa Kerthi Amlapura. Hanya dua putranya tinggal bersama orang tuanya. Perbekel Desa Bebandem, I Gede Partadana, berupaya memperjuangkan pasutri Sukrata dan Sriani dapat bantuan bedah rumah dari Provinsi Bali tahun 2016. “Kami juga membantu mengumpulkan sampah plastik di sekitar Kantor Desa Bebandem. Setelah terkumpul diambil oleh I Nengah Sukrata,” kata Partadana. *k16
Komentar