MUTIARA WEDA : Anak Suputra, Dilahirkan atau Dibentuk?
Seluruh hutan menjadi wangi oleh karena ada sebatang pohon yang berbunga harum. Begitu juga halnya kalau di dalam keluarga terdapat seorang anak suputra.
Ekanapi suvrksenapuspitena sugandhita,
Vasitam tadvanam sarvam suputrena kulam yatha.
(Canakya Nitisastra, III.14)
SELURUH ruangan akan harum jika ada satu bungkus pengharum di dalamnya. Mobil akan harum jika ada satu botol kecil minyak pengharum. Teks di atas menyebut, hutan akan wangi jika ada satu batang pohon saja yang memancarkan bau harum. Kondisi ini kemudian disandingkan dengan sebuah keluarga. Jika dalam satu keluarga terdapat satu orang saja yang suputra, maka harumlah keluarga tersebut. Mereka akan dipandang di dalam masyarakat. Anak itu mampu memberikan aura segar bagi seluruh keluarganya. Anak suputra merupakan sinar keluarga yang menjadikan mereka merasakan kebahagiaan dan ketenaran. Siapa pun yang datang bertandang ke rumah keluarganya akan merasakan kenyamanan, tidak membosankan, dan tidak merasa asing.
Bagaimana anak yang suputra tersebut mampu memberikan keharuman bagi keluarga? Bagaimana cara kerjanya? Apakah anak suputra ini bisa membagi-bagi sinarnya sehingga seluruh anggota keluarga bersinar? Biasanya, seorang anak suputra itu memiliki sifat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang dan dirinya rela berbagi atas manfaat tersebut. Oleh karena itu, kehadiran anak ini dirasa sebagai berkah, sehingga orangtua menjadi bahagia, kakak atau adik-adik merasa senang, nenek dan kakek juga merasakan hal yang sama. Demikian juga keluarga dekat lainnya merasa penuh berkat dengan kehadiran anak ini. Oleh karena setiap saat anak ini selalu memberi manfaat, maka siapa pun anggota keluarga akan senang. Rasa senang inilah yang membuat keluarga mereka harmoni, tidak terjadi kesenjangan, jarang terjadi keributan, tidak ada yang selisih paham, saling pengertian, dan sejenisnya. Kondisi ini membuat keluarga menjadi harmonis.
Oleh karena itu, kehadiran anak yang suputra sungguh dirasa penting. Lalu, bagaimana caranya melahirkan anak suputra? Masalahnya ada di sini. Apakah anak suputra itu memang dilahirkan atau bisa dibentuk oleh didikan? Menurut teori kertas kosong, anak ketika lahir masih kosong. Apa jadinya ke depan tergantung oleh mereka yang mengisinya. Jadi, jika anak dididik oleh mereka yang baik, maka anak yang terbentuk tentu suputra. Demikian sebaliknya, jika sejak bayi diajak oleh seorang pencuri, maka setelah besar anak ini kemungkinan besar akan menjadi pencuri juga mengikuti jejak pendidiknya. Jadi, menurut teori ini, seorang anak akan menjadi suputra jika dididik oleh orangtua dan lingkungannya yang baik. Anak suputra jadinya bukan dilahirkan, melainkan dibentuk oleh pendidikan.
Tetapi, ada teori lain (teori determinasi) yang mengatakan bahwa anak lahir telah membawa bakatnya masing-masing. Artinya, kelahiran anak saat ini merupakan lanjutan dari kelahiran sebelumnya atau bagi mereka yang tidak percaya reinkarnasi mengatakan bahwa anak tersebut memang telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk seperti itu. Jika memang lahir telah membawa tabiat jahat, maka siapa pun yang mendidik akan menjadi jahat. Sebaliknya, jika bakatnya baik, orang jahat siapa pun tidak akan mampu mengubahnya untuk menjadi jahat. Pendidikan bukanlah penentu karakternya, melainkan hanya sebagai pelengkap dan informatif saja. Makanya, saat ini sedikit sekali lahir orang suputra meskipun sebagian besar anak disekolahkan dengan baik. Seperti halnya Korawa dan Pandawa, meskipun dididik oleh guru yang sama, setelah selesai belajar mereka memiliki karakter yang berbeda bahkan berlawanan.
Kedua teori ini ada benarnya juga sebab keduanya memiliki evidence yang kaya. Susah menebak yang mana yang lebih benar. Jika seandainya teori kertas kosong yang benar, maka, agar semua anak menjadi suputra, tentu diperlukan seorang pendidik yang jitu dan mumpuni. Tetapi jika teori nomor dua yang lebih benar, pertanyaannya adalah bagaimana caranya agar anak yang terlahir suputra? Bagaimana agar anak yang lahir telah membawa tabiat yang baik. Apakah memungkinkan kelahiran anak bisa di-setting sehingga attitudenya kelak menjadi suputra? Jika teori pertama yang benar, artinya sistem pendidikan dewasa ini telah gagal total membentuk anak suputra. Jika teori kedua yang benar, maka orang tidak bisa melakukan apa-apa oleh karena itu kehendak-Nya atau karena kelanjutan dari perbuatan kelahiran sebelumnya. *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
(Canakya Nitisastra, III.14)
SELURUH ruangan akan harum jika ada satu bungkus pengharum di dalamnya. Mobil akan harum jika ada satu botol kecil minyak pengharum. Teks di atas menyebut, hutan akan wangi jika ada satu batang pohon saja yang memancarkan bau harum. Kondisi ini kemudian disandingkan dengan sebuah keluarga. Jika dalam satu keluarga terdapat satu orang saja yang suputra, maka harumlah keluarga tersebut. Mereka akan dipandang di dalam masyarakat. Anak itu mampu memberikan aura segar bagi seluruh keluarganya. Anak suputra merupakan sinar keluarga yang menjadikan mereka merasakan kebahagiaan dan ketenaran. Siapa pun yang datang bertandang ke rumah keluarganya akan merasakan kenyamanan, tidak membosankan, dan tidak merasa asing.
Bagaimana anak yang suputra tersebut mampu memberikan keharuman bagi keluarga? Bagaimana cara kerjanya? Apakah anak suputra ini bisa membagi-bagi sinarnya sehingga seluruh anggota keluarga bersinar? Biasanya, seorang anak suputra itu memiliki sifat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang dan dirinya rela berbagi atas manfaat tersebut. Oleh karena itu, kehadiran anak ini dirasa sebagai berkah, sehingga orangtua menjadi bahagia, kakak atau adik-adik merasa senang, nenek dan kakek juga merasakan hal yang sama. Demikian juga keluarga dekat lainnya merasa penuh berkat dengan kehadiran anak ini. Oleh karena setiap saat anak ini selalu memberi manfaat, maka siapa pun anggota keluarga akan senang. Rasa senang inilah yang membuat keluarga mereka harmoni, tidak terjadi kesenjangan, jarang terjadi keributan, tidak ada yang selisih paham, saling pengertian, dan sejenisnya. Kondisi ini membuat keluarga menjadi harmonis.
Oleh karena itu, kehadiran anak yang suputra sungguh dirasa penting. Lalu, bagaimana caranya melahirkan anak suputra? Masalahnya ada di sini. Apakah anak suputra itu memang dilahirkan atau bisa dibentuk oleh didikan? Menurut teori kertas kosong, anak ketika lahir masih kosong. Apa jadinya ke depan tergantung oleh mereka yang mengisinya. Jadi, jika anak dididik oleh mereka yang baik, maka anak yang terbentuk tentu suputra. Demikian sebaliknya, jika sejak bayi diajak oleh seorang pencuri, maka setelah besar anak ini kemungkinan besar akan menjadi pencuri juga mengikuti jejak pendidiknya. Jadi, menurut teori ini, seorang anak akan menjadi suputra jika dididik oleh orangtua dan lingkungannya yang baik. Anak suputra jadinya bukan dilahirkan, melainkan dibentuk oleh pendidikan.
Tetapi, ada teori lain (teori determinasi) yang mengatakan bahwa anak lahir telah membawa bakatnya masing-masing. Artinya, kelahiran anak saat ini merupakan lanjutan dari kelahiran sebelumnya atau bagi mereka yang tidak percaya reinkarnasi mengatakan bahwa anak tersebut memang telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk seperti itu. Jika memang lahir telah membawa tabiat jahat, maka siapa pun yang mendidik akan menjadi jahat. Sebaliknya, jika bakatnya baik, orang jahat siapa pun tidak akan mampu mengubahnya untuk menjadi jahat. Pendidikan bukanlah penentu karakternya, melainkan hanya sebagai pelengkap dan informatif saja. Makanya, saat ini sedikit sekali lahir orang suputra meskipun sebagian besar anak disekolahkan dengan baik. Seperti halnya Korawa dan Pandawa, meskipun dididik oleh guru yang sama, setelah selesai belajar mereka memiliki karakter yang berbeda bahkan berlawanan.
Kedua teori ini ada benarnya juga sebab keduanya memiliki evidence yang kaya. Susah menebak yang mana yang lebih benar. Jika seandainya teori kertas kosong yang benar, maka, agar semua anak menjadi suputra, tentu diperlukan seorang pendidik yang jitu dan mumpuni. Tetapi jika teori nomor dua yang lebih benar, pertanyaannya adalah bagaimana caranya agar anak yang terlahir suputra? Bagaimana agar anak yang lahir telah membawa tabiat yang baik. Apakah memungkinkan kelahiran anak bisa di-setting sehingga attitudenya kelak menjadi suputra? Jika teori pertama yang benar, artinya sistem pendidikan dewasa ini telah gagal total membentuk anak suputra. Jika teori kedua yang benar, maka orang tidak bisa melakukan apa-apa oleh karena itu kehendak-Nya atau karena kelanjutan dari perbuatan kelahiran sebelumnya. *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
1
Komentar