Padi Meranggas Disinyalir Akibat Kelebihan Herbisida
Pengurus Subak Tegal Lantang sudah memberitahukan agar krama tidak menanam padi kedua untuk tahun ini. Tetapi ada krama subak pengelola lahan seluas 3 ha, tetap tanam padi.
NEGARA, NusaBali
Jajaran Dinas Pertanian dan Pangan (PP) Jembrana melakukan pengecekan lahan padi yang meranggas di Subak Tegal Lantang, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, yang diduga terserang hama wereng, Selasa (7/5). Dari hasil pengecekan, meranggasnya tanaman padi itu dipastikan bukan akibat hama wereng. Tetapi kemungkinan besar akibat petani yang terlalu berlebihan menyemprotkan herbisida atau bahan kimia pengendali gulma (tanaman pengganggu).
Kadis PP Jembrana I Wayan Sutama, ditemui seusai turun ke lapangan, Selasa kemarin, mengatakan selain ditemukan indikasi kelebihan herbisida, sebenarnya di Subak Tegal Lantang itu memang belum jadwal menanam padi. Pengurus subak sebenarnya sudah memberitahukan kepada krama agar tidak menanam padi kedua untuk tahun ini. Tetapi ada dua krama subak pengelola lahan seluas 3 hektare, yang tetap menanam padi di wilayah subak tersebut. “Sebenarnya memang belum jadwalnya. Tetapi mereka tetap turun, dan akhirnya seperti itu,” ujar Sutama.
Namun di luar permasalahan itu, menurut Sutama, pihaknya akan berusaha menyelamatkan tanaman padi yang meranggas tersebut. Dari analisanya bersama penyuluh, meranggasnya tanaman padi itu bukan akibat serangan hama wereng. Pihaknya mencurigai beberapa tanaman padi yang mati sehingga membuat lahan sawah mereka tampak jomblang itu, terjadi akibat kelebihan herbisida.
“Kami menduga kelebihan herbisida. Kalau wereng kemungkinan memang sempat ada, tetapi tidak banyak. Karena kalau wereng, populasinya bisa dipantau, dan kami lihat bukan karena wereng,” ungkap Sutama.
Menurutnya, apabila penyemprot bekas herbisida digunakan menyemprot insektisida dan tidak dicuci bersih, juga berdampak terhadap pertumbuhan. Hal itu karena herbisida merupakan racun tanaman.
“Kalau salah penanganan, akhirnya memang tidak bagus. Tetapi kami analisa, tanamannya itu masih sangat bisa diselamatkan. Kami sudah minta agar dilakukan penanganan tepat. Solusinya menambah nutrisi, dengan pupuk lebih berimbang, urea dan NPK. Nanti akan kami bantu menyelamatkan tanaman padi mereka,” ucapnya.
Sementara salah seorang pengurus Subak Tegal Lantang, Dewa Komang Pariana, Selasa kemarin, mengatakan pada musim tanam gadu atau musim tanam padi memasuki kemarau tahun ini, jajaran subak telah meminta kepada seluruh krama tidak menanam padi. Hal itu karena tahun ini ada rencana pembangunan irigasi yang melintasi areal subak. Tetapi dua krama yang mengelola lahan sekitar 3 hektare, tetap turun menanam padi. Karenanya, krama ini tetap dibijaksanai dengan diberikan fasilitas subak, termasuk pengairan. Namun ketika mengalami permasalahan pada tanaman mereka, subak tidak ikut bertanggungjawab, dan merupakan risiko pribadi karena tidak mengikuti arahan pengurus subak.
“Kalau air, mereka dapat. Seharusnya memang seluas 24 hektare lahan di subak ini tidak melakukan aktivitas tanam. Tidak disangka, ada dua krama yang mengelola lahan seluas sekitar 3 hektare sudah terlanjur mengolah tanah. Mereka tetap kami berikan air. Tetapi kemudian terjadi masalah pada tanaman mereka yang katanya diserang hama, ya kami tidak ikut tanggung jawab. Beda kalau memang sudah mengikuti arahan subak, begitu terjadi permasalahan, ya kami pasti langsung koordinasikan ke penyuluh atau dinas terkait untuk dicarikan solusi,” kata Pariana. *ode
Kadis PP Jembrana I Wayan Sutama, ditemui seusai turun ke lapangan, Selasa kemarin, mengatakan selain ditemukan indikasi kelebihan herbisida, sebenarnya di Subak Tegal Lantang itu memang belum jadwal menanam padi. Pengurus subak sebenarnya sudah memberitahukan kepada krama agar tidak menanam padi kedua untuk tahun ini. Tetapi ada dua krama subak pengelola lahan seluas 3 hektare, yang tetap menanam padi di wilayah subak tersebut. “Sebenarnya memang belum jadwalnya. Tetapi mereka tetap turun, dan akhirnya seperti itu,” ujar Sutama.
Namun di luar permasalahan itu, menurut Sutama, pihaknya akan berusaha menyelamatkan tanaman padi yang meranggas tersebut. Dari analisanya bersama penyuluh, meranggasnya tanaman padi itu bukan akibat serangan hama wereng. Pihaknya mencurigai beberapa tanaman padi yang mati sehingga membuat lahan sawah mereka tampak jomblang itu, terjadi akibat kelebihan herbisida.
“Kami menduga kelebihan herbisida. Kalau wereng kemungkinan memang sempat ada, tetapi tidak banyak. Karena kalau wereng, populasinya bisa dipantau, dan kami lihat bukan karena wereng,” ungkap Sutama.
Menurutnya, apabila penyemprot bekas herbisida digunakan menyemprot insektisida dan tidak dicuci bersih, juga berdampak terhadap pertumbuhan. Hal itu karena herbisida merupakan racun tanaman.
“Kalau salah penanganan, akhirnya memang tidak bagus. Tetapi kami analisa, tanamannya itu masih sangat bisa diselamatkan. Kami sudah minta agar dilakukan penanganan tepat. Solusinya menambah nutrisi, dengan pupuk lebih berimbang, urea dan NPK. Nanti akan kami bantu menyelamatkan tanaman padi mereka,” ucapnya.
Sementara salah seorang pengurus Subak Tegal Lantang, Dewa Komang Pariana, Selasa kemarin, mengatakan pada musim tanam gadu atau musim tanam padi memasuki kemarau tahun ini, jajaran subak telah meminta kepada seluruh krama tidak menanam padi. Hal itu karena tahun ini ada rencana pembangunan irigasi yang melintasi areal subak. Tetapi dua krama yang mengelola lahan sekitar 3 hektare, tetap turun menanam padi. Karenanya, krama ini tetap dibijaksanai dengan diberikan fasilitas subak, termasuk pengairan. Namun ketika mengalami permasalahan pada tanaman mereka, subak tidak ikut bertanggungjawab, dan merupakan risiko pribadi karena tidak mengikuti arahan pengurus subak.
“Kalau air, mereka dapat. Seharusnya memang seluas 24 hektare lahan di subak ini tidak melakukan aktivitas tanam. Tidak disangka, ada dua krama yang mengelola lahan seluas sekitar 3 hektare sudah terlanjur mengolah tanah. Mereka tetap kami berikan air. Tetapi kemudian terjadi masalah pada tanaman mereka yang katanya diserang hama, ya kami tidak ikut tanggung jawab. Beda kalau memang sudah mengikuti arahan subak, begitu terjadi permasalahan, ya kami pasti langsung koordinasikan ke penyuluh atau dinas terkait untuk dicarikan solusi,” kata Pariana. *ode
1
Komentar